Cinta memang tak memandang logika. Cinta tak memandang status. Suami yang ku cintai selama ini, tega menikah dengan wanita lain di belakang ku.
"Maafkan aku Ris! Tapi aku mencintainya. Dan sebenarnya, selama ini aku tak pernah mencintai kamu!"
"Jika memang kamu mencintai dia, maka aku akan ikhlas, Mas. Aku berharap, jika suatu saat hatimu sudah bisa mencintaiku. Maka aku harap, waktu itu tidak terlambat."
Risma harus menerima kenyataan pahit dalam rumah tangganya, saat mengetahui jika suaminya mencintai wanita lain, dan ternyata dia tak pernah ada di hati Pandu, Suaminya.
Akankah Pandu bisa mencintai Risma?
Dan apakah saat cinta itu tumbuh, Risma akan bisa menerima Pandu kembali? Dan hal besar apa yang selama ini Risma sembunyikan dari semua orang, termasuk Pandu?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini.
JANGAN LUPA TEKAN FAV, LIKE, KOMEN DAN VOTENYA... KARENA ITU SANGAT BERHARGA BUAT AUTHOR🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sakitnya Risma
"Apa Risma sakit? kenapa tetap memaksa masuk kerja. Biar aku telpon dan menanyakan langsung keadaannya." Pandu bergumam lirih dan kembali melangkah menuju kamarnya dan melihat ada beberapa obat yang berserak di atas meja rias istrinya.
"Obat apa ini? Sejak kapan Risma minum obat beginian?
Ya Tuhan kenapa aku tidak pernah tau."
Pandu tercekat dan merasa bersalah, karena satu rumah tapi tidak tau apa yang terjadi dengan istrinya.
Dengan perasaan cemas Pandu meraih ponselnya dan menekan nomor kontak Risma dengan dada berdebar yang di iringi perasaan bersalah.
Sudah tiga kali panggilan, tapi belum juga telpon dari pandu diangkat. Pandu semakin gelisah. Tak bisa dipungkiri, meskipun pernikahan tanpa cinta yang ia jalani, di hati terdalam Pandu telah menyimpan secuil rasa nyaman bersama Risma.
Risma perempuan cantik yang tak banyak bertingkah, bawaannya kalem dan sosok yang sederhana. Ramah pada siapa saja. Tapi begitu menjaga dirinya dari laki laki yang bukan mahramnya. Pandu memiliki rasa kagum pada sikap istrinya, itulah kenapa, Pandu mati-matian bertahan dengan pernikahannya dengan Risma. Meskipun Pandu tau, dirinya tidak pernah bisa bersikap mesra seperti pasangan pada umumnya. Pandu terlalu kaku dalam menjalani pernikahannya. Tanpa ia sadari, sikap dingin dan cueknya itu, sudah membuat Risma banyak menyimpan Luka. Hingga menyebabkan dia sulit tidur dan mudah gelisah, sampai Risma harus mengkonsumsi obat tidur dari dokter, hingga bertahun tahun lamanya.
Akhirnya Pandu menyerah, Risma belum juga mengangkat telepon darinya. Apalagi, Pandu harus segera pergi ke kantor.
"Nanti saja, setelah sampai kantor akan aku telpon lagi, Risma! sebenarnya ada apa sama kamu?" Pandu mengusap wajahnya kasar dan bergegas berganti pakaian dinasnya. Dengan langkah lebar, pandu berjalan menuju garasi setelah memastikan semua pintu sudah terkunci.
☘️☘️☘️☘️☘️
"Asalamualaikum, Mas! Sudah sampai?"
Saat pandu akan menjalankan mobilnya, terdengar ponselnya berbunyi dan terlihat ada pesan masuk dari kontaknya Clara. Pandu tersenyum menatap profil yang di pasang Clara di kontak watshap nya. Foto dirinya dengan Clara yang sedang bertatapan mesra.
"Alhamdulillah, sudah sayang. Ini Mas akan kembali berangkat ke kantor. Sudah dulu ya, kamu baik baik disana, jaga kesehatan dan jangan lupa dengan pesanku, segera ajukan pengunduran diri. Cukup kamu dirumah saja, insyaallah aku masih sanggup mencukupi istri istriku. Love you sayang."
Pandu membalas pesan istri keduanya panjang lebar dan penuh perhatian. Berbeda saat dia tengah chating dengan Risma. Pasti jawabannya singkat dan terkesan ogah-ogahan, itupun akan sangat lama waktu membalasnya.
Pandu menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, karena harus memburu waktu agar tidak terlambat sampai di kantornya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Sedangkan di lain tempat, Risma baru sadar dari pingsannya. Risma sedang ada di IGD dan akan dipindahkan diruang rawat inap. Kondisinya makin melemah. Tubuhnya terasa sakit semua. Entah apakah dia akan bertahan lama atau harus pergi dalam waktu dekat. Yang Risma tau, akhir akhir ini, kesehatannya memang sedang tidak baik baik saja.
Dokter Abas menatap Risma iba, dia tau Risma sedang ada dalam masalah hingga merasa tertekan dan mengakibatkan kesehatannya drop.
"Ceritakan saja RIS, kita ini teman. Aku mengenalmu dari kecil, bahkan aku tau seperti apa kamu saat marah, saat kecewa dan saat bahagia. Dan aku yakin kamu sedang tidak baik baik saja saat ini, apa yang menjadi beban pikiranmu? aku akan jadi pendengar yang baik untukmu, percayalah!"
Dokter Abas menatap Risma lekat, wanita yang sudah dikenalnya dari sejak usianya masih lima tahun.
Waktu itu, dokter Abas baru pindahan dari kota ke kampung. Karena ayahnya sedang ditugaskan di desa. Dokter Abas saat itu masih berusia sembilan tahun, dokter Abas pindah rumah tak jauh dari rumahnya Risma, lebih tepatnya mereka tetangga'an.
Sejak saat itu, mereka sering bermain bersama dan menjadi sahabat baik, pergi sekolah selalu bersama. Sejak kelas menengah pertama, Abas sudah menyimpan perasaan suka kepada Risma yang tumbuh menjadi gadis cantik, meskipun usia mereka bertaut empat tahun.
Abas yang tak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya pada Risma, karena takut merusak hubungan persahabatannya , akhirnya Abas hanya menyimpan perasaannya itu hingga kini.
Melihat Risma yang bersedih dan terlihat tertekan, membuat hati Abas sakit dan jiwa ingin melindunginya hadir begitu kuat.
"Aku gak papa kok, mungkin kecapean kan?" balas Risma yang berusaha bersikap biasa saja.
"Sampai kapan kamu akan sembunyikan semua ini pada suami kamu Ris?
Jangan siksa dirimu sendiri." Abas menatap lekat wajah Risma yang memucat, bahkan terlihat masih sangat lemas.
"Sampai Tuhan berkata, Stop! Berhentilah! sampai saat itu tiba. Tolong jangan paksa aku, cukup kamu yang tau tentang keadaanku ini, plis!"
Risma memohon kepada Abas agar mau mengerti keadaannya.
"Terserah kamu, aku tak berhak memaksa kamu. Istirahatlah, siapkan dirimu untuk nanti sore. Karena prosesnya akan lebih sakit dari sebelumnya." Abas tak bisa menyembunyikan pedihnya, air matanya menetes menatap Risma yang berkaca kaca.
"Bismillah, insyaallah aku iklas, semoga Alloh masih memberiku kesempatan untuk melihat anak anakku tersayang tumbuh dewasa." Sahut Risma lirih yang diiringi tetesan air matanya.
"Dari tadi ponselmu bunyi, Pandu menelpon sejak kamu masih pingsan. Angkatlah, mungkin dia sedang cemas karena kamu tidak kunjung mengangkat telponnya."
Abas bukannya tak tau kemelut rumah tangganya Risma dengan Pandu. Namun sebagai sahabat dia punya kewajiban untuk mengingatkan, meskipun hatinya selalu menginginkan Risma meninggalkan Pandu dan menghabiskan sisa umur dengannya.
"Sejak kapan Pandu menghawatirkan diriku, Mas? lucu kamu, padahal tau seperti apa kisah rumahtangga ku selama ini." Sahut Risma miris dengan pernikahan yang dijalaninya dengan Pandu.
"Sudah, jangan jadikan itu beban. Tetap kuat dan istirahat lah, karena nanti sore kamu harus melewati sesuatu yang menyakitkan. Baik baik ya."
Abas meninggalkan Risma di ruangan kusus dan kembali menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter.
Risma mencoba memejamkan matanya, meskipun sulit untuk tertidur, berusaha menguatkan hati dan dirinya sendiri, juga karena pengaruh obat, akhirnya Risma bisa tertidur dengan lelap. Sehingga telepon dari Pandu, terabaikan begitu saja. Yang membuat Pandu semakin gelisah dan cemas. Apalagi perasaan bersalah mulai mengusik diri Pandu.
#Akankah ada sepercik cinta di hati Pandu untuk Risma? Dan apa yang sebenarnya terjadi dengan Risma, penyakit apa yang sebenarnya ada di tubuh wanita malang yang banyak menyimpan luka dalam rumah tangganya itu?
Risma memang sudah dibutakan oleh cintanya kepada Pandu, sudah tau jika Pandu belum bisa membuka hati sepenuhnya, tapi Risma tetap mau bertahan demi mempertahankan hubungan yang sudah cacat sedari awal pernikahannya.