Vino Bimantara bertemu dengan seorang wanita yang mirip sekali dengan orang yang ia cintai dulu. Wanita itu adalah tetangganya di apartemennya yang baru.
Renata Geraldine, nama wanita itu. Seorang ibu rumah tangga dengan suami yang cukup mapan dan seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Entah bagaimana Vino begitu menarik perhatian Renata. Di tengah-tengah kehidupannya yang monoton sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berkutat dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak, tanpa sadar Renata membiarkan Vino masuk ke dalam ke sehariannya hingga hidupnya kini lebih berwarna.
Renata kini mengerti dengan ucapan sahabatnya, selingkuh itu indah. Namun akankah keindahannya bertahan lama? Atau justru berubah menjadi petaka suatu hari nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Semakin Lepas Kendali
Renata berbaring menyamping dengan lengan Vino sebagai bantalnya. Di belakangnya Vino memeluk pinggang Renata yang polos tak tertutup apapun. Renata terus meneteskan air matanya.
"Udah dong, Mbak. Mbak udah nangis sepuluh menit loh," ujar Vino mulai khawatir. Ia ciumi pundak polos Renata dengan gemas.
"Kenapa kamu maksa aku sih, Vin? Aku..." suara Renata tertahan oleh tangisnya. Rasa sesal terus bercokol di hatinya.
"Mbak, kita saling suka kan?" lirih Vino. Kali ini pipi Renata yang ia ciumi.
"Kamu udah bikin aku khianatin Gavin dan Nathan. Kamu tega banget bikin aku ada di posisi ini," isak Renata.
"Mbak jangan gitu dong. Mbak tahu? Barusan adalah pengalaman pertama aku. Dan aku seneng bisa ngelakuinnya sama Mbak."
"Kamu harusnya lakuin ini pertama kali itu sama istri kamu, Vino. Bukan sama aku," isak Renata lagi.
Vino mengarahkan tubuh Renata yang membelakanginya menjadi menghadap padanya. Ia tatap wajah Renata yang basah oleh air mata. Seketika Vino mengingat Rania. Bahkan wajah mereka saat menangis pun sama.
Diusapnya air mata di wajah Renata dengan sayang. "Kalau gitu, Mbak mau jadi istri aku?"
"Kamu ngomong apa sih? Aku ini udah punya suami. Dan aku malah..." Renata menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan terisak lebih keras.
Vino pun merengkuh tubuh Renata ke dalam pelukannya, mencoba menenangkannya. Ingin rasanya ia mengatakan bagaimana kelakuan Gavin selama ini di belakang Renata, tapi Vino tidak mau melakukannya.
Sekarang Vino ingin membuat posisi Renata satu sama dengan suaminya yang pengkhianat itu. Bisa-bisanya suami Renata yang dianggap setia dan pekerja keras itu mengkhianati Renata yang begitu naifnya hingga ia sama sekali tak pernah curiga pada Gavin. Renata menganggap sang suami selama ini benar-benar bekerja padahal tanpa ia tahu, Gavin sibuk bermain api di belakang Renata.
"Mbak gak usah khawatir. Aku akan jaga hubungan ini buat tetap jadi rahasia kita. Gak akan ada orang tahu tentang ini."
Renata terus menangis sampai beberapa saat. Kemudian setelah itu Renata segera menggunakan seluruh pakaiannya lagi. Ia harus menjemput Nathan pulang dari lesnya.
Setelah Renata sudah berpakaian, Vino kembali meraup pipi Renata dan mengecup kening dan bibir Renata. Ia peluk sesaat tubuh Renata. "Jangan ngerasa bersalah lagi, Mbak. Anggap aja ini memang takdir kita yang harus kita lalui."
Renata benar-benar tidak setuju dengan apa yang Vino ucapkan. Ini bukanlah takdir. Ini kesalahan. Ini ketidaksetiaan. Namun Renata tak mengungkapkannya. Ia terlalu lelah meyakinkan Vino yang keras kepala.
"Gak usah khawatirin apapun ya. Semua akan baik-baik aja. Aku janji."
Kemudian Renata pergi meninggalkan apartemen Vino dengan gontai. Ia masih bingung dengan kejadian yang begitu cepat terjadi barusan. Ia pergi menuju mobilnya di garasi basement dan duduk di belakang kemudi dan seketika mengingat hal yang baru saja terjadi.
Renata memang menyesalinya. Ia sangat menyesal karena niatnya untuk menjauh dari Vino gagal total. Bukannya menjauh, perselingkuhan mereka ini malah keluar dari jarak aman. Renata sendiri tidak tahu mengapa ia membiarkannya.
Penolakan demi penolakan sudah Renata lakukan, namun kenyataannya semakin lama Vino menyentuhnya ia malah tak bisa menolak dan malah menyambut apa yang Vino lakukan. Renata bahkan menikmatinya. Renata tahu ini kesalahan. Tapi di saat yang sama kesalahan ini juga terasa begitu indah dan manis.
Usai menjemput sang putra, Renata kembali ke apartemennya. Setelah makan malam, bermain dan belajar sebentar, Renata membawa Nathan yang sudah mengantuk untuk tidur di kamarnya.
Tepat saat Renata menutup pintu kamar Nathan, pintu apartemennya diketuk. Renata tanpa curiga membuka pintu itu, tanpa ia cek terlebih dahulu siapa yang datang.
Ketika pintu dibuka, Vino masuk, menutup pintu dan seketika ia mencium Renata dengan tidak sabar.
"Hmph..." Renata mencoba mendorong Vino menjauh namun lagi-lagi Vino tak terkendali.
Saat Vino mulai menciumi dagunya, barulah itu kesempatan Renata untuk berteriak.
"VINO! Kamu..." teriaknya. "Gimana kalau Nathan bangun?!"
"Ssstt. Mbak gak mau kan Nathan bangun?" tegurnya di tengah cumbuannya. "Makanya kita jangan berisik."
"Tapi Vino, engh..."
Seketika Renata tak bisa berkata lagi saat tangan Vino menelusup menyentuh inti tubuhnya.
"Mbak suka?" tanya Vino di saat bibirnya sibuk berada di salah satu puncak bukit kembar Renata, dan satu tangan memainkan area sensitif Renata di bawah sana. Ia sangat suka melihat wajah Renata yang tadi menolak, kini malah begitu menikmati perlakuannya.
Vino melihat satu kamar yang terbuka. Ia membawa Renata ke pangkuannya dan membawanya ke kamar itu. Semuanya pun berlanjut dengan satu per satu pakaian mereka yang terlepas dari tubuh mereka dan penyatuan itu kembali terjadi.
Renata tak paham. Kepalanya begitu berisik dengan teguran bahwa yang ia lakukan ini salah. Namun ia tak berkutik di saat merasakan perlakuan Vino yang begitu membuatnya seperti melayang. Bahkan Renata baru mengetahui, ternyata gaya bercinta setiap orang itu tidak sama.
Selama ini ia merasakan Gavin yang selalu menyentuhnya dengan lembut dan penuh perasaan. Gavin juga cenderung pasif. Sering kali Renata tak mencapai puncak itu. Jika Gavin sudah mendapatkan pelepasannya, maka selesailah kegiatan itu. Renata tak pernah protes atau mengungkapkannya pada Gavin.
Sedangkan Vino begitu berbeda. Renata bisa mencapai puncaknya bahkan hanya saat Vino memainkan bibirnya di puncak kecoklatan miliknya. Lalu Renata bisa merasakannya lagi saat Vino memasukinya.
Tak bisa Renata pungkiri, Vino jauh lebih membuatnya puas. Hingga sulit menolak Vino sekarang. Ada bagian dari diri Renata kini yang begitu candu pada sentuhan Vino.
Vino sendiri baru kali ini merasakan tubuh seorang wanita. Dan timbul perasaan, oh seperti ini rasanya. Ia akhirnya mengerti apa yang orang-orang sering katakan.
Ditambah fantasinya pun semakin liar. Walaupun ia melakukan dengan Renata, entah bagaimana dalam pikirannya ia selalu terbayang Rania. Bahkan ada beberapa saat ketika ia memasuki Renata, yang Vino pikirkan wanita yang ada dalam kungkungannya ini adalah Rania.
Pikiran itu datang dan pergi. Hingga di saat ia akan mencapai pelepasannya tanpa sadar ia menyebutkan nama itu, "Ran..."
semoga endingnya membahagiakan semuanya sich 🤭😁🤪
move on vino dari Rania 💪
lanjutin jaa Renata ma vino 🤭🤭🤭 situ merasa bersalah sdngkn suami mu sendiri dh selingkuh duluan 🙈😬😞😞