Menjalani kepahitan hidup bertubi-tubi, membuat Anya akhirnya terjebak dalam dunia malam yang tak pernah dibayangkannya. Suatu hari sepulang bekerja dalam keadaan setengah mabuk, Anya menabrak seorang pria. Pria itu ternyata kengalami amnesia hingga Anya terpaksa menampungnya untuk sementara waktu.
Siapa sangka jika pria tanpa identitas yang sebelumnya papa dan sebatang itu termyata adalah seorang pengusaha kaya yang dinyatakan hilang dalam sebuah kecelakaan misterius, bahkan sudah dianggap meninggal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzati Zah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Untunglah keesokan harinya adalah bertepatan dengan jadwal kontrol Anton ke dokter. Jadi Anya tak perlu menunggu waktu lama untuk mendapatkan jawaban atas kegelisahannya.
Seperti biasa mereka pergi ke rumah sakit dengan taksi online. Karena sudah dijadwalkan, maka tak perku waktu lama untuk mengantri sampai mereka bisa masuk ke ruang dokter.
Anya dan Anton sangat bahagia ketika dokter memberi tahu tentang kemajuan kesehatan Anton yang terus membaik. Meski begitu Anton masih harus rutin mengkonsumsi obat juga menjalani fisioteraphynya. Hal itu bukanlah masalah besar. Setelah dokter selesai bicara barulah Anya bertanya tentang kejadian yang semalam menimpa Anton.
"Kemarin dia mengalami sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, apakah berbahaya dok?", tanya Anya dengan penasaran.
"Apakah ada pemicunya?", dokter bertanya balik pada Anton.
Anton kemudian menceritakan tentang berita yang memancing sedikit ingatannya itu. Dan disampingnya Anya merasa kesal, sebab kemarin Anton bahkan tidak memberi tahunya apa-apa, padahal dirinya sangat khawatir.
Dokter akhirnya memberikan resep obat pereda sakit kepala dan mereka diizinkan pulang.
"Kamu kenapa kemarin nggak cerita sama aku? Kan aku jadi khawarir kamu sakit kepala tiba-tiba begitu..."
"Maaf, aku kemarin mau cerita tapi kepalaku sakit lagi..."
"Ya sudah, pokoknya lain kali kalau ada apa-apa kamu harus cerita sama aku, sementara ini kamu itu tanggung jawabku!"
Setelah mengomel panjang lebar, Anya tiba-tiba diam dan tak ingin banyak bicara lagi. Anya kecewa dan merasa tak dianggap, setelah apa yang dia lakukan untuk Anton. Tapi disisi lain Anya juga sedang berusaha untuk memakluminya. Sepanjang perjalanan mereka menyusuri koridor rumah sakit hanya hening. Anton tahu Anya marah padanya tapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk memulai percakapan saja tiba-tiba Anton menjadi bingung.
Sementara itu di belakang mereka, tanpa disadari ada sepasang mata yang sejak tadi mengamati. Seorang pria dengan jas dokter mengikuti langkah mereka dan berusaha mengejar.
"Anya!", teriaknya saat Anya dan Anton hampir melintasi pintu rumah sakit.
Reflek Anya dan Anton menoleh bersamaan.
Anya heran, untuk apa Heru memanggilnya di tempat kerjanya, padahal biasanya Heru selalu mengingatkannya untuk pura-pura tak saling kenal dimanapun mereka berada.
Tapi Anya tetap menghentikan langkahnya dan menunggu.
"Hey Anya, lama tidak bertemu bagaimana kabarmu?"
"Baik..", jawab Anya datar, sebab masih tak mengerti dengan maksud Heru yang menyapanya di rumah sakit.
"Lama tidak bertemu, aku sangat merindukanmu, bagaimana kalau kita makan siang bersama?"
Anya masih tak mengerti maksud di balik ajakan itu.
"Maaf, adikku sedang sakit dan butuh segera istirahat...", tentu saja Anya menolaknya.
"Tidak apa Kak, aku bisa menunggu kalau Kakak mau bertemu dengan teman..." jawab Anton yang masih duduk di kursi roda.
Mau tak mau Anya pun menuruti permintaan Heru dan dimulailah sandiwara yang konyol.
"Oh, jadi dia adikmu, bagaimana bisa sampai kecelakaan begini?"
Anton lalu mengarang sebuah cerita untuk meyakinkan posisinya benar-benar sebagai adik Anya. Sedangkan Heru bercerita seolah mereka adalah mantan kekasih yang sudah lama tidak bertemu dengan sangat menggebu-gebu.
Heru tentu sudah tahu kalau Anton bukanlah adik Anya seperti yang diceritakan. Tapi Anton sepertinya benar-benar percaya pada cerita Heru.
Dalam hati Anya terbahak-bahak, menertawakan sandiwara konyol yang tiba-tiba terjadi di depan matanya. Dan sepanjang makan siang itu Anya memilih menikmati makanannya dengan tenang tanpa mau terlibat dengan skenario manapun.
Oh, sepertinya buaya tua itu mulai cemburu pada Anton. Tebak Anya dalam hati.