NovelToon NovelToon
Dilema Cinta

Dilema Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Cinta Murni
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: nungaida

Alana, seorang gadis yang harus tinggal bersama keluarga Zayn setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan tragis, merasa terasing karena diperlakukan dengan diskriminasi oleh keluarga tersebut. Namun, Alana menemukan kenyamanan dalam sosok tetangga baru yang selalu mendengarkan keluh kesahnya, hingga kemudian ia menyadari bahwa tetangga tersebut ternyata adalah guru barunya di sekolah.

Di sisi lain, Zayn, sahabat terdekat Alana sejak kecil, mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Alana telah berkembang menjadi lebih dari sekadar persahabatan. Kini, Alana dihadapkan pada dilema besar: apakah ia akan membuka hati untuk Zayn yang selalu ada di sisinya, atau justru untuk guru barunya yang penuh perhatian?

Temukan kisah penuh emosi dan cinta dalam Novel "Dilema Cinta". Siapakah yang akan dipilih oleh Alana? Saksikan kisah selengkapnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nungaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

keesokan paginya Alana terbangun dengan memeluk boneka Keropi yang didapatkannya tadi malam, matanya mengerjap pelan. Kenangan malam tadi kembali menyusup, membuat wajahnya memerah. Kejadian yang tak terduga, ketika tubuhnya secara tidak sengaja terjatuh ke dalam pelukan Zidan, terasa begitu canggung dan membuatnya ingin mengubur diri.

"Dasar boneka nakal," bisik Alana, sambil memeluk Keropi erat-erat, mencoba mengusir rasa malu yang masih terasa di dadanya. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri—momen itu benar-benar membuatnya merasa seperti sedang dikerjain, bahkan oleh sebuah boneka.

Alana menghela napas, membuka mata perlahan, dan menatap Keropi yang tampaknya hanya diam, tidak peduli dengan kekacauan yang sudah ditimbulkan.

Haduuh kenapa aku harus seceroboh itu sih? Aku harus lebih hati-hati mulai sekarang, gerutunya dalam hati.

Dilihatnya jam di ponsel menunjukkan pukul 5:50. Hari ini, Alana bangun lebih pagi dari biasanya. Ia segera beranjak dari kasurnya yang tipis dan bergegas menuju kamar mandi. Dua puluh menit kemudian, setelah menyelesaikan ritual pagi, Alana turun ke bawah.

Begitu ia mencapai pertengahan tangga menuju ruang makan, pandangannya langsung tertuju pada Zayn yang sudah duduk santai, menikmati sarapannya. Di meja, Bu Sari tampak sibuk menyiapkan segelas teh hangat untuk putra kesayangannya.

"Eh, Alana, akhirnya bangun juga kamu," ujar Bu Sari tanpa menoleh, nada suaranya tidak mengandung kehangatan. "Mau sarapan atau cuma mau ngabisin waktu di atas sana terus? Sindirnya.

Alana menahan napas sejenak. Ia tahu betul nada sinis itu. "Nggak apa-apa, Bu. Saya nanti aja," jawabnya sambil berusaha menjaga sikap.

" Kenapa? Masakan ku nggak enak? jangan cuma bengong di situ. Lebih baik cepat makan dan jadi anak yang berguna, Jangan cuma mengandalkan wajah cantikmu itu, tingkatkan nilaimu juga. Oh ya, nanti setelah makan kamu bantu ibu untuk membereskan piring kotornya. toh masih terlalu pagi untuk ke sekolah kan? masih sempat dong." Ucap Bu sari sinis.

Alana menganguk patuh dan segera berjalan ke meja makan.

Zayn, yang duduk di samping, langsung menatap tajam ke arah ibunya. Wajahnya terlihat tegang, tidak suka dengan kata-kata ibunya yang seolah menyudutkan Alana.

"Bu, nggak usah ngomong kayak gitu ke Alana. Urusan membereskan piring, biar Zayn yang bantu. Berhenti nyuruh Alana terus, tanpa ibu suruh pun biasanya kan Alana yang selalu membersihkannya, bahkan sampai dia telat ke sekolah," ujar zayn kesal.

Bu Sari mendengus, melirik Zayn dengan tatapan tak setuju.

"Zayn, Ibu hanya ingin Alana membantu. Apa salahnya sih? dia kan perempuan, sudah sepantasnya ikut meringankan beban Ibu di rumah ini. Selama ini, Ibu tak pernah protes tuh saat ayahmu menampungnya. Ibu hanya ingin sedikit balasan dari penumpang yang tinggal di rumah ini." tegas Bu Sari dingin.

"Kalau tidak mau, tidak usah membantu. Habiskan saja makanan kalian," tambahnya lagi sebelum berbalik dan meninggalkan ruang makan tanpa menunggu jawaban.

Suasana hening setelah kepergiannya, menyisakan Alana dan Zayn yang duduk dengan perasaan tak nyaman. Zayn mendesah pelan, menatap Alana yang kini hanya menunduk, berusaha menelan rasa pahit yang ditinggalkan oleh ucapan Bu Sari.

"La, nggak usah diambil hati, ya," ujar Zayn, menenangkan. "Aku tahu, Ibu memang kadang… sulit. Tapi kamu bukan beban kok di sini."

Alana mengangguk tersenyum, meskipun senyumnya adalah senyum cerah yang sangat Zayn benci, senyum yang digunakan Alana untuk menyembunyikan rasa sedihnya.

"Makasih, Za. Santai aja, aku udah biasa kok, hehe. Mungkin ibumu cuma lagi capek aja, nggak papa kok, bantu-bantu kecil kayak gitu mah," ujar Alana, mencoba mengalihkan suasana. "Oh ya, kamu udah selesai belum makannya? Ayo, cepet beresin terus kita langsung ke sekolah."

Zayn menatap Alana sejenak, merasa kagum dengan caranya menyikapi hal ini meskipun ia tahu Alana hanya berusaha menutupi perasaannya.

 "Oke, ayo kita beresin bareng ya," jawab Zayn, tersenyum tipis.

Mereka berdua segera merapikan piring dan peralatan makan di meja. Alana dengan cekatan membersihkan meja, sementara Zayn membawa piring-piring kotor ke dapur. Sesekali, Zayn melirik Alana yang tampak biasa saja, seolah kejadian tadi tak membuatnya terluka sedikit pun. Namun, Zayn tahu, Alana hanya berusaha menutupi rasa sakitnya.

Setelah semuanya rapi, Zayn kembali menatap Alana. "Yuk, kita berangkat," ajaknya sambil mengambil tas.

Alana mengangguk, lalu mengangkat tasnya juga. Mereka berjalan menuju pintu keluar, dan Zayn membuka pintu lebar-lebar untuk Alana.

"Terima kasih, Tuan," ujar Alana dengan nada bercanda. Membuat Zayn tersenyum tipis.

*

*

Di kelas yang sudah dipenuhi suara obrolan teman-teman, Alana melangkah mendekati Airin yang duduk menyandar di kursinya dengan wajah bosan. Entah sejak kapan Alana sudah menganggap Airin sebagai sahabatnya, walaupun ia sadar bahwa Airin tampaknya masih menutup diri dan tidak sepenuhnya terbuka padanya.

“Hei, pagi Rin,” sapa Alana dengan senyum ramah.

Airin meliriknya sekilas, lalu mengangguk pelan. “Hmm... pagi,” sahutnya singkat, masih dengan nada yang terdengar malas.

Alana tetap tersenyum, berusaha membuat suasana lebih hangat. Mungkin butuh waktu bagi Airin untuk benar-benar merasa nyaman, pikirnya. Tapi, ia tak akan menyerah begitu saja.

“Masih pagi kok udah loyo aja, gimana nanti kalau udah siang? Bisa-bisa kamu beneran ketiduran di kelas deh,” ledek Alana.

Airin menghela napas sambil melirik zayn yang duduk di sebelah bangku Alana dan sudah mulai tertidur di mejanya.

"Temenmu itu kan juga doyan tidur di kelas, tuh sekarang aja udah mulai tidur, kamu nggak tegur? tanya Airin datar.

"Kalo dia mah udah langganan, Rin. Udah nggak mempan lagi kalo ditegur. Percuma, bikin mulut capek aja. Ada gempa pun kurasa nggak bakalan bangun deh. Nggak heran kan dia dapet julukan 'Kebo Sekolah,' iya si kebo yang kerjaanya cuman molor di sekolahan, haha..." kekeh Alana.

Airin mendengar itu menyunggingkan senyum tipis. "Iya juga, ya. Lucu juga sih ada orang yang bisa tidur nyenyak di tengah kelas ramai kayak gini." ujarnya.

Alana tersenyum senang melihat reaksi Airin yang akhirnya melunak, meskipun hanya dengan senyum tipis. Akhirnya dia tersenyum juga, batinnya lega.

Tak lama kemudian, suara bel masuk berdering memenuhi kelas. Obrolan yang semula riuh seketika mereda, dan semua siswa kembali ke tempat duduk masing-masing. Alana melirik Zayn yang masih tertidur pulas di mejanya, namun tak berniat membangunkannya. Biarlah, paling juga nanti dia kaget sendiri pas pelajaran dimulai, pikirnya sambil tersenyum kecil.

*

*

Di ruang guru, Zidan tampak serius menginput nilai siswa di laptopnya. Tiba-tiba Pak Bakri menghampirinya dengan wajah riang.

"Pak Zidan, weekend ini kamu ada rencana apa?" tanyanya pak Bakri semangat.

"Minggu ini? Memangnya ada apa, Pak?" Zidan balik bertanya.

"Bagaimana kalau kita pergi naik gunung? Atau mungkin memancing juga seru," usul Pak Bakri.

Zidan tersenyum, mencoba menghindar. "emm... saya lihat jadwal dulu ya Pak," jawabnya sambil mengeles. Sepertinya akan sulit karena akhir pekan ini ia harus mengurus Ziza, kucing yang dititipkan Zahra padanya.

"Oke, oke! Saya tunggu pak, nanti kalo nggak ada acara langsung kasih tau ya." pesan pak Bakri.

Salah satu guru lain menimpali sambil terkekeh, "Mulai lagi deh... Serangan penyambutan ala Pak Bakri, setiap ada guru baru pasti diajaknya naik gunung."

Pak Bakri tak mau kalah. "Pak Zidan itu pandai bergaul, makanya aku senang. Seru kan kalau naik gunung sambil berbagi cerita."

"Itu sih maunya Bapak aja biar ada temannya," celetuk guru lainnya, menggoda.

Zidan tersenyum sopan, lalu berdiri. "Maaf, Pak, saya ada jadwal mengajar. Saya pamit dulu ya." Ia pun segera pergi meninggalkan Pak Bakri sebelum ajakan itu berlanjut.

1
Delita bae
mangat😁😇
Delita bae
mangat😇💪💪💪🙏
Lily
haloooo semangat kakakkkk
nao chan: haii, semangat juga untuk kamu ya. makasih sudah mampir😊🤗
total 1 replies
Mia Anindi
njelehi pak Budi ini
Riris Marsinta
sangat menghibur
Riris Marsinta
tinggalkan jejak
Ririe Krisnawati
shock berat zidan oleh lana😂😂
Aldo
dia yang sembunyi dia juga yang nanya kenapa sembunyi🤣🤣
Atika Kusuma
pantesan Alana takut sekalinya pak Budi bejat 😤
Laura Larasati
asik lanjuuut/Smirk/🤭😄
Meriyana
semangat up Thor di tunggu🤗
Laura Larasati
ada-ada aja Zayn ni ngapain dia ikutan dadah juga/Facepalm//Facepalm/
Elin
jahil ih Zidan
Elin
dih narsis Zidan😂😂
Elin
haha pekanya
Elin
ni orang tua kenapa sih😡
Elin
haha nggk pendek sih tapi mungil😅
Yandi
astaga Zidan 😅😅
Yandi
aww jadi sedih ingat ayah🥹🥹
Yandi
malu banget pasti itu Alana🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!