Buta sejak lahir dan diasingkan dari keluarga, Nola Neilson kehilangan sosok ibu yang mencintainya. Ayahnya menikah dengan selingkuhan dan membawa anak-anak haram ke dalam rumah. Meski mengalami kekerasan, dia tidak pernah marah sedikit pun.
Ketika Nola dibawa pergi dari lubang neraka keluarga Neilson oleh pelindung mendiang ibunya, dia dijodohkan dengan Halbert Jefford—bos mafia yang mencuci tangannya dengan darah sepanjang hidupnya.
Jangan pernah membuat gadis itu marah karena akibatnya akan fatal. Meski Nola buta, dia mampu melihat mereka dengan kemampuan Supernatural nya. Bisakah Nola hidup berdampingan dengan Halbert yang dingin dan kejam?
Halbert tidak percaya adanya keberuntungan di dunia ini tapi dia mulai mempercayai keberuntungan yang diberikan istrinya .....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menganggapnya Sebagai Kutukan
"Ayahmu mengalami kecelakaan mobil. Dia mungkin akan lumpuh di masa depan," ucap Halbert setelah menutup panggil telepon.
"Bagus, dia layak mendapatkannya, bukan?" Gadis itu meliriknya.
Halbert tertegun saat melihat tatapan matanya. Meski begitu, dia masih ingin tahu sesuatu. "Kenapa menurutmu dia layak mendapatkannya?"
"Karena dia bilang aku tidak layak menjadi putrinya. Aku cacat dan aku tidak sempurna di matanya. Katakan padaku, kenapa aku tidak sempurna? Apakah hanya karena mataku menghalangi hidupnya?" Nola menyentuh matanya sendiri dan tatapannya sedikit tajam, tapi nada bicaranya masih datar dan santai.
Ada keheningan di ruang tamu. Halbert tidak pernah berpikir jika kebutaan adalah sebuah kecacatan fatal. Mata gadis itu memiliki warna abu-abu indah, seperti memakai kontak lensa. Tapi di matanya, itu tidak buruk.
"Di mataku, kamu sama sekali tidak menghalangi hidupku," ungkap Halbert.
Ada keheningan untuk sementara waktu dan Nola segera menunduk. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan meninggalkan ruang tamu dengan bantuan tongkat putih.
Halbert menyaksikannya meninggalkan ruang tamu tanpa kendala, matanya menyipit. "Rahasia apa yang kamu miliki sebenarnya," gumamnya sangat pelan.
Tak lama, suara barang pecah menggema di ruang utama. Seorang pelayan berteriak terkejut dan memanggil Nola seperti khawatir akan sesuatu.
Halbert segera melangkah lebar ke ruang utama dan melihat vas bunga di atas meja mainan pecah di lantai.
"Nona Nola, apakah kamu baik-baik saja? Nona, hidungmu berdarah," kata pelayan yang khawatir dirinya mengalami kecelakaan.
Nola menggelengkan kepala. "Aku baik-baik saja. Tidak apa-apa." Nada bicaranya sangat tenang.
Halbert segera melihat jika salah satu hidung gadis itu mengeluarkan darah. "Kamu mimisan lagi?"
Halbert ingat jika gadis itu juga mimisan saat berada di kantornya. Dan sekarang itu terjadi lagi. Dia semakin curiga jika beberapa kali kejadian yang menyangkut perkataan Nola ada hubungannya dengan ini.
Tanpa menunggu gadis itu menjawab, Halbert membopongnya ke kamar. Dia mengambil tisu untuk menyeka darah yang terus mengalir. Wajah Nola sedikit pucat saat ini dan tubuhnya juga dingin.
Halbert mengira dia sakit jadi meminta dokter keluarga untuk datang dan memeriksanya.
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Ini akan membaik setelah beberapa saat," tolak Nola sangat enggan menemui dokter.
"Jika kami tidak diperiksa, bagaimana aku bisa tahu kamu sakit apa? Patuhlah dan jangan banyak bicara. Aku tidak mau menikahi gadis sakit-sakitan, jadi lebih periksa dan obati lebih awal," jelas Halbert sedikit tidak berperasaan.
Nola tidak menjawab dan hanya menggigit bibir bawahnya. Ada sedikit ketidakberdayaan di wajahnya.
Saat Dokter Arnold datang dan memeriksa Nola, tidak ada keanehan apapun pada gadis itu. Dokter Keluarga menggelengkan kepala.
"Tidak ada yang salah dengan tubuh Nona Nola, Tuan Muda. Mungkin ini karena gejala cuaca panas?" Dokter Arnold juga tidak yakin.
"Apakah kamu yakin tidak ada yang salah dengannya?" Halbert semakin tidka mengerti dengan gejala yang dialami gadis itu.
"Ya, aku yakin. Tidak ada yang salah dengan tubuhnya."
"Baiklah, kamu bisa pergi," kata Halbert kesal.
Dokter Arnold segera berkemas dan meninggal rumah Jefford. Sedangkan Nola yang masih berwajah pucat kini perlahan mulai membaik. Mimisannya juga telah berhenti. Tapi gadis itu memilih untuk berbaring dan membelakangi Halbert.
Saat ini, Halbert tidak mau mengganggu suasana hati gadis itu dan akan mencari tahu perlahan tentang fenomena aneh ini.
"Kamu istirahat dan jangan berkeliaran. Jika ada sesuatu, aku ada di ruang belajar."
"Ya." Nola menyahut pelan.
Halbert meninggalkan kamar Nola dan menutup pintu.
Di tempat tidur, Nola tidak memejamkan mata sama sekali. Tubuhnya sedikit gemetar dan tangannya meremas seprai sedikit erat. Air matanya jatuh perlahan lalu dia memejamkan mata karena kelelahan.
"Bu, sakit ...," gumamnya sangat lemah. Tubuhnya yang sedikit gemetar akhirnya meringkuk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di rumah sakit.
Kecelakaan Tuan Neilson telah membuat istri dan anak-anaknya panik. Mereka bergegas ke rumah sakit tempat di mana Tuan Neilson dirawat dan menunggu cukup lama untuk operasi.
Menurut dokter, kecelakaan mobil yang menimpa Tuan Neilson telah membuat kedua kakinya mengalami keretakan tulang yang cukup parah dan persendiannya juga banyak mengalami kerusakan.
Sayangnya, meski ini tidak mengancam nyawa tapi kemungkinan besar Tuan Neilson akan lumpuh di masa depan. Saat tahu kabar tersebut, Nyonya Neilson hampir pingsan dan menyentuh dadanya untuk menenangkan diri.
Pada malam hari, Tuan Neilson telah siuman dan mendengarkan semua cerita dari awal hingga akhir. Ekspresi wajahnya tidak bersahabat. Bahkan sedikit frustasi dan tidak mau.
Nyonya Neilson menangis di samping suaminya. "Bagaimana mungkin? Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah gadis buta itu membawa keberuntungan untuk keluarga kita? Kenapa menjadi kutukan seperti ini?"
Tuan Neilson merasa urat biru di dahinya akan pecah kapan saja. "Menangislah dan menangis! Kamu hanya bisa menangis!" teriaknya marah.
Dia juga tidak menyangka akan mengalami kecelakaan seperti ini. Ini semua pasti gara-gara gadis itu!
"Nola!! Dasar anak terkutuk!" geramnya dengan mata memerah karena menahan amarah dan dendam.
Cepat atau lambat, dia pasti akan membalas semuanya.
mampir yuk ke novel ku juga☺❤