NovelToon NovelToon
THE MOCKINGBIRD : REDEMPTION

THE MOCKINGBIRD : REDEMPTION

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Perperangan / Hari Kiamat
Popularitas:106
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

800 setelah perang nuklir dahsyat yang melibatkan Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok, dunia telah berubah menjadi bayangan suram dari masa lalunya. Peradaban runtuh, teknologi menjadi mitos yang terlupakan, dan umat manusia kembali ke era primitif di mana kekerasan dan kelangkaan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Di tengah reruntuhan ini, legenda tentang The Mockingbird menyebar seperti bisikan di antara para penyintas. Simbol harapan ini diyakini menyimpan rahasia untuk membangun kembali dunia, namun tak seorang pun tahu apakah legenda itu nyata. Athena, seorang wanita muda yang keras hati dan yatim piatu, menemukan dirinya berada di tengah takdir besar ini. Membawa warisan rahasia dari dunia lama yang tersimpan dalam dirinya, Athena memulai perjalanan berbahaya untuk mengungkap kebenaran di balik simbol legendaris itu.

Dalam perjalanan ini, Athena bergabung dengan kelompok pejuang yang memiliki latar belakang & keyakinan berbeda, menghadapi ancaman mematikan dari sisa-s

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Kekalahan yang Mematahkan semangat

Hakar terbungkus dalam kegelapan malam yang pekat. Kota yang dulunya hidup kini tinggal kenangan. Pemberontak yang selamat berkumpul di ruang bawah tanah, di tempat perlindungan yang sudah terlalu sering mereka tempati. Di dalamnya, hanya ada suara napas yang berat, bisikan-bisikan cemas, dan kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan.

Athena berdiri di sudut ruangan, tubuhnya lelah dan penuh luka. Wajahnya yang dulu penuh semangat kini tampak lemah dan penuh kekosongan. Beberapa hari yang lalu, mereka merayakan kemenangan kecil atas pasukan Militer Timur, tetapi itu terasa jauh sekarang. Setiap langkah mereka, setiap upaya yang mereka buat, seolah hanya mempercepat kehancuran yang tak terhindarkan.

"Athena," suara Karos memecah keheningan. Ia berjalan mendekat, wajahnya penuh kecemasan. "Kita... kita tidak bisa bertahan lebih lama lagi."

Athena menoleh, matanya kosong. Ia tidak berkata apa-apa. Semuanya terasa seperti kebohongan yang tak terhindarkan. Setiap kali mereka berhasil menghentikan pasukan musuh, mereka hanya memicu kemarahan yang lebih besar. Militer Timur, yang dipimpin oleh para jenderal tak berperasaan, semakin kuat.

"Jika kita bertahan, kita akan mati sia-sia," lanjut Karos, suaranya serak. "Mereka sudah memblokade semua jalur keluar dari kota. Mereka tahu kita tidak akan bisa melarikan diri. Mereka sedang menunggu kita lelah."

Athena tidak bisa menahan rasa amarah dan ketakutan yang mulai meluap. "Kita akan melawan," jawabnya, suara tegas yang lebih banyak untuk menenangkan dirinya sendiri. "Kita belum kalah."

Namun, kata-kata itu hanya terdengar kosong di telinganya sendiri. Bagaimana mungkin mereka melawan jika setiap pertahanan mereka dihancurkan begitu cepat? Mereka telah kehilangan begitu banyak orang dalam beberapa hari terakhir.

"Masih ada waktu," lanjutnya, berusaha memberi harapan pada dirinya dan teman-temannya. "Kita akan mempersiapkan serangan malam ini. Mereka tidak akan menyangka."

Namun, saat malam tiba dan para pemberontak bersiap untuk melancarkan serangan terakhir mereka, teror yang lebih besar datang. Athena mendengar suara langkah kaki berat dan dentuman meriam dari kejauhan. Matanya melebar.

"Ini... mereka sudah di sini," bisik Sila, yang tiba-tiba muncul di samping Athena. "Pasukan mereka—seluruhnya—lebih besar dari yang kita kira."

Athena berpaling, merasa hati seperti dipenuhi batu. "Bagaimana mungkin? Kita sudah memutus jalur komunikasi mereka!"

Tapi kenyataannya lebih mengerikan dari yang mereka duga. Militer Timur tidak hanya datang dengan kekuatan penuh, tetapi mereka membawa senjata yang jauh lebih canggih—robot tempur yang dikerahkan untuk menghancurkan segala bentuk perlawanan. Pasukan-pasukan pemberontak yang sudah lemah dan kelelahan tidak akan bisa melawan itu.

Dengan tekad yang semakin memudar, Athena memimpin kelompoknya untuk bertempur satu kali lagi. Mereka menyerang dengan segala yang mereka miliki—senjata seadanya, peledak rakitan, dan semangat yang kian menipis. Namun, kehadiran mesin perang canggih itu membuat segala usaha mereka terasa sia-sia.

Serangan pertama dari pasukan musuh membuat sebagian besar pasukan Athena mundur. Athena sendiri memimpin serangan dari sisi kiri, dengan harapan untuk menjebak mereka dalam serangan mendalam. Namun, taktik itu terbukti salah.

Ketika mereka bergerak maju, pasukan Militer Timur sudah menunggu. Tembakan meriam yang menghantam tebing di sekitar mereka mengirimkan semburan debu dan batu besar ke udara, menghalangi penglihatan. Dalam sekejap, Athena dan pasukannya terjebak dalam gelombang serangan balasan.

"Pergi!" teriak Karos, memegang bahu Athena dengan kuat. "Kita harus mundur!"

Namun, Athena tidak bisa bergerak. Ia melihat sekeliling—teman-temannya jatuh satu per satu. Karos terbanting ke tanah, darah mengalir dari dada. Sila terluka parah, tubuhnya terhuyung setelah dihantam oleh peluru.

Athena berteriak, melompat ke depan untuk membantu Sila, tetapi pada saat yang sama, sebuah ledakan besar menghantam dekat tempat mereka berdiri. Ia terlempar ke belakang, terjatuh dengan keras. Langit di atasnya berputar-putar, kepalanya pusing dan matanya mulai kabur.

Namun, ia tahu bahwa ini adalah akhir dari segalanya.

Saat Athena terbangun, ia merasa tubuhnya sakit luar biasa. Seluruh tubuhnya terasa kaku, dan darah mengalir dari luka-luka yang belum sempat diobati. Ia melirik sekeliling, dan pemandangan yang ia lihat membuat hatinya nyaris berhenti berdetak.

Seluruh kota Hakar sudah dalam keadaan hancur. Reruntuhan bangunan di mana pemberontak terakhir kali bertempur kini terbungkus dalam api. Mayat-mayat yang tak terhitung jumlahnya tergeletak di tanah, beberapa dari mereka adalah orang yang ia kenal, yang telah berjuang bersamanya selama ini.

Athena berusaha berdiri, namun tubuhnya terasa berat dan tidak bisa digerakkan. Kakinya gemetar, tak sanggup menopang tubuh yang sudah hampir habis. Saat ia melihat sekeliling, ia melihat pasukan Militer Timur memasuki pusat kota, menghancurkan sisa-sisa perlawanan terakhir dengan mudah. Mereka membawa para tawanan—warga dan pemberontak yang masih hidup—ke dalam kandang besar, dipaksa untuk berjalan di bawah kawalan senjata.

Di antara para tawanan itu, Athena melihat seorang anak laki-laki yang ia kenal—anak dari seorang wanita yang pernah ia selamatkan di tengah pertempuran. Anak itu melihatnya dengan mata kosong, dan meskipun tidak ada kata yang terucap, Athena tahu apa yang terjadi. Anak itu akan menjadi bagian dari pasukan budak yang akan digunakan untuk mendukung tirani Militer Timur.

Itu adalah pukulan yang sangat berat. Kehilangan bukan hanya pada pasukannya, tetapi juga pada harapan yang selama ini ia pegang teguh.

Athena berjalan menuju reruntuhan yang dulu merupakan markas perlawanan. Di dalamnya, ia melihat Varek yang terluka parah, matanya mulai sayu.

"Athena..." bisiknya, suaranya hampir tidak terdengar. "Aku... aku tidak bisa melawan lagi."

Athena duduk di sampingnya, mencoba mengatur napasnya yang semakin cepat. "Kita... kita sudah berusaha sekuat tenaga," jawabnya, suaranya serak. "Kita tidak bisa menang, Varek."

Varek menggenggam tangannya dengan lemah. "Tidak... kita tidak kalah, Athena."

Athena menatapnya dengan penuh rasa sakit. "Lihatlah ini... mereka menghancurkan kita. Mereka menghancurkan semuanya."

Varek tersenyum lemah. "Tapi kita membuat mereka takut. Itu yang penting."

Athena menundukkan kepalanya, menangis. Ini bukan hanya kekalahan militer, ini adalah kekalahan harapan, kekalahan manusiawi. Mereka sudah melawan, mereka sudah bertarung dengan segala yang mereka miliki, dan pada akhirnya, semua itu sia-sia.

Namun, di tengah keputusasaan itu, Varek masih memiliki sedikit harapan. "Perlawanan ini tidak akan berhenti dengan kita. Mungkin kita kalah hari ini, tapi yang lain akan terus berjuang."

Athena hanya mengangguk pelan, hatinya penuh dengan penyesalan dan kehilangan. Dunia mungkin telah menjadi gelap, tetapi di dalamnya, perlawanan selalu bisa menyala, bahkan jika itu hanya dalam kenangan yang tak terhapuskan.

Athena dan sisa pemberontak yang masih hidup, meskipun terpojok dan hancur, menyadari bahwa perjuangan ini belum berakhir. Namun, untuk pertama kalinya, Athena merasa bahwa segala sesuatu telah berakhir untuk dirinya. Kekalahan ini bukan hanya tentang peperangan—tetapi tentang masa depan yang tak pasti, tentang dunia yang semakin terlupakan oleh umat manusia.

Dengan kehancuran di sekitar mereka, mereka harus melanjutkan hidup. Tapi dalam hati Athena, pertanyaan itu terus mengganggu—apakah ada masa depan yang layak diperjuangkan?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!