Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POLOS
Haidar hanya mengangguk dengan senyum tertahan. Pria itu juga meninggalkan koleganya itu dan menyusul putranya.
"Apa iya, dia sepolos itu Pa?" tanya Meisan berbisik.
"Sudahlah ... abaikan saja, dia masih terlalu kecil," ujar Wiliam tak menanggapi.
Haidar memilih kembali ke perusahaannya bersama putranya. Jika bersama ayahnya, Al tak bersama pengawalnya. Mereka berdua ditemani asisten baru Haidar yakni Setyo Nugroho. Pria itu sudah bekerja selama dua tahun bersama Haidar. Sedang Bobby membantu Rion.
"Kamu benar nggak tau pacaran itu apa?" tanya Haidar iseng.
Al menatap ayahnya. Ia menggeleng, remaja itu benar-benar tak tahu apa namanya pacaran. Ia sekolah bersama, Kean, Cal, Nai, Daud, Satrio dan Arimbi satu kelas akselerasi. Mereka jauh dari pergaulan anak remaja yang suka nongkrong dan pacaran. Hanya saja, ketika mereka tertarik pada salah seorang teman yang mengajak mereka ke klub malam dan nyaris dikeroyok oleh beberapa preman.
"Setau Al sih, pacaran itu sama kek henain tangan. Temenku dulu ada tuh nemu daunnya dan dijadiin pewarna kukunya," jelas Al.
"Pas Al tanya, ngapain, dia jawabnya lagi pacaran," lanjutnya.
Haidar terkekeh mendengar jawaban polos putranya. Sungguh ia ingin menjelaskan apa arti pacaran sebenarnya, tapi ia urungkan.
"Eh ... emangnya kamu pas kuliah nggak ada yang ngajak kek tadi?" tanya Haidar masih ingin tau.
Al memutar mata malas. Ruang lingkupnya hanya pada semua saudaranya dan rumah.
"Al nggak tau pa. Al kan selalu sama yang saudara lainnya. Nggak punya teman selain saudaraku," jawabnya.
Pria itu meyakini, ketika Al mengetahui arti pacaran sebenarnya nanti. Al tidak akan terbawa arus dan ingin coba-coba pacaran.
"Tidak apa-apa, biar nanti dia tau sendiri," ujarnya dalam hati.
Mereka naik mobil yang dibawa supir perusahaan. Al menatap jalanan di sisinya. Waktu memang sudah lewat makan siang.
Lain halnya yang dialami oleh Calvin di perusahaan Demian. Remaja itu sibuk membereskan semua hadiah yang dikirimkan ke meja kerjanya. Banyak kartu ucapan dengan gambar hati dan berwarna pink dan kertasnya harum.
"Wah ... penggemarmu banyak juga," ledek Jac.
"Ck ... tolongin sih om, Cal sebenarnya mau buang semuanya ke tong sampah. Dan kasih cokelat-cokelat ini sama anak-anak jalanan," ujar remaja itu kesal.
Jac membantunya membuang semua kertas. Sungguh Calvin kesal. Pintu sudah dikunci, ia sudah memarahi bagian cleaning servis untuk segera membuang semuanya.
"Nggak berani tuan muda. Takut ada yang penting juga ikut ke buang," sahut cleaning servis takut-takut.
Cal tak bisa memarahi terus wanita berusia tiga puluhan itu. Setelah mejanya bersih. Ia membungkus semua kertas wangi, yang ia yakini berisi puisi dan kata cinta untuknya.
"Kasihan si pengirim," sahut Jac.
Demian membiarkan adik iparnya itu. Ia sudah memasang cctv untuk mengetahui siapa yang menaruh benda-benda itu.
"Yah ... beginilah kalo jadi orang ganteng," keluh Cal percaya diri.
"Sialan kau!" sahut Jac lalu ia terkekeh.
"Cal yakin, semua saudara Kean pasti tengah sibuk dengan para penggemar. Kalo dikasari nanti kita dibilang sombong. Padahal mereka itu mengganggu banget," ujarnya.
"Sudah jangan meracau nggak jelas. Kerja!" sela Demian.
Mereka pun kembali bekerja, berkutat dengan tumpukan kertas di atas meja.
Hari sudah sore. Semua mulai menutup buku dan membereskan meja dari semua tumpukan pekerjaan. Semua pulang ke rumah mereka masing-masing.
Malam larut. Sean, Al, dan Daud duduk di balkon. Besok hari sabtu, mereka akan libur. Nai sudah tidur setelah habis isya' tadi, gadis itu kelelahan karena banyaknya pasien datang ke klinik gratis yang ia bersama Daud, Arimbi dan beberapa rekan seprofesinya, mereka membuka khusus kaum tak mampu.
"Sean," panggil Al.
"Hmmm."
"Menurut kamu pacaran itu apa?" tanya Al.
Ternyata remaja itu penasaran dengan istilah pacaran yang dilontarkan oleh gadis mungil cantik tadi siang.
"Pacaran itu cewe yang merahin kuku," jawab Sean lempeng.
Al diam. Ia tahu, pasti saudaranya itu juga tak tau apa arti pacaran sesungguhnya.
"Kok kayanya bukan itu deh artinya," ujarnya kemudian.
"Emang menurut kamu apa?" kini Daud yang bertanya. Ia sedikit lelah karena tadi ia juga banyak pasien datang.
"Tadi siang ada anak kolega papa nanyain aku apa aku pernah pacaran atau nggak," jelas Al.
Kedua saudaranya itu menatap Al. Mereka baru tau jika pacaran bukanlah kegiatan anak perempuan yang mewarnai kukunya dengan daun bernama 'Pacar' itu.
"Emang menurut kamu apa?" tanya Sean ingin tau.
Al mengendikkan bahu tanda tak tau. Demian mendengar percakapan itu. Sepertinya ia harus ikut andil untuk memberi wawasan agar, tiga adik iparnya itu tak begitu polos. Baru ia melangkah, sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya. Ia menoleh.
"Pa," panggilnya.
"Biarkan mereka dengan kepolosannya. Papa yakin, mereka akan cari tahu sendiri dan menilai jika pacaran itu banyak yang tidak baiknya," ujar Haidar.
"Tapi pa. Kalo mereka taunya dari hal yang salah bagaimana. Kita perlu loh memberitahu agar mereka waspada," jelas Demian.
"Tapi papa suka kepolosan mereka. Gemesin tau," Demian melongo.
"Pa ... nggak boleh gitu. Biar Demian jelasin ya," pinta menantu pria itu.
Akhirnya dengan berat hati dan helaan napas yang panjang, Haidar mengangguk lemah.
"Hei ... lagi pada ngapain kalian?" tanya pria berambut pirang dan beriris biru itu.
"Eh ... Papa Al, El" sambut Sean, Al dan Daud.
"Boleh kakak duduk di sini?" semua mengangguk.
"Sepertinya, kalian serius banget ngobrolnya," ujar pria itu setelah mendaratkan bokongnya di kursi.
"Ah ... nggak ada yang penting sih kak," sahut Daud salah tingkah.
"Kalo boleh tau, pada omongin apa?" tanya Demian setengah memaksa.
Akhirnya Al yang bercerita tentang masalah pacar itu. Demian nyaris tertawa mendengar pendapat Al tentang arti dari pacaran.
"Kok malah ketawa sih? Emangnya lucu ya?" tanya Al sedikit kesal.
Demian langsung meminta maaf. Ia sangat bahagia mendapat adik ipar yang begitu polos perihal asmara.
"Memangnya kalian nggak pernah naksir cewe cantik?"
"Naksir apaan?" tanya Daud kini benar-benar polos.
Demian tak tahan untuk tidak tertawa. Pria itu benar-benar mendapat adik yang unik.
"Ih ... malah ketawa!" sengit Daud kesal.
Sean dan Al juga sama. Mereka berdua cemberut dan kesal sekali dengan kakak ipar tampan itu.
"Maaf ... abis babies pada polos semua sih ...," kekehnya.
Demian sampai harus menyeka air matanya yang keluar dari sudut mata.
"Jadi gini babies ... naksir itu sama artinya menyukai lawan jenis yang istilahnya jatuh cinta. Dan pacaran itu adalah proses dari sebuah hubungan yang akan berlanjut ke jenjang selanjutnya yakni pernikahan," jelas Demian pada akhirnya.
"Tapi Kak Iya dan Kak Darren nggak pacaran!" sela Daud.
Demian menghela napas. Pacaran Darren dan Lidya memang berbeda Pria itu tak bisa menjawab pertanyaan itu.
"Ada kalanya jodoh datang setelah pacaran dengan gadis pilihan, bisa juga model Papi Dav dan Mami Seruni," jelas Demian lagi.
"Ada juga pacaran hanya jagain jodoh orang dan berakhir putus cinta," lanjutnya.
Ketiga remaja itu mencoba mencerna perkataan kakak ipar mereka.
"Ah ... pusing aku ngartiinnya," sahut Daud kesal.
Demian hanya menghela napas panjang. Memang susah jika berurusan dengan remaja yang sudah baligh tapi masih pada polos seperti Al, Daud dan Sean ini.
bersambung.
namanya juga ruang lingkup beda.
next?