Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28: Tapi tidak dengan putrimu
"Waw, santailah ... kau membuat bayi itu kaget," ujar pria itu yang tak lain adalah Arga.
Ady tetap mengambil tisu yang pria itu berikan, dia membersihkan mulut sang anak serta kemejanya yang terkena muntahan Ara.
"Kenapa kau ada disini huh?!" tanya Ady dengan nada yang tak santai.
"Ini kan tempat umum, terserah saya dong mau dimana?" jawabnya dengan santai.
Ady tampak mendelik tak suka pada Arga, pria itu telah membuatnya kehilangan kendali dan malah hampir menyakiti istri beserta putrinya.
"Cepat pergi dari sini, aku muak melihat wajahmu," ujar Ady dengan ketus.
"Kau muak melihat wajahku, tapi tidak dengan putrimu," ucap Arga dengan netra yang menatap Ara.
Ady menundukkan kepalanya, dia melihat putrinya yang tengah melebarkan senyumannya. Ady pun meraup wajah Ara agar putrinya itu tak melihat makhluk di sampingnya.
"Jangan di lihat nak, makhluk astral itu," ujar Ady dan mengubah pandangan Ara.
"Ngajarin anak tuh yang bener, anda gak becus jadi orang tua! sini, berikan putri anda," ujar Arga dengan nada memaksa.
Ady menepis lengan Arga yang terulur, dua tak suka dengan Arga yang berusaha akrab dengan dia dan putrinya.
"Lama-lama situ saya lempar yah!" kesal Ady.
"Lempar apaan? orang sa ...,"
Cklek!
Ucapan Arga terhenti, keduanya sama-sama menoleh melihat pintu ruangan yang terbuka dan tampaklah Alea yang sepertinya sudah di periksa.
"Sudah?" tanya Ady.
"Iya, dokter mau bicara sama mas. Berikan Ara pada Alea saja," pintanya.
Ady menyerahkan Ara pada Alea, setelahnya dia masuk dan melupakan makhluk yang mengganggunya.
Alea menduduki dirinya di bangku tunggu, dia menatap putrinya yang menguap lebar. Alea oun menutupnya dengan jari telunjuk, dan dirinya belum sadar jika sedari tadi Arga terus menatapnya.
"Kau istri dari pria tadi? atau wanita simpanannya?" tanya Arga dengan tidak sopan.
Alea menolehkan kepalanya, netra mereka bersitatap. Sejenak mereka terdiam dengan pandangan mengunci.
"Wajahnya ...," batin Arga.
"Apa mulutmu terbuat dari sampah? tidak bisakah kau berbicara yang lembut pada seorang wanita?" ketus Alea pada Arga yang sedang melamun.
Arga tersentak kaget, dia kira Alea merupakan wanita yang lembut sebagaimana yang dia lihat tadi saat Alea berbicara pada Ady. Namun, mengapa sifat wanita ini sangat cepat sekali berubah?
"Eooo, eooo,"
Alea mengalihkan pandangannya pada sang putri, Ara tampak berceloteh yang Alea tidak mengerti apa artinya.
"Bisakah anda pergi? mataku gatal melihat anda berdiri bak patung merak seperti itu," ujar Alea dengan nada tak santai.
"Mulutmu pedas sekali nona, aku jadi tertarik. Cepat jawab, kau istrinya atau simpanannya? jika kau simpanannya aku bisa meni ....,"
"Ku dengar seorang pria perebut istri orang, matinya tertabrak sapi," celetuk Ady yang ternyata sudah keluar dari ruangan dokter.
Pandangan keduanya mengarah pada Ady yang menatap Arga tajam, bahkan Alea bisa melihat sang suami mengepalkan tangannya.
"Mas, ini sudah terlalu siang. Kita harus menemui dokter anak bukan?" tanya Alea berusaha membuat perhatian Ady teralihkan.
Ady merangkul pinggang istrinya, mereka berjalan menjauhi Arga yang hanya menatap kepergian keduanya tanpa ekspresi.
Derttt!
Dertt!
Ponsel Arga berdering, dia mengambil ponsel di sakunya dan langsung mengangkat panggilan itu.
"Halo mom,"
"Arga, kau jadikan ke makam ayahmu?" tanya wanita di sebrang sana.
"Jadi mom, oh iya tolong bilang ke daddy jika aku membatalkan kontrak kerja sama dengan perusahaan Dominic," ujar Arga.
"Apa?! Arga apa kau sudah ...,"
Tuuutt!
Arga mematikan ponselnya, dia harus bergegas pergi dari rumah sakit. Sementara Alea dan Ady, tengah menenangkan Ara yang tampak takut ketika sang dokter mulai memeriksa dirinya.
"Oeeekk ... oeekkk,"
"Iya, sebentar aja sayang," ujar Alea.
Ara terus menangis, di tambah sang dokter mengatakan jika Ara harus di suntik vitamin. Ady tidak setuju dengan hal itu, tetapi Alea tahu jika sang dokter pasti tahu apa yang terjadi pada putrinya.
"Jarum segede itu di tusuki ke Ara?" tanya Ady yang tengah menggendong Ara.
"Itu kecil mas, sudah sini aku bukakan dulu baju Ara," pinta Alea.
Ady menjauh, dia takut putrinya merasa kesakitan. Apalagi jarum itu cukup menakutkan bagi Ady.
"Enggak, kan bisa minum obat? kenapa Harus suntik? dokternya gadungan Al," ujar Ady yang tak terima.
"Mas! kalau dokter gadungan gak mungkin dia kerja di rumah sakit besar, kamu aja yang jadi bapak gadungan," ujar Alea yang mulai kesal.
Sang dokter pun terlihat bingung dengan perdebatan suami istri itu, terlebih Ady yang sepertinya sangat overprotektif pada putrinya.
"Maaf pak, jika terus seperti ini maka pasien lain akan sangat lama menunggu," ujar sang dokter menengahi perdebatan mereka.
"Iya dok, maaf yah," ujar Alea yang merasa tak enak.
Alea mengambil Ara dari gendongan Ady, dia membuka sedikit baju sang anak sehingga dokter dengan mudah menyuntikkan cairan itu.
Ara tampak menangis keras, Ady tak tega dengan putrinya yang tampak kesakitan.
"Sudah," ujar Alea dan membenarkan baju Ara.
Alea pun menyusui putrinya, dia mengarahkan nutrisinya pada bibir mungil putrinya. Ara langsung melahapnya karena mungkin dia haus, sementara Ady langsung menutupi aset istrinya dengan selimut. Beruntung dokter yang menangani Ara adalah wanita sehingga Alea merasa nyaman untuk menyusui di ruangan ini.
"Jadi bagaimana dok?" tanya Alea yang kini sudah duduk berhadapan dengan dokter tersebut.
"Berat badannya bagus, hanya saja kenapa banyak sekali ruam seperti terkena gigitan nyamuk? apa rumah kalian banyak sekali nyamuk? kalau gitu kalian ...,"
"Apa anda bercanda?" sela Ady yang bertanya pada dokter.
Tampak sang dokter mengerutkan keningnya, dia sama sekali tak bercanda dengan apa yang dia pertanyakan.
"Rumahku memiliki Ac di setiap sudut, bahkan tak ada serangga satu oun di rumah kami. Seprai serta yang lainnya selalu kami ganti setiap hari, terlebih baju putri kami yang di pakai harus lewat alat pensteril dulu baru putriku gunakan. Bagaimana bisa ada nyamuk?" terang Ady dengan datar.
Alea merasa tak enak, dia menatap Ady untuk memberikan isyarat agar suaminya itu diam. Setelahnya Alea menatap sang dokter dengan salah tingkah.
"Maaf dok, suami saya memang suka khawatir jadinya begitu," ujar Alea yang merasa bersalah.
"Tidak apa, menurut saya ruam ini mungkin karena panas cuaca. Tidak ada yang perlu di masalahkan, kulit bayi memang sensitif," ujar sang dokter dengan tersenyum tipis.
Alea mengangguk, keduanya kembali berbincang mengenai keadaan Ara. Alea juga bertanya kapan Ara boleh mendapat makanan tambahan selain asi, apa yang harus dia lakukan jika Ara sedikit minum susu atau terlalu rewel.
"Seperti yang ku amati, Ara tampak seperti anak yang aktif. Namun, jangan sampai dia terlalu kelelahan karena dia memiliki imun yang lemah," terang sang dokter.
Alea mengangguk, berbeda dengan Ady yang sangat khawatir ketika dokter membicarakan hal itu.
"Imun putriku lemah? apa kau tidak bisa menyembuhkannya? kau seorang dokter bukan? terus tadi suntikan apa jika imun putriku masih lemah?!"
Alea dan dokter tampak terdiam kaku, mulut mereka sedikit terbuka mendengar pertanyaan Ady.
"Apa? aku benarkan?" seru Ady yang merasa dirinya benar.
**Jangan lupa beri dukungan dengan cara like, komen, hadiah dan vote yahhh🤗🤗🤗
Dukungan lancar, up pun lancar🤭🤭😘😘K