Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Mendengar kata tidak baik-baik saja, Arsy pun memeriksa kakek itu atas perintah Cahaya. Sekalian untuk melatih cucunya.
"Siapa namamu Nak?" tanya pria itu.
"Arsy kek," jawab Arsy sambil membenarkan posisi pria.
"Nama kakek Kyro." Pria itu menyebutkan namanya sendiri sebelum Arsy bertanya. Arsy tersenyum kemudian mengangguk.
Kemudian Arsy mengeluarkan liontin pemberian Kyro padanya. Lalu menyerahkan nya kembali kepada Kyro.
"Apa kamu tidak suka?" tanyanya. Arsy menggeleng cepat.
"Bukan tidak suka kek, tapi aku tidak layak untuk menerimanya," jawab Arsy yang masih menyerahkan liontin tersebut.
"Ambillah, pasangannya ada pada cucuku. Dan itu adalah lambang kekuasaan klan kami," ucap Kyro. Entah kenapa? Saat bersama Arsy, Kyro merasa gadis ini sangat layak untuk menjadi pendamping cucunya.
"Tapi kek ...."
"Ambillah, jika kakek sudah tiada nanti, kamu bisa menggunakan liontin ini untuk untuk mempermudah segala urusanmu," potong Kyro.
Arsy akhirnya mengalah dan segera pamit, karena ia masih ada tugas lain yang belum diselesaikan.
Baru beberapa menit Arsy dan Cahaya keluar, Zio masuk bersama sang asisten untuk menjenguk kakeknya.
"Anak nakal!" maki Kyro, padahal Zio baru saja datang.
Zio sudah sering mendengar kakeknya seperti itu, namun tidak dihiraukan nya. Karena cuma sang kakek satu-satunya keluarganya yang tersisa.
Sementara kedua orang tuanya sudah meninggal sejak lama karena kecelakaan tunggal.
"Kek, tenang. Kakek sedang sakit," ucap Zio dengan sabar.
"Aku meminta mu untuk menikahi gadis itu, tapi kamu malah menolak. Kurang apalagi? Gadis itu cantik dan sopan. Dan juga seorang dokter."
Zio terdiam, dia benar-benar dilema saat ini. "Kakek baru bertemu dengan gadis itu langsung mengklaim gadis itu baik. Bahkan kakek memberikan liontin lambat klan kita."
"Kakek tidak salah menilai orang, kakek sudah tua tapi tidak pikun."
"Sudahlah kek, aku sudah menyukai seseorang. Dia juga cantik dan tangguh dalam seni beladiri."
"Pokoknya kakek tidak mau tahu, kamu temui gadis itu dan dia ada di rumah sakit ini."
Zio bersikukuh tidak ingin menemui gadis pilihan kakeknya. Karena menurutnya, baik bagi kakeknya, belum tentu baik untuk dirinya.
"Maaf kek, aku tetap dengan gadis pilihanku yang sudah menolongku," ucap Zio dengan nada rendah.
"Kenapa kamu sangat keras kepala? Kakek hanya ingin yang terbaik untukmu."
Zio tidak mengerti dengan kakeknya. Padahal selama ini kakeknya tidak seperti itu. Kakeknya tidak pernah mengurus atau menanyakan masalah percintaan nya.
Zio duduk dikursi sambil memegangi tangan sang kakek yang sudah mulai keriput. Meskipun demikian, tubuhnya masih tegap. Karena dia mantan ketua mafia.
"Kek, please. Biarkan aku menentukan pilihanku sendiri. Aku yakin dia yang terbaik untukku," ucap Zio memohon.
Zio kejam jika dengan musuhnya. Namun dengan sang kakek, Zio tidak berkutik. Tapi jika masalah jodoh, Zio tidak mau diatur.
"Terserahmu lah, tapi kamu jangan menyesal. Sekarang pulanglah, kakek ingin sendiri."
Zio pun akhirnya pamit dan akan kembali ke perusahaan. Karena masih banyak pekerjaan yang belum ia selesaikan.
"Tio, sudah kamu temukan gadis itu?" tanya Zio. Saat ini mereka sudah berada didalam mobil.
"Belum Tuan," jawab Tio.
Saat Tio menemukan Zio, Tio tidak melihat gadis itu. Yang ada hanya Zio yang sedang tertidur dan enam orang yang sudah terkapar.
"Tuan, bagaimana aku bisa mencari gadis itu? Sedangkan ciri-cirinya saja aku tidak tahu," batin Tio.
"Jalan," pinta Zio. Zio bersandar di kursi penumpang. Jujur ia sangat bingung ketika ini.
Belum lagi masalah perusahaan, ditambah keinginan sang kakek dan gadis yang menolongnya belum juga ia temukan.
Tio melihat dari kaca spion bagian dalam mobil. Dilihatnya tuannya sedang memejamkan matanya.
Tio belum pernah melihat tuan nya segalau itu. Terlihat sekali jika tuan nya begitu rapuh.
"Tio, teruskan mencaritahu tentang gadis itu," pinta Zio.
"Tapi Tuan, bagaimana ciri-cirinya?" tanya Tio penasaran.
"Cantik, berambut panjang dan tinggi kira-kira 170 cm," jawab Zio.
"Baik Tuan!"
Zio kembali memejamkan matanya sambil memijit pelipisnya. "Entah seperti apa gadis yang kakek pilihkan untukku? Jangan-jangan lebih jelek dari gadis itu," batin Zio.
Akhirnya merekapun tiba di perusahaan. Tio memarkirkan mobilnya ditempat parkir khusus. Kemudian ia keluar terlebih dahulu untuk membuka pintu untuk Zio.
Zio langsung keluar dari mobil dan berjalan menuju lift. Bahkan sapaan para karyawannya pun tidak ia hiraukan.
Tiba diruang kerjanya, Zio duduk dikursi kebesarannya. Pikirannya terbagi menjadi antara gadis pilihan sang kakek dengan gadis yang telah menyelamatkan dirinya.
Setelah beberapa saat, Tio masuk kedalam ruangan Zio. Tio pun melaporkan jika perempuan yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan Zio sangat banyak.
"Sudahlah, biar aku yang mencarinya sendiri," ujar Zio akhirnya.
Zio mengambil kertas dan pensil, kemudian ia membuat sketsa wajah gadis itu. Zio hanya membuat sketsa wajah sesuai dengan apa yang diingatnya.
Setelah selesai, iapun menyerahkannya kepada Tio. Tio memperhatikan wajah gadis yang Zio gambar. Kemudian ia mencarinya melalui komputer miliknya.
"Dapat Tuan!" seru Tio. Zio pun spontan mendekat ke Tio karena Tio berhasil mendapatkannya.
Namun Zio kecewa karena tidak bisa menemukan informasi tentang gadis itu. Dan semua identitasnya terkunci tidak bisa dibuka sama sekali.
Sekeras apapun Tio berusaha, identitas gadis itu tidak bisa ia dapatkan. Hanya foto Arsy yang mirip dengan sketsa yang Zio gambar.
"Aneh, kenapa semua datanya terkunci. Bahkan aku tidak bisa membukanya," batin Tio.
Sementara Arsy yang masih berada di rumah sakit pun segera masuk kedalam ruangan neneknya.
Arsy mengeluarkan laptopnya dari tasnya yang selalu ia bawa. Kemudian ia menghidupkan laptopnya.
"Sepertinya ada yang ingin mencari tahu identitasku," gumam Arsy. Kemudian ia melakukan serangan balik pada orang itu. Dan memperkuat sistem pertahanannya agar tidak mudah ditembus.
Arsy tidak ingin merusak komputer lawan, ia hanya ingin melihat sejauh mana kemampuan lawannya itu. Jika lawannya kuat, barulah ia akan membuat komputer lawan tidak bisa berfungsi.
Namun Arsy mendapatkan alamat IP dari pihak lawan. Dan nanti ia akan mencari tahu orang yang ingin bermain-main dengannya.
Arsy menutup laptopnya karena masih ada tugas. Hingga sore, mereka semua baru selesai dan akan kembali ke rumah masing-masing.
"Kamu sama siapa sayang?" tanya Cahaya.
"Sendiri Nek, aku bawa motor. Malas mau pakai mobil," jawab Arsy.
"Kamu ini, duplikat mamamu," ucap Cahaya, kemudian ia masuk kedalam mobil.
"Ar, ternyata kamu disini. Dari tadi aku mencari mu." David yang tiba-tiba menghampiri Arsy.
"Sebaiknya kamu jauh-jauh dari aku, aku tidak mau orang salah paham dengan kita," ujar Arsy lalu menjalankan motornya keluar dari parkiran rumah sakit.
David segera masuk kedalam mobil lalu mengejar Arsy. Arsy melajukan motornya menyalip kendaraan lain.
Hingga David ketinggalan dan kehilangan jejak Arsy karena didepan sedang macet.
lanjut Thor jngan dengar kan yg engga suka