Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak semua pria sama
Sementara itu karena Delisha mengatakan ingin memakan es krim, pada akhirnya Ani membawa Delisha pergi ke taman sambil menikmati waktu sore di sana.
Ani dan Delisha mengambil duduk di sebuah bangku taman di dekat pohon besar yang rindang dan cukup teduh dengan angin yang sepoi sepoi membuat siapa saja betah berlama lama duduk di sana.
Suasana taman begitu ramai apalagi di waktu sore seperti ini, banyak beberapa keluarga terlihat tengah asyik berpiknik atau bahkan hanya sekedar bersantai bersama keluarga kecil mereka, di sebelah taman juga terdapat banyak stand makanan mulai dari kuliner tradisional, kekinian, hingga luar negeri berjajar rapi di sepanjang jalanan taman membuat suasana kian ramai yang di isi beberapa pemburu makanan atau pejalan kaki yang hanya sekedar mampir mengisi perut mereka.
Sambil memakan es krimnya Delisha menatap beberapa keluarga kecil yang terlihat riang gembira, di mana beberapa anak kecil nampak asyik bermain bersama ayah dan bundanya. Seorang laki laki nampak menuntun anak perempuannya menuju stand es krim, Delisha nampak intens memperhatikan interaksi keduanya entah apa yang sedang di pikirkan Delisha namun tiba tiba ia bangkit dan melangkahkan kakinya mendekat ke arah anak kecil itu.
Ani yang memang sedang menelpon lantas tidak menyadari akan Delisha yang beranjak dari tempat duduknya, anak kecil itu menerima es krim yang di berikan ayahnya dengan riang kemudian berlarian menuju ke arah ibunya berada, entah ini sebuah kebetulan atau apa dengan sengaja Delisha lantas menabrakkan dirinya ke arah anak kecil itu hingga es krimnya jatuh ke tanah membuat gadis kecil itu cemberut dan hampir menangis.
"Ada apa sayang?" tanya pria tersebut yang langsung berjongkok dan menatap wajah anaknya yang sudah akan menangis karena es krim tersebut jatuh ke tanah.
Ditatapnya Delisha yang tengah menatap keduanya dengan wajah yang datar tanpa ekspresi apapun.
"Di mana orang tua mu ha? anak nakal seperti mu harus di beri pengetahuan agar tidak semakin menjadi jadi dan mengganggu anak orang lain seperti ini!" ucap laki laki itu dengan ketus.
Delisha yang mendengar hal itu seketika mengingat kenangan demi kenangan Geffie yang sedang memarahi Kinara sambil melempar beberapa barang, kenangan itu berputar begitu saja dan berbekas di ingatan Delisha membuatnya lantas dengan spontan berjongkok dan menutup telinganya seperti tengah ketakutan.
"Begitukah cara mu berbicara dengan orang tua ha? kalau ada orang yang lebih tua berbicara harusnya kamu mendengarkan bukan menutup telinga seperti itu." ucap laki laki itu dengan kasar.
Ani yang mendengar ribut ribut lantas menatap sekeliling dan mendapati bahwa Delisha tidak ada di sana, Ani buru buru bangkit dan menghampiri suara bising bising itu yang tentu saja sudah mengundang beberapa orang yang penasaran tentang apa yang tengah terjadi.
"Ada apa ini ya?" tanya Ani kala menghampiri Delisha dan langsung memeluk tubuh mungilnya.
"Lain kali jaga putri mu, jangan lupa ajari sopan santun agar tidak mengganggu anak orang lain seperti tadi!" ucap pria itu dengan dingin kemudian melenggang pergi sambil menuntun putri kecilnya.
"Tenanglah bude ada di sini, jangan takut ya." ucap Ani menenangkan sambil mengelus elus pundak Delisha yang sedikit bergetar. "Ada apa sebenarnya dengan anak ini? kenapa rasanya seperti ada trauma yang berbekas di hati anak ini?" batinnya dalam hati bertanya tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Delisha.
**************
Kembali kepada Kinara dan Kafeel.
Sesekali Kafeel melirik ke arah Kinara yang tengah memejamkan matanya namun tidak tertidur, di tengah terpaan cahaya sunset yang mulai meredup Kinara nampak begitu cantik dengan bentuk hidung yang kecil namun mancung dan dagu yang sedikit lancip, membuat wajah Kinara nampak sangat menawan di tengah pancaran cahaya sunset yang begitu indah.
"Cantik" batinnya dalam hati kala memandangi raut wajah Kinara.
Kinara yang memang tidak dalam posisi tertidur sadar bahwa sedari tadi Kafeel tengah memperhatikan dirinya yang sedang asyik menikmati sunset.
"Apakah kamu akan terus memandangi ku seperti itu?" tanya Kinara masih dengan memejamkan matanya membuat Kafeel langsung salah tingkah kala mendengar ucapan Kinara barusan.
Kafeel yang memang sudah tertangkap basah mencoba mencari peralihan namun sama sekali tidak ada ide yang melintas di pikirannya, malah sebuah pertanyaan yang nyeleneh tiba tiba muncul di benaknya dan selalu membuat Kafeel penasaran akan apa jawaban yang di berikan oleh Kinara untuk menjawab pertanyaannya.
"Apa kamu bahagia Ra?" tanya Kafeel tiba tiba membuat Kinara yang semula dalam posisi rebahan lantas langsung bangkit dan menatap ke arah Kafeel dengan tatapan yang bingung tak mengerti kemana arah pembicaraan Kafeel.
"Apa yang sebenarnya kau pertanyakan? pekerjaan? rumah? atau apa?" tanya Kinara memastikan.
Kafeel lantas tersenyum mendapat pertanyaan kembali dari Kinara karena ternyata gadis di depannya sangatlah pandai dalam bermain kata dan menutupi perasaannya dengan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak menanyakan itu, aku tanya apa hati mu bahagia?" ulang Kafeel yang kali ini lebih spesifik lagi.
Terdengar helaan nafas di sana sampai kemudian. "Jika ditanya apa aku bahagia? tentu aku sangat bahagia karena memiliki putri kecil nan cantik seperti Delisha." ucap Kinara sengaja berdalih padahal ia benar benar tahu bukan ini jawaban dari pertanyaan Kafeel barusan.
"Hanya Delisha? lalu bagaimana dengan rumah tangga mu?" pancing Kafeel lagi.
"..."
"Tak apa jika kamu tidak ingin menceritakannya, terkadang beberapa pertanyaan tak selalu menemukan jawabannya bukan?" ucap Kafeel sambil tersenyum kemudian menatap lurus ke arah depan membuat Kinara semakin bingung karena tidak biasanya Kafeel akan menyerah begitu saja.
"Jika kamu bertanya dulu, aku pasti akan menjawab bahwa aku sangat sangat bahagia karena mempunyai seorang suami yang mungkin bisa di katakan idaman bagi seluruh perempuan di luaran sana, namun jika kamu tanya sekarang jawabannya adalah aku ragu, aku ragu kini aku bahagia karena nyatanya seseorang yang berhati hangat dan penyayang akan membuat luka yang sangat dalam daripada seseorang yang berhati dingin." ucap Kinara sambil menatap lurus ke depan seakan menerawang jauh kenangan demi kenangan yang telah terukir indah di benaknya. "Terlalu panjang ya? tapi setidaknya cukup bukan untuk menjawab semua pertanyaan mu barusan?" imbuh Kinara.
"Terkadang beberapa luka menimbulkan bekas yang mendalam dan sulit untuk sembuh, namun terkadang terdapat beberapa luka yang akan sembuh jika di obati dengan metode yang sama." ucap Kafeel kemudian.
"Maksudnya?" tanya Kinara tidak mengerti.
"Jangan menuding semua pria yang berhati hangat dan penyayang sebagai penyebab luka paling dalam karena tidak semua laki laki bajingan memiliki hati yang hangat dan penyayang." ucap Kafeel dengan tersenyum tipis membuat Kinara lantas terdiam seribu bahasa.
Bersambung