Tanisha Alifya, seorang gadis yatim berusia 23 tahun yang merantau di ibu kota Jakarta hanya untuk mengubah perekonomian keluarganya. Dia menjadi seorang petugas cleaning service di sebuah perusahaan yang di pimpin oleh seorang laki-laki tampan dan dingin.
Zico Giovanno Putra, seorang direktur utama sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan software, PT. ERPWare Indonesia. Seorang direktur yang masih muda, berusia 28 tahun. Memiliki kecerdasan dan ketajaman dalam mengambil setiap peluang yang ada.
Pada suatu malam, karena berada dalam pengaruh alkohol, Zico memperkosa Nisha dan menyebabkan Nisha hamil.
Bagaimana kisah seorang direktur utama yang berada di hierarki teratas dalam perusahaan jatuh cinta dengan karyawan outsource yang berada di hierarki paling rendah?
BACA TERUS kelanjutan kisah mereka dalam LOVE ME PLEASE, HUBBY.
*Di usahakan untuk update tiap hari ^^ mohon dukungannya para readers tersayang :-)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 19 - Morning Sickness
Gerry tiba di rumah sakit dengan tubuh yang penuh dengan keringat. Dengan tergopoh-gopoh dia menghampiri bosnya yang tengah menunggunya di lobby rumah sakit.
“Ini…ini makanannya Pak.” Zico melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.03 WIB.
“Kamu telat tiga belas menit.”
“Iya…Maaf…Maafkan Saya Pak. Tadi Saya telat karena mencari ceker pedas…”
“Ya sudah. Kamu boleh pergi.”
“Kenapa Bapak di rumah sakit? Siapa yang sakit Pak?” tanya Gerry dengan penasaran.
“Besok Aku gak ke kantor dulu. Kamu urus semuanya. Bila ada sesuatu yang membutuhkanku, Kamu bisa menelponku.” Selesai berkata seperti itu, Zico segera berlalu. Meninggalkan Gerry yang masih terbengong-bengong di tempatnya.
Zico kembali ke kamar pasien dengan membawa pesanan makanan Nisha lengkap. Menurut dokter tidak ada pantangan makanan yang harus di hindari Nisha. Selagi perut Nisha bisa menerima makanan itu, maka tidak ada salahnya untuk memberi makanan itu.
“Yakin mau memakan ini semua?” tanya Zico masih tidak yakin.
“Hu’um.” Nisha menjawab sembari mulutnya mengunyah buah. Sementara tangannya di julurkan untuk menerima makanan dari Zico.
Hampir selama satu jam Zico menemani Nisha yang tengah lahap menyantap makanannya. Dan luar biasanya wanita itu bisa menghabiskan semua makanan yang di pesannya. Zico merasa sangat takjub.
“Tiap hari makanmu sebanyak ini?” tanya Zico dengan tidak percaya.
“Iya.”
“Siapa yang menyiapkan semua makanan itu?”
“Bu Lastri…”
“Bu Lastri? Kepala pelayan?”
“Iya…”
“Hem… sepertinya Aku harus benar-benar berterima kasih pada beliau. Kalau makanmu sebanyak ini, kenapa tubuhmu kurus sekali? Kemana perginya semua nutrisi makanan itu?” tanya Zico dengan heran. Nisha begitu malas untuk menjawabnya. Karena perutnya sudah kenyang, Nisha mulai mengantuk. Beberapa kali dia menguap, namun dia sungkan untuk langsung segera tertidur. Apalagi dengan kehadiran pria itu di sampingnya.
“Kamu mengantuk?”
“He’em.” Nisha menjawab dengan malu.
“Ya sudah, Kamu tidur dulu.”
“Aku tidak bisa tidur bila ada orang di sebelahku…”
“Aku akan tidur di sana (menunjuk sofa). Jangan memintaku untuk pergi karena Aku tidak akan pergi. Kamu menjadi tanggung jawabku. Sekarang tidurlah.” Zico beranjak dari duduknya, berjalan ke arah sofa. Memberikan ruang bagi Nisha untuk sedikit menyendiri.
Sebenarnya kehadiran Zico masih membuat Nisha takut dan was-was. Namun karena kantuk menyerangnya, pada akhirnya dia hanya bisa tertidur dengan lelap di ruangan itu.
***
Pagi datang begitu cepat. Nisha terbangun karena bau menyengat yang entah darimana datangnya. Rupanya seorang perawat meletakkan sarapan di samping tempat tidurnya. Nisha langsung menutup hidungnya. Perutnya mulai bergejolak. Makanan yang di makannya tadi malam sepertinya sudah bersiap-siap untuk di keluarkan.
Nisha cepat-cepat mengambil cairan infus, gerak-geriknya di perhatikan oleh Zico yang menatapnya dengan kebingungan. Dengan cepat dia segera berlari ke arah Nisha dan mengambil cairan infus di tangannya.
“Ada apa?” tanyanya.
Nisha tidak menjawab. Dia segera berlari ke arah toilet yang di ikuti Zico di belakangnya. Sesampainya di toilet, Nisha langsung mengeluarkan semua isi perutnya.
Hoeeeekkk…Hooeeekkk…Hoeeeekkkk…
Banyaknya makanan yang masuk ke tubuhnya tadi malam serasa percuma. Semua makanan itu keluar begitu saja. Zico merasa terkejut melihat pemandangan di depannya. Namun dia segera mengatasi rasa terkejutnya. Dengan cepat dia berada di belakang Nisha dan memijit-mijit punggungnya.
Zico sama sekali tidak merasa jijik melihat banyaknya muntahan yang di keluarkan Nisha. Dia hanya merasa kasihan dan prihatin melihat kondisi wanita itu. Dengan telaten dia memijat-mijat punggung Nisha, berharap pijatannya itu membuat perasaan wanita itu sedikit lebih baik.
Hampir dua puluh menit mereka berada di toilet. Nisha merasa sangat lemas. Dia tidak memiliki tenaga untuk bisa berdiri. Dengan perhatian Zico menyeka mulut Nisha dari bekas muntahan. Dia juga menyeka keringat dingin di kening Nisha.
“Su…Sudah…” kata Nisha dengan lemah.
“Tidak ada yang mau di keluarkan lagi?” tanya Zico yang di jawab dengan gelengan kepala. Dengan hati-hati Zico mengangkat tubuh Nisha dan membaringkan wanita itu di ranjang rumah sakit.
Nisha yang kelelahan langsung meringkuk, seperti posisi bayi yang masih dalam kandungan. Zico menyelimuti tubuh Nisha. Sedikit demi sedikit Nisha mulai tertidur lagi. Melihat Nisha sudah tertidur, Zico langsung mencari dokter kandungan mereka, untuk mengkonsultasikan apa yang baru saja di alami oleh wanita itu.
***
Nisha kembali terbangun siang itu. Hal pertama yang di lihatnya ketika terbangun adalah wajah tampan itu. Nisha segera mengambil selimutnya, berusaha menyembunyikan wajahnya dari tatapan mata tajam itu.
“Kamu sudah terbangun?” dari dalam selimutnya Nisha mengangguk-anggukan kepalanya. Dia merasa sangat malu untuk bisa menatap wajah pria itu. Dengan tidak tahu malunya dia muntah di depan pria itu. Dan dengan sabar pria itu juga telah membantunya. Ahhhh... betapa sangat memalukan.
“Ayo minum air jahe ini dulu. Kata dokter air jahe bisa sedikit meredakan mual.” Zico mengambil air jahe dan berusaha membuka selimut yang menutupi wajah Nisha. Pada akhirnya Nisha hanya bisa patuh pada pria dominan itu.
“Sudah baikan?”
“Iya…”
“Apakah hal ini terjadi setiap hari?”
“He’em…”
“Kenapa berbohong padaku? Kamu bilang tidak pernah mengalami muntah di pagi hari?”
“Ak…Aku tidak ingin merepotkan…”
“Kamu tidak pernah merepotkanku. Kamu akan menjadi tanggung jawabku sampai anak itu lahir. Apapun yang terjadi padamu, sepenuhnya menjadi tanggung jawabku. Jadi Kamu harus jujur padaku atas semua hal. Mengerti?”
Nisha menganggukkan kepalanya sembari menunduk. Membuat Zico merasa bersalah karena sudah bersikap agak keras pada wanita itu.
“Biasanya sampai kapan mual ini berlanjut? Tadi malam Aku melihatmu makan dengan lahap. Tidak mungkin sampai malam kan?”
“Hanya pagi saja. Siang sampai malam baik-baik saja…”
“Itu artinya saat ini tubuhmu sudah baik-baik saja?”
“Iy…Iya…”
“Ada makanan yang ingin Kamu makan?” Nisha menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Tadi malam makanmu sangat banyak. Apa kalau siang Kamu tidak memiliki nafsu makan?’’ Nisha kembali menggeleng-gelengkan kepalanya, membuat Zico kembali cemas.
“Apa yang Kamu inginkan sekarang? Katakan padaku. Aku akan membelikannya untukmu.”
“Gak ada…”
“Perutmu kosong. Walau Kamu tidak memiliki nafsu makan, tapi Kamu harus tetap mengisi perutmu. Demi bayi Kita, maksudku demi bayinya.”
“Di kulkas ada pudding dan buah. Kamu mau makan salah satunya?”
“Ya…”
“Aku ambilkan dua-duanya.”
Zico kembali dengan pudding dan buah di tangannya. Meskipun sedikit demi sedikit, Nisha mau memakan makanan itu. Zico merasa sangat prihatin melihat wanita itu. Dia jadi berpikir,apakah setiap hari wanita ini mengalami morning sickness? Siapa yang merawatnya ketika dia sedang sakit? Apakah mamanya memaksan Nisha melakukan semua pekerjaan rumah tangga itu dengan kondisi tubuh Nisha yang seperti ini?
Argghhh!!
Zico merasa sangat bersalah. Keputusannya untuk membuat Nisha tinggal bersama keluarganya ternyata keputusan yang salah. Bukannya kasih sayang yang di dapatkan Nisha, malah perlakuan tidak menyenangkan dari keluarganya. Zico mengutuk dirinya sendiri.
***
woey istri org tu 🤦😂