Alinea Alexandra sangat bahagia saat orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Diksi Galenio, pria yang selama ini diam-diam dia cintai.
Namun, kenyataan tak sesuai dengan harapannya, Alinea harus menelan pil pahit karena hanya dijadikan istri rahasia oleh Galen.
"Kamu tidak perlu bertingkah seperti seorang istri! Karena Aku menikahimu hanya untuk balas budi. Satu lagi, rahasiakan pernikahan ini dari kekasih ku!" Diksi Galenio.
Namun, saat Alinea terus memperjuangkan cintanya, Dia justru dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya.
Apakah Alinea akan terus berjuang untuk mendapatkan cinta suaminya?
Atau menyerah dan memilih mantan kekasihnya?
"Aku tunggu jandamu!" Skala Bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
"Ssssttt, jangan berisik!"
Skala berbisik sambil menatap tajam Orion yang tiba-tiba datang sambil berteriak.
"Kamu mau ngapain Alin, hah?" Orion berbicara dengan suara pelan.
Saat Orion masuk ke dalam apartemen, pria itu melihat Skala sedang mendekatkan wajahnya pada wajah Alinea yang berbaring di sofa. Jika dilihat dari belakang, Skala seperti tengah mencium Alinea.
Namun, melihat Alinea yang tertidur justru semakin membuat Orion mencurigai kekasih adiknya itu. Orion sangat yakin, Skala sedang memanfaatkan situasi yang sangat menguntungkan untuknya.
"Ck! Ada bulu mata yang jatuh di bawah mata Alin," ucap Skala.
Alasan Skala itu terdengar sangat tidak masuk akal menurut Orion, yang akhirnya memicu kembali pertengkaran diantara keduanya.
"Alasan macam itu, Kamu kira aku bodoh?" Orion sama sekali tidak menerima alasan Skala, pria itu tetap menuduh Skala ingin melakukan sesuatu pada adiknya.
"Iya, Kamu memang bodoh. Buktinya tidak ada wanita yang mau denganmu, itu karena Kamu bodoh, Bang!"
Skala menutup mulutnya begitu menyadari ucapan tanpa remnya itu membuat tatapan Orion semakin tajam, bak elang yang ingin mencabik-cabik mangsanya.
"Sepertinya, mulutmu itu harus diberi terapi, supaya tidak kurang ajar seperti mulut netizen!" Ucap Orion tak kalah pedasnya dari Skala.
Skala hanya menyengir menanggapi ucapan calon Kakak ipar laknatnya itu.
Karena terganggu dengan pertengkaran Orion dan Skala, Alinea yang baru saja terlelap pun terlihat menggeliat dan membuka mata lentik indahnya.
"Kalian kenapa berantem terus? Gak cape setiap ketemu selalu berantem?"
"Sayang, Kamu kenapa bangun? Ini pasti gara-gara Abang Kamu!" Skala menghampiri Alinea yang menyandarkan tubuhnya di sofa.
Skala menatap wajah sembab Alinea, membuat pria itu kembali mengutuk mantan suami Alinea yang sudah membuat wanitanya seperti ini.
"𝘚𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘮𝘱𝘢𝘭 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘎𝘢𝘭𝘰𝘯 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯!"
Begitupun Orion, pria itu mengepalkan erat tangannya. Menatap wajah sedih adiknya akibat perbuatan Diksi Galenio, membuatnya ingin kembali menghajar mantan suami adiknya itu. "𝘏𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘶 𝘱𝘰𝘵𝘰𝘯𝘨 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘭𝘪𝘥𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘢𝘥𝘪, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘬𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘶𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘱𝘢𝘵𝘢𝘩!" 𝘎𝘦𝘳𝘢𝘮 𝘖𝘳𝘪𝘰𝘯.
...----------------...
Ruby dengan susah payah membawa Galen pulang ke rumahnya. Sebenarnya Galen meminta istrinya itu membawanya ke rumah sakit, hanya saja Ruby tidak ingin para pemburu warta memburunya dengan pertanyaan yang akan memojokkan nya.
Ruby tidak ingin mengambil resiko yang akan membuat karirnya terancam nantinya. Karena itu Ruby tidak menuruti keinginan suaminya untuk pergi ke rumah sakit.
Begitu turun dari mobil, Ruby langsung meminta penjaga rumahnya membawa Galen masuk ke dalam rumahnya.
"Pak, tolong bawa Mas Galen ke dalam!"
Penjaga rumah itu mengangguk dan langsung membawa Galen masuk ke dalam rumah tanpa banyak bertanya. Walaupun rasa penasaran menggerogoti hatinya, apalagi melihat majikannya yang babak belur seperti di hajar massa.
Begitu sampai di ruang tamu, Galen disambut oleh tatapan bingung Daddynya yang sudah menunggunya di ruang tamu.
"Pak, Galen kenapa?"
Penjaga rumah itu menggelengkan kepalanya lalu mendudukkan Galen di sofa ruang tamu. "Saya tidak tahu, Tuan." Ucap penjaga rumah itu. "Saya undur diri, Tuan!" Penjaga rumah itu kembali ke tempatnya setelah mendapat anggukan dari Pandu.
Tatapan tajam Pandu Nandana kemudian beralih pada Ruby yang baru masuk ke dalam rumah. Ruby sangat terkejut dengan keberadaan Daddy mertuanya itu, wanita itu pun langsung menundukkan wajahnya demi menghindari tatapan tajam Pandu Nandana yang penuh dengan kebencian padanya.
"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘖𝘮 𝘗𝘢𝘯𝘥𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪, 𝘴𝘪𝘩? 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘋𝘪𝘢 𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢-𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢?"
"Kenapa dengan putraku?" Tanya Pandu masih dengan tatapan tajamnya.
Ketakutan Ruby akhirnya terjadi, Pandu Nandana benar-benar menanyakan penyebab putranya itu babak belur. Ruby pun dilanda kebingungan, istri Galen itu tidak tahu jawaban apa yang harus diberikan pada Daddy mertuanya. Andai Ruby jujur, pasti Pandu semakin bertanya lebih jauh lagi.
"Mas Galen dihajar Bang Orion, Dad!" Ucap Ruby gugup. Istri Galen itu akhirnya memutuskan untuk menjawab pertanyaan Daddy mertuanya dengan jujur, walaupun Ruby takut Daddy mertuanya itu akan semakin mencerca nya dengan pertanyaan lainnya.
Pandu menghembuskan napasnya dengan kasar, Daddy Galen itu sudah menduganya. Entah Orion atau Arshad, pasti salah satunya tidak akan tinggal diam melihat Alinea di hina oleh Galen. Beruntung saja putra Arshad Antariksa itu tidak benar-benar menghabisi putranya, Orion hanya membuat kaki dan tangan Galen patah.
"Kamu memang pantas mendapatkannya!" Setelah melihat rekaman video tentang putranya yang menghina Alinea, Pandu pun benar-benar geram pada putranya itu, dan sebenarnya kedatangannya ke rumah Galen itu untuk memberikan pelajaran pada putranya.
Ucapan Pandu itu membuat Ruby melongo, begitupun dengan Galen. Dengan sisa-sisa kesadarannya Galen mendengar dengan jelas apa yang Daddynya itu katakan. Pria itu tidak menyangka Pandu tega mengatakan kalimat yang membuat Galen semakin terpuruk.
"Dad---"
Galen ingin sekali mengatakan, kenapa Daddynya itu tega sekali padanya. Apa karena kekecewaannya membuat Daddynya itu tidak peduli lagi padanya, pikir Galen.
"Kamu mau tahu, kenapa Daddy bilang Kamu sangat pantas mendapatkan ini?" Pandu menatap mata sayu putranya. Ada rasa kasihan pada putranya itu, namun andai dirinya berada di posisi Orion, Pandu pasti akan melakukan hal yang sama sepert yang Orion lakukan pada Galen.
Galen menganggukkan kepalanya. Sama halnya dengan Ruby yang begitu penasaran mendengar ucapan Pandu selanjutnya.
"Kamu tidak tahu diri! Kamu sudah keterlaluan!Tahukah Kamu, Alinea memohon pada Daddynya untuk menyelamatkan perusahaan kita?"
Deg
Galen tertegun mendengar ucapan Daddynya. Benarkah apa yang Daddynya katakan?
"Demi Daddy, putriku itu sampai berdebat dengan Orion yang tidak setuju dengan permintaannya." Pandu sampai berkaca-kaca mengingat Alinea yang sudah seperti putrinya sendiri itu memohon pada Daddynya untuk menyelamatkan Nandana Grup, hanya dengan satu alasan, Alinea sangat menyayangi Pandu dan Ammarissa, orang tua Galen.
"𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯? 𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘴𝘵𝘳𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘥𝘶𝘩 𝘈𝘭𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘢𝘣 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘳𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘕𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘢 𝘎𝘳𝘶𝘱."
Hati Galen di penuhi perasaan bersalah pada Alinea. Apalagi mengingat kejadian saat dirinya menghina habis-habisan mantan istrinya itu, pria itu sampai beberapa kali menepuk dadanya yang tiba-tiba saja terasa sesak.
"𝘈𝘭, 𝘮𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶!"
Melihat Galen yang begitu terpuruk, Pandu yakin putranya itu sudah menyesali perbuatannya. Niatnya yang ingin memberi pelajaran pada Galen pun Dia urungkan setelah melihat kondisi putranya yang tidak berdaya seperti itu. Sudah cukup pelajaran dari Orion, Pandu hanya berharap putranya itu segera sadar dari kebodohannya meratukan orang yang salah.
"Lalu, kenapa Kamu tidak pergi ke rumah sakit, malah pulang ke sini?" Tatapan menghunus Pandu itu membuat Ruby semakin gugup, karena dirinyalah yang memutuskan untuk membawa Galen pulang ke rumahnya, walaupun Galen sendiri meminta di antar ke rumah sakit.
Walaupun kecewa pada putranya, tapi walau bagaimanapun juga Galen adalah putranya, darah dagingnya. Tetap ada rasa khawatir melihat keadaan putranya yang sudah tak berbentuk itu.
Pandu mengerti dengan tatapan Galen yang mengarah pada Ruby. Pandu sangat yakin, Ruby lah yang memutuskan untuk membawa Galen pulang ke rumah, bukan ke rumah sakit.
"Aku hanya takut wartawan akan memberitakan yang tidak-tidak nantinya. Aku---"
"Wanita seperti inikah yang Kamu cintai, Diksi Galenio?" Pandu tersenyum mengejek pada putranya, bahkan pria paruh baya itu sampai memotong ucapan Ruby. "Disaat Kamu sekarat, bahkan hampir mati, wanita itu masih memikirkan karirnya!"
Deg
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥