"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13. Melahirkan
"Kenapa berhenti? ayo loncat," ujar Filio dengan wajah datarnya masih bertepuk tangan.
Asilla dibuat kaget dengan kedatangan Filio. Ia sama sekali tidak ingin diketahui oleh siapapun. Apa lagi orang asing bagi dirinya. Dan ikut serta menyalahkan dirinya atas musibah yang menimpa Asinta.
Seketika bayangan wajah kedua orang tuanya terbayang-bayang ketika menyudutkan dirinya. Asilla sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Filio yang berdiri tepat dibelakangnya.
"Ayo loncat. Asal kau tau orang pertama yang bahagia adalah aku," seru Filio dengan tatapan datar.
Mendengar seruan Filio membuat Asilla menolehkan kepalanya kebelakang. Sehingga tatapan mereka bertemu cukup dalam.
"A-aku akan mewujudkan itu," lirih Asilla terbata dengan senyuman.
Deg
Sungguh jantung Filio bergetar hebat mendengar serta melihat gerak-gerik tubuh Asilla dengan perut besarnya berdiri di tepi gedung puluhan tingkat.
"Papa, Mama, Kak Sinta aku minta maaf," gumam Asilla. Saat ini Asilla melupakan kehadiran bayi-bayi dalam kandungannya. Sungguh ia tidak sadar ingin melayangkan darah dagingnya sendiri.
Asilla menutup mata dengan kedua tangannya. Sesaat kakinya melangkah.
Bukk
Dengan kuat tenaga Filio meraih baju yang dikenakan Asilla sehingga membuat tubuh Asilla tersungkur kebelakang menindih tubuhnya.
Awww
Ringis Asilla merasakan tubuhnya terpental. Dengan pelan ia membuka matanya.
"Apa aku sudah mati?" gumamnya dengan mata terbuka menatap langit yang mulai mengelap ditutupi awan hitam. "Sebentar lagi aku akan bertemu denganmu," imbuhnya kembali belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi.
Asilla terdiam dengan pandangan ke langit. Ia baru sadar merasakan tubuhnya tidak sakit bahkan mengeluarkan darah. Karena seharusnya tubuhnya sekarang seperti rempeyek jatuh di ketinggian gedung RS. Tetapi apa ini sama sekali ia tidak merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
"Sekarang kau sudah berada di neraka," suara bariton cukup meninggi di bawahnya menyadarkan lamunan Asilla. "Singkirkan tubuhmu dari tubuhku," bentak Filio merasa sulit untuk bernafas.
Dengan cepat Asilla berusaha bangkit dan seketika matanya membulat melihat ia menimpa kekasih sang Kakak.
"Apa dia sudah mati juga? sehingga kami bertemu di alam baka? kenapa dia selalu hadir dimana aku berada?" gumam Asilla tanpa menyadari.
"Jangan konyol, kau masih hidup. Aku sengaja menyelamatkan kau karena kau harus mempertanggung jawabkan kehilangan Sinta," ujar Filio membentak.
"Hah aku masih hidup?" batin Asilla.
"Tidak semudah itu kau mati," serunya kembali lalu berlalu begitu saja.
Asilla terdiam terduduk di lantai. Merenungi takdirnya.
Deg
Tendangan hebat dalam perutnya membuat kesadaran akal sehat Asilla kembali.
"Ya Tuhan apa yang sudah aku lakukan? hampir saja aku membunuh anak-anakku sendiri atas keegoisanku. Sayang Mama minta maaf, Mama salah sayang hiks hiks hiks," tangis Asilla menyesali perbuatannya.
Asilla bersyukur ada malaikat menyelamatkan dirinya, walaupun malaikat itu adalah ancaman baginya.
"Mama janji tidak akan mengulanginya kembali sayang," lirih Asilla sembari mengelus perut buncit itu.
******
2 bulan kemudian
Pulang dari butik seperti biasanya Asilla selalu membawa makanan kesukaan kedua orang tuanya. Walaupun perlakuan kasar Farhan dan Mira kepada dirinya tidak membuat Asilla untuk membalasnya. Bahkan ia berusaha untuk membantu perekonomian mereka yang mulai terjepit.
Seusai membersihkan diri Asilla turun kebawah untuk makan malam. Tentu saja ia makan malam sendiri karena kedua orang tuanya tidak akan mau menunggu dirinya di meja makan.
Tiba-tiba Asilla merasakan mules dibawah perutnya.
Awww
Ringis Asilla merasakan begitu nyeri di bawah perutnya. Tidak lama air bercampur darah mengalir di selangkangannya.
"Mama sakit Ma," teriak Asilla sembari meringis.
"Ada apa Non?" tanya sang Bibi. Ya karena kehamilannya membesar Asilla sengaja memperkerjakan seorang ART.
"Sepertinya aku mau melahirkan Bibi," lirih Asilla. "Mama sama Papa mana Bi?" imbuhnya.
"Tuan sama Nyonya sejak tadi pergi Non, sepertinya ada hal penting. Setelah menerima telepon Tuan maupun Nyonya buru-buru pergi," jelas sang Bibi.
"Tolong bawa aku ke klinik terdekat Bi," titah Asilla sembari menahan rasa sakit luar biasa.
Tiba di klinik Asilla langsung ditangani. Ternyata Asilla saatnya melahirkan, bahkan sudah diajak mengejan.
Tiba-tiba Mira datang dengan tergopoh-gopoh.
"Mama," lirih Asilla sembari meringis melihat kedatangan sang Mama.
"Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan," instruksi Ibu Bidan.
Asilla mengikuti anjuran Bidan sembari berdoa.
"Apa tidak perlu operasi sesar Bu Bidan?" tanya Mira sedikit khawatir melihat keadaan Asilla antara sadar atau tidak sadar.
"Mama semuanya gelap," lirih Asilla.
Aaakkkk.....
Teriakan panjang Asilla
Oek.... oek... oek
Telah lahir anak pertama.
"Ayo ulangi lagi seperti tadi. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan," instruksi Bu Bidan kembali.
"Aku tidak sanggup lagi Mama," lirih Asilla dengan mata terpejam.
Sungguh tenaga Asilla sudah terkuras habis sehingga ia tidak sadarkan diri.
1 jam kemudian
Asilla mulai membuka matanya. Seketika ia ingat telah melahirkan. Dengan refleks ia ingin bangkit untuk melihat bayi kembarnya.
"Baring saja, kamu masih dalam pemulihan," kata Mira ternyata duduk disisi brankar.
"Mama mana anak-anakku?" tanya Asilla sudah tidak sabaran.
"Suster tolong berikan bayi-bayi itu kepadanya," titah Mira.
Suster memberi bayi mungil itu kepada Asilla untuk diberi ASI pertama karena ASI pertama sangat baik untuk bayi.
"Selamat Mbak kedua bayi Mbak berjenis perempuan. Tanda gelang merah bayi pertama," kata suster menerangkan karena bayi itu sangat mirip.
"Terima kasih sus," jawab Asilla.
"Sama-sama Mbak Sila," balas sang suster yang sudah mengenali Asilla dari pertama kontrol pemeriksaan kehamilan.
"Sayang selamat datang ke dunia. Mama sangat bahagia dengan kehadiran kalian," gumam Asilla sembari menciumi silih berganti pipi lembut serta memerah itu disertai bulir bening kebahagiaan.
Sedangkan Mira mendesis mendengar gumaman Asilla.
"Sayang cepatlah besar agar bisa Mama bawa ke butik," gumam Asilla.
"Jangan terlalu lebay," seru Mira dengan wajah muak.
"Mama sekarang kalian sudah menyandang Kakek, Nenek." Kata Asilla.
Hmmm
"Berikan kepada suster, biarkan mereka tidur. Dan kamu beristirahatlah, Mama akan keluar sebentar," ujar Mira.
Asilla tersenyum bahagia, walaupun sang Mama dingin kepadanya tetapi tetap berada disampingnya saat ketika ia melahirkan. Begitu saja sudah membuat Asilla senang.
"Aku harus mengabarkan Oma," gumam Asilla.
Setelah menghubungi Oma Asilla merenung. Akhirnya ia resmi menyandang sebagai orang tua tunggal untuk kedua bayi mungil itu.
"Sayang percayalah kalian tidak akan merasakan kekurangan kasih sayang. Sekuat dan semampu Mama akan memberi kasih sayang tak terhingga untuk kalian berdua. Kehadiran kalian penyemangat buat Mama untuk bertahan hidup. Kehadiran kalian tidak pernah Mama sesali, malahan sebaliknya Mama bersyukur karena diberi kepercayaan untuk merawat serta membesarkan kalian," ungkap Asilla sembari menatap box bayi silih berganti.
...******...