Update Sebulan Sekali (Opsional)
Local Galactic Group, dimensi yang menjadi ajang panggung pertarungan para dewa dalam siklus pengulangan abadi. Noah, Raja Iblis pertama harus menghadapi rivalitas abadinya, Arata, Dewa Kegilaan akan tetapi ia perlahan menemukan dirinya terjebak dalam kepingan-kepingan ingatan yang hilang bagaikan serpihan kaca. The LN dewa pembangkang yang telah terusir dari hierarki dewa. Mendapatkan kekuatan [Exchange the Dead] setelah mengalahkan dewa Absurd, memperoleh kitab ilahi Geyna sebagai sumber kekuatan utama.'Exchange the Dead' kemampuan untuk menukar eksistensi dan mencabut jiwa sesuka hati, mampu menukar kematian ribuan kali, menjadikannya praktis tak terkalahkan menguasai kitab ilahi Dathlem sebagai sumber kekuatan tambahan menciptakan makhluk-makhluk rendah dengan satu bakat sihir sebagai perpanjangan kekuasaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimensi Holy Arzhanzou Penyebab Pertarungan Panjang Para Dewa
...Sejarah Sebelum Pengulangan Waktu Siklus Awal, 17.000 Tahun Lalu Pertarungan Para Dewa Masih Bertikai......
Dimensi kecil [Water Dew) luluh lantak. Energi hitam kemerahan membelah ruang, menandakan pertempuran dahsyat antara dua sosok maha kuasa - Noah dan Arata.
Enah bersembunyi di balik reruntuhan dimensi, matanya tak berkedip memperhatikan pertarungan epik yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Energi pertempuran begitu dahsyat sampai mampu menciptakan gelombang kehancuran yang merobek struktur dimensi.
Noah, sesosok tegap sang Dewa perairan abyss dengan jubah hitam pekat, mengeluarkan pedang Venuszirad senjata legendaris yang mampu membelah dimensi. Setiap ayunannya menciptakan retakan— mampu menghancurkan ratusan timeline sekaligus. Venuszirad bukan sekadar senjata, melainkan pedang kehancuran yang dapat memutus apapun di depannya bahkan takdir dan segala struktur dimensi, menelan dan memuntahkan energi destruktif dalam sekejap.
Arata tertawa gila, "Kau pikir si palsu sumber kehancuran
Pertarungan mereka begitu intens, energi sihir yang mereka keluarkan mampu menghancurkan ratusan dimensi water dew sekaligus. Setiap gerakan Noah dan Arata bagaikan tarian maut yang menakutkan.
"[Agil Leveth Grines]!" serangan sihir Arata.
Arata mengacungkan Agroname - pedang bersejarah yang tercipta dari darah 100 dewa perang. Bilah pedangnya berwarna merah darah dengan garis-garis hitam yang bergerak seperti urat nadi. Setiap ayunan Agroname mampu menciptakan gelombang pembunuh yang menembus segala pertahanan dimensi.
Di tengah kepungan energi maha dahsyat, Enah tak sengaja terlempar ke pusat pertarungan. Kekuatan membabibuta mengepungnya, energi destruktif dari pertarungan Noah dan Arata nyaris mencabik-cabik tubuhnya.
"PERGI!" teriak Noah melihat kehadiran Enah, namun terlambat.
Enah terjebak dalam pusaran lautan darah energi mematikan milik Arata, nyawanya bergantung pada sehelai benang tipis.
Dimensi Abyss berguncang dengan intensitas yang mencabik realitas akibat nya Noah tersapu oleh kekuatan Arata mengorbankan dirinya untuk menolong Enah.
"Holy Dimensi Arzhanzou akan menjadi milikku!" teriak Arata, matanya berkilat gila.
Noah menjawab dingin dari dalam pusaran lautan darah, "Kau tak akan pernah mendapatkannya. Selama aku masih hidup"
Setiap benturan pedang menciptakan ledakan cahaya yang membutakan. Venuszirad milik Noah mengeluarkan sumber energi ungu kehitaman [Ivael].
Dalam sekejap, Enah berada di titik paling berbahaya - tepat di antara dua dewa dengan kekuatan yang mampu menghancurkan segalanya.
Noah melihat Enah dengan kilatan mata yang menusuk. "Makhluk asing!" teriaknya di tengah pusaran, "Kau tak seharusnya berada di sini!"
Pedang Venuszirad milik Noah berputar dalam gerakan spiral yang kompleks, menciptakan portal-portal dimensi mini yang berputar di sekitar Enah. Setiap portal menampilkan fragmen berbeda dari realitas - sebagian menunjukkan masa lalu, sebagian menunjukkan masa depan yang belum terjadi.
"Tidak semudah itu!" Agroname milik Arata mengeluarkan energi darah yang mencoba mengkontaminasi setiap jalan keluar Noah. Darah dimensi mengalir, menciptakan kepadatan antara ruang dan waktu membuat Noah buta untuk melihat kembali realitas.
Enah merasa kesadarannya mulai terbelah. Book of Dathlem yang tersimpan dalam ingatannya mulai bereaksi, memberikan pertahanan pertama kalinya. Sebuah perisai transparan tipis mulai terbentuk [Ziudith] di sekujur tubuhnya, melawan energi destruktif yang nyaris mencabik-cabiknya.
"Aku... tidak... akan... mati!" bisik Enah dengan susah payah.
Noah sempat terkejut melihat pertahanan Enah. Sedetik kemudian, Arata melancarkan serangan balik dengan Agroname, menciptakan gelombang energi darah yang nyaris menghapus eksistensi Enah dari dimensi.
Enah tersungkur, nyaris kehilangan kesadaran dia berhasil keluar dari pusaran.
"Kau... ingin merelakan Holy Dimensi Arzhanzou?" Noah bertanya dengan nada curiga, matanya tetap waspada.
Arata tersenyum misterius. "Kau sudah memiliki Dimensi Abyss. Holy Dimensi Arzhanzou akan sia-sia di tanganmu. Aku punya rencana yang jauh lebih besar."
Enah yang tersungkur di antara mereka mulai sadar, mencoba memahami percakapan dua dewa tersebut.
Book of Dathlem bergetar pelan di dalam kesadarannya, seolah mencoba membaca maksud tersembunyi di balik perkataan Arata.
"Apa maumu sebenarnya?" Noah bertanya dingin, Venuszirad masih siap menyerang.
Arata memutar Agroname dengan santai. "Dimensi suci itu memiliki potensi yang jauh lebih besar dari sekadar milikmu atau milikku. Ada sesuatu - atau seseorang - yang tersembunyi di dalamnya."
"Itu hanya alasan kau memikirkan kebohongan tapi kebohongan kamu payah," balas Noah
Arata tertawa. "Kau tidak punya pilihan lain."
Noah memandang Arata dengan tatapan tajam, mencoba membaca setiap celah maksud tersembunyi di balik tawaran mengejutkan itu. "Di atas Holy Dimensi tidak ada siapapun terkecuali dia yang sedang mengawasi kita The Creator - di atasnya tidak ada siapapun lagi," gumam Noah.
"Holy Dimensi Arzhanzou," gumam Noah, "bukan sekadar wilayah yang bisa dipindahtangankan begitu saja."
Arata tersenyum misterius. "Kau tahu itu bukan sekadar dimensi biasa. Ada sesuatu yang tersembunyi jauh di dalamnya - sebuah rahasia yang bahkan kita belum pahami."
Pedang Venuszirad milik Noah bergetar, seolah ikut berbicara. Energi ungu kehitaman dari bilah pedang menciptakan pola-pola aksara rahasia yang bergerak dinamis.
"Aku memiliki Dimensi Abyss," kata Noah, "Dimensi tergelap dan tersembunyi. Apa yang membuatmu berpikir aku tertarik menukarnya?"
Arata melangkah perlahan, Agroname berkilat dengan energi darah yang mencengangkan. "Bukan sekadar menukar, melainkan membuka portal rahasia tersembunyi."
Noah terdiam. Sejenak, pertahanannya mulai runtuh.
Seketika, emosi Arata meledak. Ekspresinya berubah dari senyum misterius menjadi amarah yang membabi buta.
"HANYA ITU JAWABANMU?" teriak Arata.
Pedang Agroname berubah warna, dari merah darah menjadi hitam pekat. Energi destruktif mulai mengumpul di sekitar bilah pedang, menciptakan gelombang kegelapan yang mampu menghancurkan ratusan tatanan realitas sekaligus.
Noah sigap, Venuszirad terangkat sempurna, menciptakan perisai pertahanan dimensi. "Kau memilih jalan ini, Arata?"
Arata tertawa gila, "TIDAK ADA PILIHAN LAIN!"
Noah menangkis dengan Venuszirad, menciptakan ledakan cahaya ungu yang membutakan.
Enah tersungkur, berusaha melindungi diri dari gelombang energi yang saling bertubrukan. Book of Dathlem di dalam kesadarannya mulai bereaksi, memberikan pertahanan tipis.
Pertarungan kembali memuncak, lebih dahsyat dari sebelumnya.
Dalam ledakan energi yang membelah dimensi, Enah tiba-tiba bangkit. Cahaya transparan dari Book of Dathlem mulai melingkupi tubuhnya, menciptakan aura yang mengejutkan bahkan Noah dan Arata.
"HENTIKAN!" teriak Enah dengan suara yang mampu mengguncang hati mereka.
Baik Noah maupun Arata seketika terhenti. Pedang Venuszirad dan Agroname membeku di udara, energi destruktif perlahan mereda. Mata mereka tertuju pada sosok mungil yang baru saja berani menghentikan pertarungan dua dewa maha kuasa.
Enah melangkah maju, Book of Dathlem bersinar lembut di sekujur tubuhnya. "Kalian berdua sama-sama ingin Holy Dimensi Arzhanzou, tapi tidak menyadari konsekuensi pertarungan ini."
Noah menatap tajam, "Kau siapa berani mencampuri urusan kami?"
"Aku Enah," jawabnya tenang, "Seorang pengembala yang melakukan perjalanan"
Arata tertawa, "Makhluk lemah ingin menghentikan pertarungan dewa?"
Enah tersenyum tipis. "Bukan menghentikan, tapi menawarkan negosiasi."
Noah bergerak mendekati Enah, Venuszirad masih siap menyerang. "Negosiasi macam apa?"
"Holy Dimensi Arzhanzou memiliki rahasia tersembunyi," kata Enah, "Dan kalian berdua sama sekali tidak menyadari apa sebenarnya yang tersembunyi di dalamnya."
Cahaya Book of Dathlem semakin intens, menciptakan proyeksi dimensi samar yang membuat Noah dan Arata terpaku.
"Aku punya informasi yang kalian butuhkan," lanjut Enah, "Tapi pertama, kalian harus berhenti bertarung."
Noah melipat tangannya, Venuszirad masih berkilat di sampingnya. "Bicara. Apa informasi yang kau miliki?"
Enah mengambil napas dalam. "Holy Dimensi Arzhanzou bukan sekadar dimensi biasa. Di dalamnya tersembunyi sebuah entitas kuno."
Arata yang semula marah, kini tertarik. "Entitas macam apa?"
"Makhluk pertama sebelum penciptaan dimensi," jawab Enah. "Dia tidur di dalam struktur dimensi paling terakhir, menunggu momen untuk terbangun. Pertarungan kalian justru akan membangunkannya lebih cepat."
"Siapa namanya?" tanya Noah tajam.
"The LN," bisik Enah, "Sang Pencipta Sebelum Segala Penciptaan,"
Noah tersenyum dingin, "Ceritamu menarik, tapi tidak cukup untuk menghentikanku."
Dalam sekejap, energi Venuszirad kembali memuncak. Noah mengangkat pedangnya, energi ungu kehitaman kembali membanjiri dimensi. "Aku tetap akan mengalahkan Arata!"
Arata tertawa, "Kau pikir omong kosong tentang The LN akan menghentikanku? Itu tidaklah nyata hanya ada The Creator yang paling hebat dan kuat pencipta kami"
Enah yang berdiri di tengah-tengah mereka mencoba berteriak, "TUNGGU! Kalian tidak mengerti—"
Tapi terlambat.
Holy Dimensi Arzhanzou berguncang hebat. Setiap benturan pedang menciptakan ledakan cahaya yang membutakan, merusak sendi-sendi realitas.
Enah tersungkur, terpaksa menyaksikan pertarungan yang tak terelakkan.
"Kalian akan membangunkan sesuatu yang tidak bisa kalian kendalikan!" teriak Enah.
Tapi Noah dan Arata sudah terlalu terbawa emosi untuk mendengarkan.
Pertarungan berlanjut, semakin gila dan destruktif.
Pertarungan Noah dan Arata telah berlangsung begitu lama, melewati berbagai dimensi. Dari Water Dew hingga dimensi-dimensi terdalam. Enah yang terus mengikuti mereka mulai merasa lelah menyaksikan pertarungan tanpa akhir ini.
"Sampai kapan mereka akan seperti ini?" gumam Enah pada dirinya sendiri, mengamati kilatan Venuszirad dan Agroname yang terus berbenturan.
Tiba-tiba, sebuah kehadiran yang anggun namun penuh kekuatan muncul di tengah arena pertempuran. Sosok wanita dengan rambut keperakan dan jubah putih berkilau - Dewi Exiriazurna Lera.
"Noah!" suara Dewi Exiriazurna Lera menggelegar, "Hentikan kegilaan ini!"
Namun Noah tetap fokus pada pertarungannya dengan Arata, mengabaikan kehadiran sang adik angkat.
Enah yang penasaran dengan sosok dewi yang baru muncul ini memberanikan diri bertanya, "Maaf... Boleh saya tahu siapa Anda sebenarnya?"
Dewi Exiriazurna Lera menoleh, matanya yang berwarna keemasan menatap Enah dengan lembut. "Aku Exiriazurna Lera, adik dari makhluk keras kepala yang sedang bertarung itu," dia menunjuk ke arah Noah.
Dewi Exiriazurna Lera memandang Enah dengan senyum tipis, ada kilatan geli di matanya yang keemasan.
"Ada yang lucu?" tanya Enah bingung.
Lera tertawa kecil, "Maaf, hanya saja... kau mengingatkanku pada diriku dulu. Selalu mencoba menghentikan pertarungan Noah yang tak ada habisnya."
Ledakan energi dari Venuszirad dan Agroname kembali mengguncang dimensi. Enah menatap pertarungan itu dengan frustasi.
"Bagaimana cara menghentikan mereka?" tanya Enah penuh harap.
Lera menggeleng pelan, senyumnya berubah getir. "Menyerah saja. Mustahil menghentikan Noah kalau dia sudah seperti ini. Kakakku itu..." dia menghela napas, "...terlalu keras kepala."
"Tapi pertarungan ini bisa menghancurkan segalanya!" protes Enah.
"Kau pikir berapa kali aku mencoba menghentikannya?" Lera menatap jauh ke arah Noah yang masih bertarung. "Ratusan tahun, ribuan dimensi... Noah tetap Noah. Dia tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang dia inginkan."
Di kejauhan, Noah dan Arata terus bertarung, menciptakan gelombang kehancuran yang merobek struktur dimensi.
"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Enah putus asa.
"Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu. Noah... dia memiliki alasan yang jauh lebih dalam dari sekadar perebutan Holy Dimensi Arzhanzou - sikapnya memang suka kekerasan tapi baik."
"Alasan yang lebih dalam?" Enah mengerutkan kening.
"Ya," Lera mengamati pertarungan di kejauhan. "Kau tahu kenapa dia begitu terobsesi dengan Holy Dimensi Arzhanzou? Itu bukan sekadar tentang kekuasaan saja karena dia tidak ingin Arata menguasai semua Verse bagi kakak Arzhanzou adalah kekasihnya yang pertama kali tempat dia diciptakan."
Ledakan energi dari Venuszirad dan Agroname kembali mengguncang dimensi. Noah dan Arata masih tenggelam dalam tarian maut mereka.
"Noah..." Lera melanjutkan, suaranya melembut. "Dia kehilangan sesuatu yang berharga di Holy Dimensi Arzhanzou. Arata itu sangat kasar kau tau sebutan dia - pembunuh 1000 Dewa perang dan semua dewa ketidakanehan dikalahkannya - dewa-dewa menjaga logika, takdir dan sejarah masa lalu."
Enah terdiam, Book of Dathlem dalam kesadarannya bergetar pelan. "Apa yang dia inginkan?"
"Merebut Arzhanzou itulah cara dia menghadapi," bisik Lera.
"Dulu, jauh sebelum semua ini... Noah pernah memiliki banyak sekali pendukung untuk menghadapi Arata tapi semua mati tidak tersisa kakak melanjutkan tekad dari para pendukung. Di sisi itu Noah ingin tempat kelahirannya, ingatannya... Tekad. Mereka itu kuat satu sama lain."
Enah menatap pertarungan dengan pemahaman baru. "Jadi itu sebabnya..."
"Ya," Lera mengangguk. "Noah percaya dengan menguasai Holy Dimensi Arzhanzou."
"Bukankah Arata jauh lebih kuat?" Tanya Enah.
Lera tersenyum misterius, "Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu. Noah... Punya kartu truff meski Dimensi lain akan hancur itu bisa diulangi kembali."
"Sihir apa itu?" Enah mengerutkan kening.
"Ya," Lera mengamati pertarungan di kejauhan. "Pedang yang menghapus system, tetaplah disini melihat nya langsung lebih mudah dipahami - kau akan menunggu lebih dari 9000 tahun disini.
Ledakan energi dari Venuszirad dan Agroname kembali mengguncang dimensi. Noah dan Arata masih tenggelam dalam tarian maut mereka.
Lera menatap Enah dengan lebih seksama, matanya yang keemasan menyipit penuh selidik. "Tunggu sebentar... ada yang aneh denganmu."
"A-apa maksudmu?" Enah mundur selangkah, merasakan tatapan menyelidik Dewi Exiriazurna Lera.
"Kau... bagaimana bisa kau bergerak dengan begitu bebas di dimensi setinggi ini? Kau sebenarnya" Lera mengambil langkah mendekat, aura dewatanya membuat udara di sekitar mereka bergetar. "Bahkan para Divine Milsif atau Dewa-dewa Water Dew pun akan kesulitan bernapas di level dimensi seperti ini. Tapi kau..."
Ledakan energi dari pertarungan Noah dan Arata menggetarkan dimensi, namun Enah tetap berdiri tegak tanpa kesulitan. Book of Dathlem dalam kesadarannya berdenyut semakin kuat.
"Aku hanya seorang pengembala biasa yang melakukan perjalanan."
"Hm, kau ingin melihatnya sampai akhir?"
5666 tahun telah berlalu sejak pertemuan dengan Dewi Exiriazurna Lera. Dimensi-dimensi telah berubah, hancur, dan terlahir kembali. Namun pertarungan antara Noah dan Arata masih terus berlangsung, seperti tarian abadi yang tak mengenal lelah.
Enah masih di sana, menyaksikan semuanya. Book of Dathlem dalam kesadarannya kini berdenyut lebih kuat dari sebelumnya, seolah merespons perubahan yang terjadi di sekitarnya. Rambutnya yang dulu hitam kebiruan kini memiliki semburat keperakan - efek dari terlalu lama berada di dimensi tinggi.
"Kau masih di sini?" Suara yang familiar terdengar di belakangnya. Dewi Exiriazurna Lera muncul, masih dengan jubah putihnya yang berkilau. Tidak ada yang berubah dari sosoknya sejak pertemuan pertama mereka ribuan tahun lalu.
"Seperti yang kau lihat," jawab Enah tanpa mengalihkan pandangannya dari pertarungan. "Aku ingin melihat akhirnya."
Lera tersenyum tipis. "Dan sekarang kau mengerti mengapa aku memintamu untuk menunggu? Lihat..." Dia menunjuk ke arah Venuszirad yang kini berpendar dengan cahaya yang berbeda.
Di kejauhan, Noah menggenggam pedangnya dengan cara yang berbeda. Venuszirad tidak lagi memancarkan energi destruktif seperti biasanya. Sebagai gantinya, pedang itu kini mengeluarkan cahaya keemasan yang aneh - cahaya yang tampak mampu menelan segala sesuatu yang disentuhnya.
"Itu bukan lagi pedang Venuszirad tapi pedang Gehdonov yang ditempa dari berbagai serangan yang diterima," bisik Lera. "Senjata terakhir Noah yang akan menghapus seluruh sistem dimensi. Arata tidak akan bisa menahan - bukan hanya menghancurkan, tapi benar-benar menghapusnya dari eksistensi."
Enah mengangguk pelan. Setelah ribuan tahun, dia akhirnya memahami. "Itukah yang dia rencanakan? Menghapus seluruh sistem untuk memulai dari awal?"
"Ya," jawab Lera. "Tapi ada harga yang harus dibayar. Penggunaan pedang Gehdonov akan..." Kata-katanya terhenti saat ledakan energi yang luar biasa mengguncang dimensi.
Noah telah mengangkat Gehdonov tinggi-tinggi. Arata, untuk pertama kalinya dalam ribuan tahun, menunjukkan ekspresi terkejut. Agroname dalam genggamannya bergetar hebat, seolah merasakan ancaman yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.
"ARATA!" Suara Noah menggelegar. "Kau yang telah menghancurkan segalanya... Kau yang telah membunuh mereka semua... Hari ini, kita akan mengulang semuanya dari awal!"
Gehdonov bersinar semakin terang, cahayanya mulai melahap segala sesuatu di sekitarnya. Struktur dimensi mulai mengelupas seperti kertas yang terbakar.
"Kita harus pergi dari sini," Lera menarik tangan Enah. "Kecuali..." Dia menatap Enah dengan penuh arti. "Kecuali kau memang ditakdirkan untuk menyaksikan saat ini."
Book of Dathlem dalam kesadaran Enah berdenyut semakin kuat, seolah memberikan jawaban.
"Aku akan tetap di sini," kata Enah mantap. "Aku sudah menunggu selama 5666 tahun. Aku harus melihat bagaimana semua ini berakhir."
Lera mengangguk penuh pengertian. "Kalau begitu, sampai bertemu di sistem yang baru, Enah... atau siapapun dirimu sebenarnya."
Dimensi terus mengelupas, dan cahaya keemasan Gehdonov semakin terang, melahap segalanya dalam kekosongan mutlak. Yang terakhir Enah lihat adalah sosok Noah dan Arata yang masih bertarung, ditelan oleh cahaya keemasan yang menghapus eksistensi itu sendiri.
Book of Dathlem berdenyut untuk terakhir kalinya, sebelum semuanya tenggelam dalam kekosongan.
...Sistem telah dihapus....
...DAN YANG TERSISA HANYALAH AWAL YANG BARU....
Keheningan.
Tidak ada suara. Tidak ada cahaya. Tidak ada waktu.
Kemudian, perlahan-lahan, setitik cahaya mulai berpendar dalam kegelapan absolut. Cahaya itu membesar, memancarkan gelombang energi penciptaan yang murni. The Creator telah memulai karyanya yang baru.
Dimensi-dimensi mulai terbentuk satu per satu, seperti kristal yang tumbuh dalam kegelapan. Masing-masing memiliki karakteristik uniknya sendiri - beberapa dipenuhi cahaya, yang lain tenggelam dalam bayangan. Ada yang bergetar dengan energi kehidupan, sementara yang lain tetap sunyi dalam kedamaiannya.
Di jantung penciptaan ini, di sebuah dimensi yang baru terbentuk, sepasang mata terbuka perlahan.
Noah mengerjap, memandang sekelilingnya dengan kebingungan. Dia berada di sebuah padang rumput yang luas, dengan langit berwarna keemasan di atasnya. Angin sepoi-sepoi membelai rambutnya yang kini berwarna seputih salju - berbeda dari hitam pekatnya di kehidupan sebelumnya.
"Di mana..." dia mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa asing. Ingatannya masih kabur, seperti mimpi yang perlahan memudar. Namun ada satu hal yang tetap jelas dalam benaknya: nama "Arzhanzou".
Dia mencoba berdiri, kakinya gemetar seperti bayi rusa yang baru belajar berjalan. Tangannya meraba-raba, mencari sesuatu yang tidak ada. Venuszirad - tidak, Gehdonov - telah hilang bersama sistem yang lama.
"Selamat datang kembali," sebuah suara yang familiar terdengar di belakangnya.
Noah berbalik perlahan, matanya melebar saat melihat sosok yang berdiri di sana. Rambut keperakan, jubah putih yang berkilau...
"Lera?"
Dewi Exiriazurna Lera tersenyum lembut. "Kau ingat padaku, kakak?"
"Aku... mengapa aku bisa mengingatmu? Bukankah seharusnya sistem telah..."
"The Creator memiliki rencananya sendiri," Lera melangkah mendekat. "Beberapa ingatan dibiarkan tetap ada, seperti benang merah yang menghubungkan masa lalu dan masa depan."
Noah memandang tangannya yang kini tampak lebih muda. "Arata..."
"Dia juga dilahirkan kembali, di dimensi yang berbeda," Lera menjelaskan. "The Creator memberikan kesempatan baru bagi kalian berdua untuk memilih jalan yang berbeda."
"Dan Enah?"
Lera tersenyum misterius. "Ah, dia... atau lebih tepatnya, 'itu'... adalah misteri yang akan terungkap pada waktunya."
Noah mencoba melangkah, kali ini dengan lebih mantap. Dimensi di sekitarnya masih dalam proses pembentukan, seperti lukisan yang belum selesai. Di kejauhan, dia bisa melihat struktur-struktur dimensional yang masih tumbuh dan berkembang.
"Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya, lebih kepada diri sendiri.
"Itu terserah padamu," Lera menjawab. "The Creator telah memberikan kanvas yang baru. Kali ini, kau bisa melukis cerita yang berbeda."
Noah memandang langit keemasan di atasnya. Ingatannya tentang Arzhanzou masih ada, tapi kali ini tanpa rasa sakit yang mengiringinya. Mungkin inilah yang dimaksud dengan kesempatan kedua - bukan untuk melupakan, tapi untuk belajar dan tumbuh dari masa lalu.
"Aku ingin melihat dimensi-dimensi yang baru ini," katanya akhirnya.
Lera mengangguk. "Kalau begitu, mari kita mulai perjalanan baru ini. Kali ini, sebagai saudara dan teman perjalanan"
Mereka melangkah bersama memasuki dunia yang masih dalam proses penciptaan. Di belakang mereka, padang rumput mulai dipenuhi dengan bunga-bunga dalam berbagai warna - tanda bahwa kehidupan baru telah benar-benar dimulai.
Dan di suatu tempat, dalam dimensi yang berbeda, sebuah buku kuno bernama Book of Dathlem mulai menulis halaman pertamanya dalam sistem yang baru.
Noah dan Lera melintasi berbagai dimensi yang masih dalam proses pembentukan. Setiap langkah mereka meninggalkan jejak energi keemasan yang perlahan menyatu dengan struktur dimensional yang baru. Hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah portal dimensional yang berbeda dari yang lain - portal dengan ukiran kuno yang memancarkan aura misterius.
"Dunia Ajgenda," bisik Lera, matanya menyipit mengamati ukiran-ukiran yang berpendar. "Salah satu Dunia tertua yang diciptakan The Creator dalam sistem yang baru ini."
Noah merasakan getaran familiar dalam dirinya. Ada sesuatu yang menariknya ke dimensi ini, sebuah panggilan yang tidak bisa dijelaskan. "Apa yang ada di dalam sana?"
"Kekuatan," jawab Lera. "Tapi juga bahaya. Dunia Ajgenda dijaga oleh Lehfilma, ular raksasa berkepala tujuh yang ditugaskan langsung oleh The Creator untuk menjaga keseimbangan dimensi ini."
Noah mengulurkan tangannya, menyentuh portal yang berpendar. Ingatan samar tentang pertarungannya dengan Arata berkelebat dalam benaknya. Dulu, dia memiliki Venuszirad, kemudian Gehdonov. Sekarang...
"Kau tidak perlu senjata untuk memasuki Ajgenda," Lera seolah membaca pikirannya. "Yang kau butuhkan adalah pemahaman."
"Pemahaman tentang apa?"
"Tentang mengapa The Creator memberimu kesempatan kedua. Mengapa dia harus memberikan Gehdonov dan mengapa sang The Creator masih menciptakan kakak." Lera menatap kakaknya dengan serius. "Lehfilma bukan sekadar penjaga - dia adalah manifestasi dari tujuh aspek kebijaksanaan yang harus dikuasai sebelum seseorang bisa menguasai Ajgenda."
Noah melangkah memasuki dunia Ajgenda. Udara di sekitarnya bergetar, dan pemandangan padang rumput keemasan berganti menjadi hutan yang gelap dan misterius. Pepohonan menjulang tinggi dengan daun-daun berwarna ungu gelap, sementara tanah dipenuhi kristal-kristal yang bercahaya redup.
Suara mendesis terdengar dari kejauhan, diikuti geraman rendah yang membuat tanah bergetar.
"Lehfilma sudah merasakan kehadiranmu," kata Lera.
"Setiap kepalanya mewakili satu aspek Kebijaksanaan, Keberanian, Pengampunan, Kesabaran, Keseimbangan, Pengorbanan, dan Kebenaran."
Noah merasakan energi yang berbeda mengalir dalam tubuhnya - bukan lagi kekuatan destruktif seperti dulu, tapi sesuatu yang lebih dalam dan fundamental. "Bagaimana cara mengalahkannya?"
"Bukan mengalahkan," Lera menggeleng. "Tapi memahami. Setiap kepala akan mengujimu dengan cara yang berbeda. Kau harus membuktikan bahwa kau layak menguasai Ajgenda bukan melalui kekuatan, tapi melalui kebijaksanaan."
Geraman semakin dekat, dan dari balik pepohonan, sosok Lehfilma mulai terlihat. Tubuhnya yang bersisik hitam berkilau memantulkan cahaya kristal, tujuh kepalanya masing-masing memancarkan aura yang berbeda. Mata-matanya yang berwarna merah menyala menatap tajam ke arah Noah.
"Aku tidak bisa membantumu dalam ujian ini," kata Lera, mundur beberapa langkah. "Ini adalah perjalananmu sendiri."
Noah mengangguk, melangkah maju menghadapi Lehfilma. Kali ini, dia tidak mencari-cari senjata atau kekuatan. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya - pemahaman bahwa pertarungan ini bukan tentang siapa yang lebih kuat.
Kepala pertama Lehfilma - yang mewakili Kebijaksanaan - maju mendekat, matanya menatap langsung ke dalam jiwa Noah.
"Katakan padaku," suara Lehfilma bergema dalam pikiran Noah, "apa yang kau cari di Ajgenda ini?"
Dan dengan pertanyaan itu, ujian Noah di Dunia Ajgenda pun dimulai.
Noah menatap mata merah Lehfilma yang berkilat dalam kegelapan. "Aku mencari pemahaman," jawabnya dengan suara tenang. "Pemahaman tentang mengapa The Creator memberiku kesempatan kedua."
Ketujuh kepala Lehfilma bergerak dalam harmoni yang sempurna, mendesis pelan. Kepala yang mewakili Kebijaksanaan tetap menatap Noah, sementara kepala lainnya mulai bergerak mengitarinya.
"Kesempatan kedua?" kepala Kebenaran mendesis. "Atau kesempatan untuk mengulangi kesalahanmu?"
"Tidak," Noah menggeleng. "Dulu aku mengejar kekuatan demi kekuatan. Sekarang... aku ingin memahami."
Kepala Pengampunan maju, matanya berkilat dengan warna keemasan. "Kau bicara tentang pemahaman, tapi apakah kau sudah memaafkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi di sistem yang lama?"
Pertanyaan itu menghantam Noah seperti gelombang energi. Bayangan pertarungannya dengan Arata, kehancuran dimensi-dimensi, penggunaan Gehdonov... semua berkelebat dalam benaknya.
"Aku..." Noah terdiam sejenak. "Aku menerima apa yang telah kulakukan. Dan aku siap untuk belajar dari itu."
Kepala Kesabaran mendesis panjang. "Kau masih mencari pedang, Noah. Kami bisa merasakannya dalam jiwamu."
"Ya," Noah mengakui. "Tapi bukan untuk menghancurkan. Venuszirad... ada hubungan yang lebih dalam dengan pedang itu. Sesuatu yang belum kupahami sepenuhnya."
Ketujuh kepala Lehfilma saling berpandangan, seolah berkomunikasi dalam diam. Kemudian, kepala Keseimbangan berbicara, "Kau benar. Venuszirad bukan sekadar senjata. Ia adalah kunci."
"Kunci?"
"Kunci menuju takdirmu yang sebenarnya," kepala Pengorbanan menjelaskan. "Tapi sebelum kau bisa menemukannya kembali, kau harus membuktikan bahwa kau layak."
Noah berdiri tegak, merasakan energi asing mengalir dalam tubuhnya. "Aku siap."
Ketujuh kepala Lehfilma mengangkat diri secara bersamaan, mata mereka bersinar semakin terang. "Kalau begitu, terimalah ini sebagai langkah pertama."
Tubuh raksasa Lehfilma mulai bercahaya, dan dari mulut kepala Keberanian, sesuatu mulai muncul. Sebuah pedang dengan bilah berwarna keperakan - Vianemur.
"Pedang ini akan membimbingmu menuju Venuszirad," Lehfilma menjelaskan. "Tapi ingat, kekuatannya berbeda. Vianemur adalah pedang pemahaman, bukan penghancur."
Noah mengulurkan tangannya, dan Vianemur melayang ke arahnya. Saat tangannya menggenggam gagang pedang itu, dia merasakan gelombang energi yang hangat - sangat berbeda dari energi destruktif Venuszirad atau Gehdonov.
"Aku akan menemanimu dalam pencarian ini," Lehfilma mengumumkan. "Bukan sebagai penjaga atau penguji, tapi sebagai pembimbing. Karena dalam sistem yang baru ini, bahkan kami para penjaga harus belajar untuk berubah."
Lera, yang sejak tadi mengamati dalam diam, tersenyum tipis. "Sepertinya perjalanan kita akan bertambah satu anggota."
Noah mengangguk, memandang Vianemur yang berkilau lembut dalam genggamannya. "Ke mana kita harus pergi?"
"Ke tempat di mana semua berawal," Lehfilma menjawab. "Ke dimensi pertama yang diciptakan The Creator dalam sistem yang baru - Arzhanzou."
Dan dengan itu, sebuah babak baru dalam perjalanan Noah dimulai. Kali ini, dengan Vianemur di tangannya, Lehfilma di sisinya, dan pemahaman baru dalam hatinya, dia melangkah menuju takdir yang telah digariskan The Creator untuknya.
apa maksudnya begini,
Mengapa Dia hanya memikirkan hiburan untuk dirinya hingga membuat kita mati mempertahankan sebuah 'nyawa'.
mungkin bagus jika kalimatnya begitu. coba dipertimbangkan.