NovelToon NovelToon
Cinta Suami Amnesia

Cinta Suami Amnesia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami / Suami amnesia
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mama eNdut

Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyampaikan Tujuan

Bu Murni yang baru saja tiba di rumah cukup terkejut melihat tiga mobil mewah terparkir berjejer di halaman rumahnya. Dan juga jangan lupakan beberapa Ibu-ibu yang terlihat memantau dari kejauhan. Kedatangan Bu Murni di sambut anggukan oleh beberapa orang berseragam hitam yang berdiri di samping mobil. Bu Murni pun membalas dengan anggukan pula disertai dengan senyuman canggung.

"Apa besanku itu seorang Menteri?", batin Bu Murni bertanya-tanya.

Bu Murni kembali melangkahkan kakinya memasuki rumah, di lihatnya sepasang suami istri paruh baya serta seorang laki-laki muda dan juga Nara.

"Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam", jawab kompak keempat orang yang berada di dalam rumah.

"Ibu", ucap Nara sembari berdiri lantas mendekati ibunya. Begitu juga dengan Vian, laki-laki itu membungkuk dan mencium tangan Bu Murni dengan hormat.

Saat melihat putranya melakukan itu, Bu Arin mengulum senyumnya, ia merasa hatinya hangat, inilah putranya yang dulu.

Bu Murni menatap Nara dan Nara memberi isyarat jika tamu mereka adalah laki-laki yang pernah ia ceritakan, datang bersama dengan kedua orang tuanya. Gadis itu kemudian memperkenalkan kedua orang tua Vian yang di sambut hangat oleh Bu Murni.

Bu Arin lantas meminta anak buahnya untuk mengambil beberapa barang yang masih tersisa di mobil. Jika barang-barang sebelumnya yang ia bawa untuk Nara maka barang selanjutnya yang ia minta bawahannya untuk mengambilkannya lagi dari mobil di berikan ya kepada Bu Murni. Mereka membawa cukup banyak oleh-oleh, untuk di bagikan kepada para tetangga dan sanak saudara Nara. Vian juga membawa hadiah khusus untuk mertuanya.

Setelah lama mereka saling berbincang, akhirnya dengan hati-hati Pak Agam mengutarakan niat dan tujuannya datang jauh-jauh ke Desa ini. Yaitu ingin meresmikan hubungan Vian dan juga Nara.

"Maksud kedatangan kami kemari untuk melamar Nara. Memang benar kemarin mereka sudah menikah namun pernikahan tersebut hanya pernikahan siri dan kami ingin menikahkan mereka secara sah secara agama dan juga hukum Bu", jelas Pak Agam.

Bu Murni menatap wajah anaknya yang juga tengah menatapnya. "Saya kembalikan kepada putri saya Pak, Bu, sebagai orang tua saya hanya bisa mendukung keputusan putri saya".

"Bagaimana Nak Nara?".

Vian menggenggam tangan Nara, memberikan tatapan serta anggukan, berharap jika Nara akan menyetujuinya.

"Saya bersedia".

Terlihat kelegaan di wajah Vian, lelaki itu lantas tersenyum dan membisikkan kata terimakasih kepada Nara yang duduk di sampingnya.

"Baiklah jika begitu, pernikahan akan kita laksanakan besok".

"Besok?", ucap Bu Murni dan Nara secara bersamaan, keduanya bergantian pandang.

"Tetapi Bu, bukankah pernikahan itu membutuhkan persiapan. Sementara saya sendiri juga belum bersiap apa-apa Bu".

Bu Arin mengerti, bagi besannya mungkin memang begitu namun bagi dirinya mempersiapkan pernikahan dalan hitungan jam adalah hal yang mudah.

"Bu Murni tenang saja, orang kepercayaan suami saya akan mengurus semuanya. Bu Murni beserta keluarga tidak perlu turun tangan dalam persiapan ini. Dan Nara tolong persiapkan foto kopi Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan juga berkas pendukung lainnya kepada Johan, dia yang akan mengurus persyaratan surat nikah kalian".

Sementara kedua orang tua Vian dan Bu Murni saling berbincang, Vian dan Nara memutuskan untuk pindah tempat duduk, mereka berdua memilih duduk di kursi teras sembari menikmati es teh yang sudah Nara buat. Vian meraih tangan Nara dan menggenggamnya. Membuat Nara yang sebelumnya menghadap ke depan lantas menoleh.

"Ada apa denganmu Nar, kamu terlihat tengah memikirkan sesuatu?", tanya Vian yang melihat raut wajah Nara tidak seceria sebelumnya.

"Mas, apa Mas yakin akan menikahi ku? Maksud aku dengan mengesahkan pernikahan ini maka Mas tidak bisa mundur lagi".

"Siapa yang bilang jika Mas akan mundur Nar?".

"Tidak, hanya saja aku merasa takut jika Mas akan menyesal dengan pernikahan ini. Lagi pula aku tau jika Mas belum mempunyai rasa padaku. Mas sekarang juga sudah menemukan orang tua kandungmu dan ternyata level kita berbeda jauh Mas".

"Aku tidak mempermasalahkannya Nar, memang benar jika aku belum ada rasa cinta untukmu, namun Mas sudah merasa nyaman denganmu. Saat Mas bertemu dengan orang tua kandungku, bukanlah rasa senang yang saat itu aku rasakan, aku malah memikirkan mu, aku mengkhawatirkan mu disini. Aku ingin cepat-cepat kemari dan membawa orang tuaku untuk meresmikan pernikahan kita. Lagi pula apa orang tuaku keberatan dengan kondisi keluargamu? Mas rasa tidak".

Nara terharu mendengar penuturan Vian. Memang benar, Nara juga merasa jika Papa Agam dan Mama Arin sudah menerimanya sebagai bagian dari keluarga mereka. Terlihat dari sikap ramah dan hangat mereka. Walaupun level ekonomi begitu jauh berbeda tetapi mereka tidak memandang rendah keluarganya.

"Mas apa orang tuamu tidak menceritakan jika, mungkin saja kamu mempunyai kekasih sebelum hilang ingatan?".

"Sepertinya tidak, jikapun ada orang tuaku pasti akan memberitahuku dan menolak pernikahan ini. Sekarang kamu tidak perlu memikirkan hal yang yang seharusnya tidak kamu pikirkan. Besok kita menikah, kita akan bersama selamanya Nara", ucap Vian, mengecup lembut punggung tangan Nara.

Dari perbincangan kedua orang tua masing-masing walaupun tentu saja Mama Arin lah yang mendominasi perbincangan tersebut, pernikahan Vian dan Nara akan di laksanakan di sebuah gedung serba guna yang masih berada di wilayah kelurahan tempat tinggal Nara. Mereka juga sepakat untuk menggunakan adat Jawa modern untuk pakaiannya, yakni setelan kebaya untuk perempuan dan setelan jas untuk laki-laki.

Di tempat lain, lebih tepatnya di tempat yang akan di langsung kannya acara pernikahan beberapa warga terlihat heboh dengan banyaknya orang yang datang di gedung serba guna dan mulai mendekor tempat itu. Mereka bertanya-tanya dengan apa yang di lihatnya.

"Untuk acara apa ini Bu?", tanya salah satu warga kepada warga lainnya.

"Saya juga tidak tau Bu, tetapi sepertinya acara besar".

Di bawah kepemimpinan Johan, anak buahnya bekerja begitu cepat, mereka di bagi menjadi beberapa kelompok dan mendapatkan tugas masing-masing. Mulai dari mengurus surat-surat pernikahan, memanggil wedding organizer atau pendekor pernikahan, dan lain sebagainya.

*****

Keesokan harinya.

Nara kini berada di kamarnya, ia sudah mandi dan berganti pakaian menggunakan kemeja berkancing agar mudah di lepas saat nanti berganti dengan pakaian pernikahan dan tidak merusak tatanan rambut serta riasan.

Tok tok tok,

"Nara, Mbak perias sudah datang Nar".

"Baik Bu, Nara sudah siap. Minta Mbak periasnya datang ke kamar Nara saja Bu".

Setelah mendapat jawaban dari putrinya, Bu Murni memanggil orang yang akan merias putrinya itu untuk masuk ke dalam kamar. Bukan hanya Nara saja yang di rias namun Bu Murni, Ami dan Ibunya Ami juga, mereka akan di rias di ruangan yang berbeda bersama dengan asisten perias utama. Perias tersebut adalah pilihan dari Bu Arin yang tentu saja seorang perias yang cakap dan juga handal.

Setelah beberapa jam proses merias dan juga pemakaian kebaya, sekarang Nara sudah benar-benar siap untuk menikah. Wajahnya yang memang cantik alami, kini semakin cantik dan elegan dengan polesan makeup. Riasan mata semi smokey eyes ditambah pulasan lipstik nude membuat penampilan Nara jadi terlihat menawan. Walaupun tanpa paes namun dengan konde, roncean bunga melati, dan cunduk mentul, aura pengantin Jawa semakin terpancar. Penampilan Nara juga tetap terlihat elegan dengan kebaya berwarna putih.

"Kamu cantik sekali Nak", ucap Bu Murni yang juga telah selesai dirias, beliau menggunakan kebaya berwarna salem dengan jilbab yang sudah terpasang cantik di kepalanya. Bu Murni yang ikut menatap wajah ayu Nara dari pantulan cermin menatap kagum hasil makeup putrinya, jika dalam bahasa Jawa biasanya make up pengantin begitu terlihat manglingi.

"Ibu juga cantik, bukankah kalau Nara cantik itu juga berkat Ibu".

"Ha ha ha, kamu bisa saja nar". Bu Murni memeluk Nara, ia menangis namun tangisan itu adalah tangisan kebahagiaan, putrinya akan segera menikah.

"Jangan menangis Bu, bedaknya luntur nanti", ucap Nara yang berusaha menghibur Ibunya walaupun dia sendiri juga merasakan hal sama, bahkan ia sedang menahan air matanya yang mungkin sebentar lagi akan tumpah.

1
WiwikAgus
bagus /Good/
Antok Antok
kelomang lukis jadi inget mainan jaman kecil dulu
Antok Antok
Menarik
Antok Antok
Semakin menarik... semoga novel ini berlanjut sampai tamat. dan banyak p mbacanya yang suka.... lanjut torrrrr
Antok Antok
Awal yang bagus, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!