Hanya karna Elis mencintai suaminya, wanita 28 tahun itu membiarkan Arjuna suaminya untuk menikah lagi.
Bukan, bukan karna Elis merupakan wanita shaliha melainkan Elis tengah menghabiskan sisa cintanya terhadap sang suami.
Elis akan membiarkan hatinya terus tersakiti hingga cinta yang ia miliki tak bersisa.
Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Hanya saja tuntutan keluarga Arjuna yang menginginkan seorang putra. Sedangkan Elis sampai saat ini hanya bisa memberikan tiga putri saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa kau juga gatal?
"Rose, Mine, Vale. Mama sudah menyiapkan makanan di meja. Makanannya masih sama. Dan ini uang untuk kalian. Jangan lupa mengaji ya. Hubungi Mama jika ada sesuatu." seperti biasa Elis memberi anak-anaknya wejangan.
"Vale jangan nakal, nurut sama kakak Rose." waktu putri-putrinya masih kecil Ada juga seorang ibu yang turut mengawasi putri-putri Elis, ibu itu tidak memiliki anak sehingga ikut membantu Elis menjaga ketiga putrinya. Meskipun hanya sekedar mengawasi sekilas-sekilas saja sebagai tetangga.
Tapi tetap pengasuhan utamanya tetap Elis yang memegang kendali. Dan sekarang Rose lah yang mengambil alih pengawasan adik-adiknya. Umurnya baru sepuluh tahun tapi Rose sangat cerdas, ia dapat mengatur kedua adiknya, meskipun ia seorang anak perempuan tapi aura kepempinannya terpancar jelas pada dirinya. Arjuna saja mengakui aura putri sulungnya sebagai pemimpin menguar sejak dini.
Uang dengan pecahan sepuluh ribu Elis bagikan satu lembar kepada ketiga putrinya, meskipun Elis serba kekurangan tapi dirinya tetap mengutamakan bekal untuk ketiga putrinya, agar putrinya bisa jajan di sekolah meskipun dengan uang seadanya.
Elis memakaikan seragam sekolah ketiga putrinya, kemudian ia pamit kepada Arjuna untuk mengantarkan ketiga putrinya sekolah terlebih dahulu. Sekolahan mereka takjauh dari rumah hanya berjarak beberapa ratus meter saja, Elis membonceng ketiga putrinya. Si bungsu Vale di depan sedangkan Rose dan Jasmin di jok belakang. Sekolah mereka tidak menyebrang jalan raya sehingga Elis tak takut di tilang.
"Jika kau mau berangkat lebih dulu berangkatlah. Kuncinya taruh di bawah serbet depan pintu." Pesan Elis pada Arjuna.
"Dadah Papa ..." Ketiga putrinya melambaikan tangan kepada ayahnya.
"Dadah, , Kalian hati-hati ya."
Kedua putri Elis bersekolah di sekolah Sd negri yang sama, tidak ada biaya yang di keluarkan Elis tiap bukan karna memang di tanggung oleh negara.
Sedangkan Sekolah TK Valery masih harus memerlukan biaya tiap bulannya karna merupakan taman kanak-kanak swasta.
Arjuna meminta sesorang untuk mengantarkan seragam serta beberapa keperluannya. Arjuna juga meminta satu pekerja wanitanya untuk menemani ketiga putrinya sepulang sekolah.
Arjuna sudah membicarakan ini dengan Elis serta ketiga putrinya. Arjuna bahkan menunjukan foto pekerja wanita yang akan menemani ketiga putrinya.
"Kau belum pergi?" Elis sudah tiba di rumah untung saja ia sudah mandi sehingga hanya perlu mengambil tas kerja miliknya. Kali ini ia tidak akan membawa bekal, karna jatah untuk bekalnya sudah di makan oleh Arjuna. Terserah nantilah ia makan apa di kantor.
"Belum. Kau mau berangkat?"
"Ya," Elis bersiap dan menyisir rambutnya. Elis juga menyemprotkan minyak wangi bertuliskan posh di seragam kerja miliknya.
"Aku harus segera pergi. Kata temanku bos baru kami akan datang hari ini, dan rumornya bos kami sangat galak dan disiplin. Jika ada karyawannya yang telat akan di berhentikan hari itu juga." Elis mengikat rambutnya dengan ikatan rambut berwarna coklat, yang ia beli di abang-abang keliling.
"Wah benarkah. Jika begitu kau harus hati-hati."
Drtt,,, drtt,,,
Ponsel Elis berbunyi.
"Ya Ita ada apa?" Elis mengangkat pamggilan dan menekan loud speeker karna dirinya tengah mengenakan sepatu. Zayn turut menelinga sembari memainkan ponselnya.
"El, kabarnya bos baru kita masih muda dan sangat tampan." ujar Ita bersemangat. Arjuna sampai menghentikan aktifitasnya, sepertinya ia tertarik dengan perbincangan Elis dan sahabatnya.
"Lalu?" tanya Elis tak acuh.
"Kabar baiknya dia seorang duda kaya raya." ucapan Ita nyaris membuat Arjuna tersedak oleh salivanya sendiri.
"Ohh."
"Hanya Oh, kau tidak tertarik menjadikannya calon ayah ketiga putrimu."
"Tidak. Putriku memiliki ayah, aku tidak perlu mencarikan ayah untuk mereka."
Arjuna ingin besar kepala saat Elis mengatakan hal itu, tapi ia takut terlalu percaya diri, sehingga lebih memilih diam saja.
"Kau yakin?"
"Ya aku yakin."
"Jika untuk calon suami bagai mana?"
"Aku belum berpikir kearah sana tanggunganku masih banyak."
"Justru itu El, jika kau menikah lagi justru tanghunganmu akan ringan. Suami barumu pasti mencukupi kebutuhan anak-anakmu."
"Aku tak suka meminta belas kasih dari orang lain. Kecuali pemberian dari ayah mereka. Lagi pula putriku masih memiliki ayah."
"Kau tak berpikir untuk menikah lagi? Kau tak merindukan belaian pria dewasa El? Ayolah kita wanita normal. Aku saja yang menjanda belum setahun sudah gatal apa lagi dirimu yang udah nganggur selama 4 tahun." ujar ita frontal, ya seperti itulah teman Elis, ngomongnya tanfa Filter.
"Ita diamlah."
"Ayolah El, jangan membohongi diri. Kita jiga butuh sentuhankan. Sawah saja akan kering jika tidak di aliri apa lagi kita."
"Ita." Elis semakin di buat malu, Arjuna malah sekarang menatapnya lekat.
Blas ...
Tanpa di suruh wajah Elis memerah seketika bukan karna omongan Ita melainkan karna di sana ada Arjuna yang notabenenya seorang pria dewasa yang juga mantan suaminya.
"Ita, kututup teleponnya. Bicaramu makin kesana ini masih pagi." Elis menutup panghilannya sepihak. Ia tidak memperdulikan sekalipun Ita memanggilnya berkali-kali.
Italah yang menelpon, wanita bernama Ita itu merupakan janda tanpa anak, wanita itu merupakan teman Elis, bahkan tak jarang Elis kerap kali meminjam uang Ita untuk keperliannya sehari-hari.
"Ja-jangan salah paham A-Arjuna. Temanku memamg seperti itu, dia kerap kali di luar nalar." ujar Elis malu, ia bahkan memalingkan wajah bisa-bisanya ia berada di posisi ini.
"Apa kau juga gatal seperti kata temanmu?" Arjuna menyunggingkan senyuman mesum penuh maksud.
Sialan kau. Tanpa bekata apapun Elis pergi berangkat.