NovelToon NovelToon
My Secret Husband

My Secret Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Aliansi Pernikahan
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Kelanjutan dari Kurebut Suami Kakak Tiriku, kisah ini mengikuti Rei Alexander, anak angkat Adara dan Zayn, yang ternyata adalah keturunan bangsawan. Saat berusia 17 tahun, ia harus menikah dengan Hana Evangeline, gadis cantik dan ceria yang sudah ditentukan sejak kecil.

Di sekolah, mereka bertingkah seperti orang asing, tetapi di rumah, mereka harus hidup sebagai suami istri muda. Rei yang dingin dan Hana yang cerewet terus berselisih, hingga rahasia keluarga dan masa lalu mulai mengancam pernikahan mereka.

Bisakah mereka bertahan dalam pernikahan yang dimulai tanpa cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. AWAL HIDUP BERSAMA

Setelah prosesi pernikahan yang penuh drama dan penuh sorot mata tamu undangan, Rei dan Hana akhirnya resmi menjadi suami istri.

Namun bagi Rei, ini bukanlah awal dari kisah indah.

Ini adalah awal dari bencana yang bahkan belum bisa ia bayangkan seberapa parahnya.

Malam itu, setelah resepsi pernikahan yang melelahkan akhirnya berakhir, keduanya tiba di mansion keluarga Adara. Rumah itu kini bukan hanya menjadi tempat tinggal Rei bersama Zayn, Adara, dan kedua adik kembarnya, tetapi juga akan menjadi rumah bagi Hana, seperti yang telah disepakati dalam perjanjian sebelum pernikahan mereka.

Bagi keluarga Evangeline, mungkin ini sebuah penghinaan karena cucu perempuan mereka harus tinggal di rumah keluarga angkat suaminya. Namun, bagi Rei, ini adalah satu-satunya keuntungan kecil dari pernikahan ini—setidaknya, ia masih berada di lingkungan yang familiar.

Begitu memasuki kamar yang telah disediakan untuk mereka berdua, Rei langsung melepas jasnya dengan gerakan kasar, melemparkannya sembarangan ke sofa. Tanpa peduli Hana masih berdiri di dekat pintu, ia menarik dasinya hingga kendur, seolah ingin menghilangkan sisa-sisa acara yang baru saja ia lalui.

Suasana di kamar itu terasa dingin, meskipun tidak ada hujan deras di luar seperti malam ketika ia pertama kali berdiri di hadapan Duke Alastair.

“Jangan berharap aku akan bersikap manis,” kata Rei dingin, tanpa menoleh ke arah istrinya.

Hana, yang tengah duduk di tepi ranjang sambil melepas heels-nya satu per satu, hanya tersenyum santai, seolah sudah menduga hal ini akan terjadi.

“Kukira kau akan bilang begitu,” balasnya dengan nada ringan, sama sekali tidak terpengaruh oleh sikap dingin suaminya.

Rei mendengus pelan, lalu menoleh sekilas ke arahnya. Mata birunya menatap tajam, tapi Hana hanya mengangkat bahu santai, seolah-olah pernikahan ini hanyalah permainan baginya.

Dan entah kenapa, itu semakin membuat Rei kesal.

Ia lalu berjalan ke arah meja rias, membuka kotak perhiasannya dengan tenang, dan mulai melepas anting satu per satu dengan gerakan anggun. Kilauan berlian di telinganya perlahan menghilang, meninggalkan hanya keindahan alami wajahnya yang masih berhiaskan sedikit riasan dari pesta pernikahan tadi.

Rei memperhatikannya sekilas dari kejauhan. Gadis itu benar-benar santai, seolah-olah pernikahan ini bukanlah sesuatu yang mengganggunya sama sekali. Tidak ada tanda-tanda ketegangan, tidak ada kekhawatiran, seakan ia benar-benar menikmati situasi ini.

Hal itu justru semakin membuat Rei gerah.

“Kita perlu bicara.”

Hana, yang sedang mengamati wajahnya sendiri di cermin, menoleh perlahan. Ia menaikkan satu alis, menunjukkan ketertarikan yang tampaknya lebih karena rasa penasaran daripada keseriusan.

“Tentang apa?” tanyanya dengan nada datar, seakan tidak terlalu peduli dengan maksud suaminya.

Rei melangkah mendekat, berdiri di belakangnya, menatap bayangannya di cermin. Mata biru tajamnya bertemu dengan mata coklat keemasan Hana yang masih berkilau meski ruangan hanya diterangi lampu temaram.

“Perjanjian kita,” ucapnya tegas.

Hana terkekeh pelan, lalu tanpa tergesa-gesa, ia berbalik dan duduk di kursi rias dengan santai. Kakinya yang kini bebas dari heels disilangkan, sikapnya benar-benar seperti seseorang yang tidak terbebani oleh pernikahan ini.

“Baiklah, suamiku,” katanya dengan nada menggoda. “Mari kita bahas.”

Rei mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Ada sesuatu dari sikap Hana yang membuatnya tidak nyaman—sebuah ketenangan yang terasa terlalu mengintimidasi, seolah gadis itu tidak akan mudah dikendalikan seperti yang ia harapkan.

PERJANJIAN PERNIKAHAN

Mereka duduk di sofa berhadapan, menciptakan jarak yang jelas di antara mereka. Rei bersandar santai, menyilangkan tangan di dada, sementara Hana duduk dengan tenang, menyilangkan kaki dengan anggun, menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak terintimidasi oleh situasi ini.

Rei menatapnya tanpa ekspresi sebelum akhirnya membuka suara. “Aku akan tetap menjalani hidupku seperti biasa. Tidak ada yang berubah.” Suaranya tegas, menekankan batasan sejak awal. “Jangan ganggu aku di sekolah. Jangan buat drama di depan umum. Dan yang paling penting—jangan pernah berpikir kita benar-benar suami istri.”

Hana mengangkat bahu, sama sekali tidak terpengaruh oleh nada dinginnya. Senyum tipis terbentuk di sudut bibirnya sebelum ia bersuara dengan santai, “Tentu. Tapi aku juga punya syarat sendiri.”

Rei mengernyit mendengar pernyataannya. “Apa?” tanyanya singkat, nada suaranya menunjukkan sedikit ketidaksabaran.

Hana hanya menatapnya dengan tenang, siap menyatakan aturannya sendiri dalam perjanjian pernikahan ini.

Hana tersenyum manis, ekspresi lembut yang jelas disengaja. “Aku boleh bersikap manja di depan orang tua kita.”

Rei langsung mendengus, matanya menatap Hana dengan penuh selidik. “Mau cari muka?” tanyanya dengan nada meremehkan.

Hana mengedikkan bahu santai, seolah tak peduli dengan tuduhan itu. “Anggap saja strategi bertahan hidup,” ujarnya ringan. “Lagipula, aku perlu beradaptasi, kan? Mereka juga sudah menjadi orang tuaku, alih-alih hanya mertuaku.”

Rei menatapnya beberapa detik, mencoba mencari celah dalam logika gadis itu. Namun, ia tidak menemukan alasan untuk membantah. Itu memang wajar—dan bisa dibilang masuk akal.

“Baiklah,” gumamnya akhirnya.

Tapi Hana belum selesai. Ia menyandarkan punggung ke sofa, menatap Rei dengan mata penuh arti sebelum melanjutkan, “Satu lagi.”

Rei menaikkan alis, menunggu kelanjutan pernyataannya.

“Kita berbagi kamar,” kata Hana santai. “Tapi ranjang tetap masing-masing.”

Sejenak, keheningan melingkupi mereka. Lalu, sudut bibir Rei tertarik ke atas dalam seringai sinis. “Kau pikir aku tertarik padamu?”

Hana tak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menatap Rei dengan ekspresi geli, seolah sedang menahan tawa. “Aku justru lebih khawatir kalau kau tertarik,” balasnya tanpa ragu.

Tatapan Rei berubah. Mata gelapnya sedikit menyipit, menatap Hana seolah mencoba memahami isi pikirannya. Gadis ini benar-benar menyebalkan.

Tapi bukannya membalas dengan kata-kata pedas, Rei hanya menghela napas pelan.

Akhirnya, setelah beberapa kali berdiskusi—atau lebih tepatnya berdebat—mereka mencapai kesepakatan. Mereka akan hidup bersama sebagai suami istri, tapi tanpa benar-benar menjadi pasangan. Hanya status di atas kertas, tanpa ikatan emosional apa pun.

Namun, dalam hati kecilnya, Rei menyadari satu hal.

Pernikahan ini mungkin hanya sementara.

Tapi selama itu berlangsung, pasti akan ada masalah yang datang.

Dan ia harus siap menghadapi semuanya.

1
Na Noona
belum up tor
na Nina
lanjut
na Nina
lanjut tor
Na Noona
up tor
Na Noona
up tor, aku sukaaa ceritanya
Chachap
kurang panjang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!