NovelToon NovelToon
Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ibadurahman

Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang.

Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya.

Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ibadurahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12.

Saat Malam tiba, Nana duduk di kamar Yuki, bersandar santai di dinding dengan pencahayaan kamar yang redup. Udara malam berhembus pelan dari jendela yang sedikit terbuka, membawa suara kota yang samar terdengar dari kejauhan. Yuki duduk di lantai, menatap langit-langit dengan pikiran yang sulit ditebak. Namun, tiba-tiba sebuah Bayangan muncul di tirai. Siluet seseorang terlihat jelas, tubuh seorang wanita dengan posisi santai sambil merokok. Nana dan Yuki saling pandang. Tanpa berkata apa pun, Yuki bangkit lebih dulu, diikuti Nana yang masih menyipitkan mata curiga.

Saat mereka membuka pintu balkon, keduanya terkejut melihat sosok yang berdiri di sana. Ayaka. Dia Berdiri dengan santai, satu tangan di saku, sementara tangan lainnya memegang rokok yang perlahan mengepulkan asap ke udara.

“Denger-denger, besok ada pertarungan besar.” Ayaka membuka percakapan, nada suaranya terdengar ringan, seolah ini bukan sesuatu yang serius.

Nana langsung mendengus, tidak menyembunyikan rasa kesalnya. “Udah tau, ngapain ngebacot?” jawabnya ketus.

Ayaka tersenyum tipis, menghembuskan asap rokoknya ke samping. “Pantas aja lu ditinggalin anak-anak.” katanya santai, matanya tajam menatap Nana. “Lu sama sekali gak punya bakat jadi pemimpin.”

Mendengar ucapan Ayaka, membuat Nana merasa kesal. “Diam lu, anjir.”

Namun Ayaka tetap tersenyum, jelas sekali ia sedang mencoba memprovokasi Nana. “Yah, semoga aja Tuan Hayashi gak mewariskan kepemimpinannya ke lu.” Nada suaranya terdengar meremehkan. “Karena kalau itu sampai terjadi, Oni-no-ken bisa hancur di tangan lu.”

Nana langsung melangkah maju, emosi mulai mendidih di dalam dirinya. Namun sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, Yuki menahan bahunya.

“Kalau lu ke sini cuma buat manas-manasin Nana, mending pergi.” suara Yuki terdengar datar, tapi tegas.

Ayaka menoleh ke arah Yuki, lalu menyeringai tipis. “Wah, pacarnya marah.”

Nana makin kesal mendengar nada mengejek itu, tapi sebelum ia bisa membuka mulut, Ayaka melanjutkan. “Santai aja, gua bukan cuma mau ngeledek kalian.” Ayaka membuang puntung rokoknya, lalu menatap mereka dengan serius. “Gua mau nawarin bantuan.”

Nana dan Yuki terdiam sejenak.

“kalau butuh tambahan orang, gue bisa bantu." lanjut Ayaka.

Nada bicaranya sangat meremehkan, seolah sudah yakin bahwa Nana dan Yuki tidak punya harapan menang.

“Najis.” Nana mendengus jijik. “Gua gak sudi dibantu sama lu.”

Ayaka tertawa kecil, lalu mendekat ke arah Nana. Sebelum Nana sempat menghindar, Ayaka tiba-tiba mengangkat tangannya, menekan leher belakang Nana dengan sentuhan mengejutkan.

Membuat Nana hawatir dengan apa yang akan Ayaka lakukan, tangannya hampir saja terangkat untuk menepis, tetapi Ayaka lebih dulu berbicara, “Kalau lu mati besok, Tuan Hayashi bakal sedih, loh.”

Tatapan Nana langsung berubah tajam. Tanpa pikir panjang, Nana mendorong Ayaka dengan kasar hingga sedikit terdorong ke belakang.

Yuki yang mendengar ucapan Ayaka Langsung nyaut, “Gua gak akan membiarkan itu terjadi.” Suara Yuki terdengar tegas dan penuh keyakinan.

Ayaka menoleh ke arahnya, menyipitkan mata sedikit, lalu tersenyum kecil. Perlahan, ia melangkah mendekat ke arah Yuki. Yuki tetap diam di tempat, tetapi matanya tidak lepas dari pergerakan Ayaka. Tiba-tiba, Ayaka mengangkat tangan dan memegang dagu Yuki.

Nana melotot kaget. Melihat wajah Ayaka terus mendekat, dan akhirnya mencium bibir Yuki. Semuanya berlangsung begitu cepat, dan *lNana langsung bereaksi.

“BRENGSEK!”

Tangan Nana mencengkeram rambut Ayaka dengan kasar, menariknya hingga menjauh dari Yuki. “DIA COWOK GUA, dasar JABLAY!” bentak Nana dengan suara penuh amarah.

Ayaka hanya tertawa lepas, tidak terlihat sedikit pun rasa bersalah dalam ekspresinya. Ia menatap Nana dengan penuh arti, lalu menoleh ke arah Yuki, seolah sedang menilai reaksinya. “Anggap aja itu ciuman perpisahan sebelum kalian mati besok.” katanya santai.

Nana makin marah. “DASAR JABLAY LU!” Nana hampir saja melayangkan tinjunya, tetapi sebelum ia sempat melakukannya, Ayaka sudah berbalik dan berjalan pergi.

Tanpa menoleh lagi, ia turun dari balkon dan menghilang ke dalam gelapnya malam.

Nana menoleh ke arah Yuki dengan tatapan tajam. “LU KENAPA DIAM AJA WAKTU DIA NYIUM LU?!”

Yuki terbata-bata, tidak menyangka Nana akan langsung menyerangnya begitu cepat. “Mana gue tau dia tiba-tiba mau nyium gue!”

Nana menyipitkan mata, tidak puas dengan jawaban itu. “Lu menikmatinya, kan?!”

Yuki menarik napas panjang, lalu tanpa peringatan, Ia menarik Nana ke dalam pelukannya dan langsung mencium bibirnya. Membuat Nana membeku. Matanya melebar dengan keterkejutan sesaat, sebelum perlahan ia menutup matanya dan membalas ciuman itu. Hanya dalam beberapa detik, segala kemarahan yang tadi mendidih dalam dirinya perlahan menghilang.

"Gua sayang elu" ucap yuki pelan.

Tanpa berkata apa pun, Nana bersandar di bahu Yuki, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan malam itu.

Sementara itu, di kejauhan, Ayaka berdiri di bawah, mengamati mereka dari jauh. Senyum tipis tersungging di bibirnya. Kedatangannya ke kontrakan mereka bukan sekedar untuk memanas-manasin Nana, Dia hanya ingin memastikan satu hal. Bahwa Nana tidak sendirian dalam pertarungannya besok. setelah mendengar kata-kata Yuki tadi, ia akhirnya bisa bernapas lega. Setidaknya ada Yuki yang akan mendampinginya, Ayaka tau Yuki punya sesuatu yang orang lain tidak miliki. Setelah pertarungan Yuki melawan shuji kemarin, dia tau Yuki itu kuat. Karena itu, Ayaka yakin, mereka tidak akan mati besok.

**

Sementara itu, di kontrakan Yuna, Yuna berdiri di balkon, menatap langit malam dengan tatapan kosong. Dadanya terasa sesak. Ia kehilangan sahabatnya. Sejak SMP, ia dan Nana selalu bersama, tapi kini mereka terpisah karena keputusannya sendiri. 'Apa gue salah udah ninggalin Nana?' pikirnya.

Tiba-tiba, sebuah suara mengejutkannya. "Kangen Nana, kan?"

Yuna menoleh cepat. Ayaka tiba-tiba ada di sampingnya.

"Si Ayaka ini... bukan lagi Yakuza, tapi Shinobi," gumam Yuna dalam hati, terkejut dengan kemunculan Ayaka yang begitu tiba-tiba.

"Mau apa lu ke sini?" tanya Yuna waspada.

Ayaka hanya tersenyum. "Cuma mau nemenin lu dari rasa kalut yang lu alami saat ini," godanya.

Namun, Yuna tetap berhati-hati. Dalam pikirannya, Ayaka adalah anak buah ayahnya Nana. Sekarang dirinya sedang bertengkar dengan Nana, dan siapa tahu Ayaka datang untuk memberinya pelajaran.

Seakan bisa membaca pikirannya, Ayaka terkekeh. "Nggak usah takut gitu, sayang," ucapnya santai. "Bagaimanapun juga, lu itu sahabat yang selalu dilindungi Nana," lanjut Ayaka.

Mendengar ucapan Ayaka, Yuna tersentak. Ingatannya melayang ke masa lalu. Saat dirinya dan Nana selalu berdua, setiap ada masalah, Nana selalu membantunya, bahkan setiap pertarungan Nana selalu melindunginya, dia bisa kuat seperti sekarang ini juga karna Nana yang selalu mengajarinya bertarung.

Ayaka memperhatikan ekspresi Yuna yang mulai berubah. Ia tahu ucapannya telah menyentuh hati gadis itu. Karena itu Ayaka yakin, Yuna juga pasti akan membantu Nana besok. Karena tujuannya sudah tercapai, "Baiklah, kayaknya lu nggak mau diganggu lagi," kata Ayaka. Ia berbalik dan mulai berjalan pergi.

Yuna hanya memandanginya, tapi pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Nana.

'gue tidak boleh seperti ini'.

**

Saat Pagi tiba, lapangan belakang SMA Kageyama sudah dipenuhi siswa-siswi kelas satu. Tiga pemimpin berdiri di depan mereka. Kazuya dari 1A, berdiri dengan tangan bersedekap, wajahnya tanpa ekspresi tapi sorot matanya tajam.

Yui Nakahara dari 1F, menyeringai penuh ejekan, tangannya memainkan korek api kecil, seolah menunggu sesuatu yang menarik terjadi.

Kai Takashi dari 1G, berdiri santai, tapi jelas siap kapan saja.

Sedangkan Kelas 1D dan 1E tidak punya pemimpin, mereka berada di bawah kendali penuh Yui Nakahara, yang dengan senang hati menyuruh mereka bergabung di pihaknya.

Sementara itu, Di dalam gedung sekolah, hanya tersisa kelas 1B dan 1C. Kelas-kelas lain telah kosong. Suasana di kelas 1B begitu ramai. Bukan karena kegaduhan biasa, tapi karena satu hal, Mereka semua membicarakan apa yang terjadi di lapangan.

Yuna berdiri di depan kelas, kedua tangannya mengepal. Sudah semalaman dia memikirkan Nana. Akhirnya, ia menepuk papan tulis dengan keras.

“DIAM!”

Suasana langsung hening. Yuna menarik napas panjang, lalu berkata dengan tegas, “Gue udah bersahabat sama Nana sejak SMP. Di situasi kayak gini, harusnya gue gak ninggalin dia sendirian. Karena itu, gue putuskan buat pergi ke lapangan buat bantu dia.” Tatapan Yuna menyapu seluruh kelas. “Gue gak maksa kalian ikut. Tapi kalau ada yang mau ikut gua, gua bakal berterima kasih.” Seisi kelas mulai saling berbisik satu sama lain, hingga Akhirnya, “Gua ikut.” Satu suara terdengar dari pojok kelas. Diikuti suara lain, “Gua juga!”. Dan semakin lama, semakin banyak suara yang berseru, hingga akhirnya semua siswa kelas 1B berdiri, siap berangkat.

Yuna tersenyum lalu membungkuk dalam-dalam. “Terima kasih, teman-teman.”

Sorakan menggema di dalam kelas 1B.

Di sisi lain, Keisuke dan Naoki yang berada di kelas 1C mendengar suara riuh dari kelas 1B. Keisuke menoleh ke Naoki, bingung dengan apa yang sedang terjadi. “ada apa di kelas sebelah, kei?”

Tanpa pikir panjang, mereka melangkah keluar diikuti siswa lain yang juga penasaran.

Yuna melihat Naoki dan Keisuke, ia berjalan ke arah mereka. “1B akan bantu Nana.” kata Yuna dengan mantap.

Naoki dan Keisuke saling pandang. Naoki menepuk pundak Keisuke, berbicara dengan suara rendah tapi penuh arti. “Gua tau lu masih kesel sama Nana. Gua juga sama.” Keisuke diam, mendengarkan. “Tapi di sana ada sahabat kita, Yuki.” lanjut Naoki. "Apa kita akan diam saja membiarkan sahabat kita bertarung sendirian?".

Keisuke menarik napas panjang, lalu mengepalkan tangannya. “Lu benar, Naoki. Kita harus bantu sahabat kita.” Keisuke melangkah maju, menghadap kelas 1C, lalu berteriak: “Baiklah, semuanya! Gua gak maksa kalian. Tapi kalau ada yang mau ikut gua dan Naoki, ayo kita berangkat bareng!”

Hanya butuh satu detik keheningan sebelum akhirnya semua siswa kelas 1C berteriak "GUA IKUT!!”

Sorakan membahana. Tanpa menyisakan satu pun murid di dalam kelas, mereka semua keluar gedung sekolah, bergabung dengan kelas 1B.

Namun, saat sampai gerbang sekolah, mereka dihadang oleh sekuriti. “Tidak boleh keluar!” kata salah satu satpam, wajahnya keras, karna tau mereka akan tawuran di lapangan.

Suasana langsung riuh. Para siswa mendesak, protes, mencoba memaksa gerbang dibuka. Tapi sekuriti tetap bergeming, tidak berniat membuka pintu.

Sampai akhirnya ada teriakan keras, “KELAS 1 DILIBURKAN!”

Semua mata langsung tertuju ke sumber suara. Di sana, berdiri Kepala Sekolah, dengan Ayaka di sisinya. Sekuriti langsung terdiam. Wajahnya mendadak tegang. Tanpa bertanya lagi, ia segera membuka gerbang.

Satu per satu siswa mulai berhamburan keluar, bersorak penuh semangat.

Di antara kerumunan, Yuna masih berdiri diam. Tatapannya tertuju pada Ayaka. Dia tahu, Ayaka pasti yang memaksa kepala sekolah untuk melakukan ini, secara, Ayaka bukan guru yang di takuti oleh siswa-siswi, tapi juga di segani oleh seluruh guru, termasuk kepala sekolah.

Tidak peduli seberapa dibencinya Ayaka oleh Nana, gadis itu selalu melakukan yang terbaik untuk Nana. Karena memang Ayahnya Nana, Hayashi Aoi menugaskan Ayaka untuk selalu melindungi Nana.

Yuna membungkuk kecil dari kejauhan, menunjukkan rasa terima kasihnya. “Terima kasih, Ayaka.” gumamnya dalam hati. Lalu, dengan cepat, ia berlari ke depan, bergabung dengan yang lain.

**

Sementara itu Di lapangan belakang, Nana dan Yuki sampai lebih dulu berjalan berdampingan. Mereka berdua. Berdiri di depan lawannya yang begitu banyak.

Dan semua orang tertawa melihat mereka datang hanya berdua. “LU MAU SODAKOH NYAWA?!” ejek Yui Nakahara. Tawa meledak dari kelompok lawan.

Nana tetap diam, hanya menoleh sedikit ke arah Yuki. Lalu, dengan suara rendah, ia berbisik, “Lu takut?”

Yuki hanya menyeringai santai. “ngapain harus takut, Kita gak cuma berdua.” katanya.

Nana bingung dengan ucapan yuki. “Maksud lu?”

Yuki miringkan kepalanya sedikit, memberi isyarat ke belakang. “Dengar itu?”

Suara langkah kaki. Semakin lama, semakin mendekat. Bersamaan dengan itu, teriakan penuh semangat mulai terdengar. Nana menoleh, Matanya langsung membelalak.

Dari kejauhan, Yuna berjalan paling depan, diikuti Keisuke, Naoki, dan puluhan siswa lain.

Kelompok lawan langsung terkejut. Satu per satu mereka mulai menyadari, Mereka tidak akan hanya menghadapi dua orang. Tapi akan menghadapi seluruh kelas 1B dan 1C.

Yuna berhenti tepat di samping Nana, menatapnya dengan senyum kecil.

“Terima kasih, Yuna.” ucap Nana lirih.

Yuna tersenyum lebih lebar. “Mana mungkin gua ninggalin sahabat gua di situasi kayak gini.”

Sementara itu, Naoki dan Keisuke berdiri di samping Yuki,

"Terimakasih kei, Naoki" ucap yuki.

Keisuke hanya menepuk pundak Yuki.

Mereka menatap lawan dengan tatapan siap tempur.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!