Raisa memiliki prinsip untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Awalnya Edgar, suaminya menerima prinsip Raisa itu. Tapi setelah 6 tahun pernikahan, Edgar mendapatkan tekanan dari keluarganya mengenai keturunan. Edgar pun goyah dan hubungan mereka berakhir dengan perceraian.
Tanpa disadari Raisa, ternyata dia mengandung setelah diceraikan. Segalanya tak lagi sama dengan prinsipnya. Dia menjadi single mother dari dua gadis kembarnya. Dia selalu bersembunyi dari keluarga Gautama karena merasa keluarga itu telah membenci dirinya.
Sampai suatu ketika, mereka dipertemukan lagi tanpa sengaja. Di saat itu, Edgar sadar kalau dirinya telah menjadi seorang ayah ketika ia sedang merencanakan pernikahan dengan kekasihnya yang baru.
Akankah kehadiran dua gadis kecil itu mampu mempersatukan mereka kembali?
Follow Ig : @yoyotaa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Dari sebelum pesan makan sampai makanan sudah habis, Mia masih terus memperhatikan Edgar. Matanya tak bisa lepas dari laki-laki dewasa yang adalah papinya.
"Kamu kenapa liatin Papi terus dari tadi, hm?"
Dijawab dengan cengiran oleh Mia.
"Papi lebih ganteng dari yang di foto ternyata, aku masih tidak menyangka bisa ketemu langsung dengan Papi," jawab Mia yang membuat Edgar sedikit bertanya-tanya.
"Jadi, kamu udah pernah liat Papi dari foto?"
Mia mengangguk, ketika ingin menjelaskan lebih lanjut, Raisa langsung menghentikan obrolan mereka karena tak mau Edgar jadi salah paham.
"Kalian kalau masih mau main sama Papi, Mami izinkan sampai jam 8 malam. Mami mau pulang dulu," ucap Raisa yang membuat raut wajah si kembar jadi sedih.
"Ra, jangan pulang dulu, kamu nggak lihat apa mereka jadi sedih karena kamu mau pulang. Meskipun mereka senang bertemu denganku. Tapi, aku ini masih asing bagi mereka karena ini adalah kali pertama mereka bertemu denganku. Tolong, ngertiin mereka."
Jadinya, Raisa pun tak jadi pulang, karena tak tega juga melihat wajah si kembar yang bersedih.
"Mama nggak jadi pulang kok," ucap Raisa yang membuat si kembar jadi ceria lagi.
"Yee, kalau gitu kita pergi ke pasar malam ya Mi, ya, ya?" pinta Mia.
Raisa pun langsung mengiyakan karena tak mau membuat si kembar bersedih lagi.
*
*
Setelah memarkirkan kendaraan di parkiran pasar malam, mereka masuk ke area pasar malam. Mia dan Kia saling bergandengan, salah satu tangan mereka saling menggandeng tangan Edgar dan Raisa.
Sesekali keduanya terus melihat ke arah kedua orang tuanya dengan senyum-senyum malu.
"Kia, akhirnya kita ketemu Papi. Ternyata benar, pelukan Mami dan Papi rasanya berbeda. Papi sangat tinggi dan berkarisma. Kalau aku besar nanti, aku mau punya pacar kaya Papi."
Awalnya Kia ingin menanggapi ucapan Mia dengan baik, tapi setelah mendengar ucapan terakhir, ia malah jadi malas, karena Mia masih kecil sudah mikir pacar-pacaran.
"Pokoknya hari ini kita harus menghabiskan waktu yang lama disini."
"Ngapain lama-lama sih? Aku masih harus baca buku Mia."
"Nggak boleh, untuk hari ini libur dulu."
Kia mendengus tapi ia tetap tak mau membuat Mia kecewa karena memang Mia yang paling ingin bertemu papi mereka.
Langkah mereka berhenti ketika berada di depan komedi putar.
"Mi, aku mau naik itu!" Mia mengayunkan lengan maminya.
"Iya naik aja sayang. Mami liatin dari sini," ucap Raisa.
Mia langsung menarik Kia untuk naik komedi putar bersamanya. Meski terlihat tidak berminat di awal, ternyata setelah naik, Kia malah senang juga. Apalagi, keduanya terkadang iseng manggil-manggil mami dan papinya. Mungkin karena saking bahagianya memiliki kebersamaan dengan kedua orang tua mereka.
"Terima kasih, karena kamu sudah melahirkan mereka dan merawat mereka dengan baik meskipun tanpa kehadiran aku. Pasti sangat berat bagi kamu melewati semua itu."
"Iya, memang berat sekali. Banyak hal yang aku lalui. Banyak juga yang harus aku korbankan. Tapi, semuanya terbayarkan dengan keceriaan dan tumbuh kembang mereka."
Keduanya sama-sama terdiam lagi dengan pikirannya masing-masing. Sampai si kembar manggil-manggil lagi.
"Mi, Pi," teriak si kembar yang masih asik naik komedi putar.
Raisa menanggapinya dengan senyuman dan melambaikan tangannya, begitu juga dengan Edgar.
"Ra, kenapa kamu menyembunyikan mereka dari aku? Aku tahu kamu pasti punya alasan. Tapi aku tetap harus tahu, Ra. Kalau saja Elsa tidak mengetahui si kembar anak aku, mungkin sampai mereka besar pun aku tak akan tahu."
"Alasanku, bukan untuk kamu tahu. Intinya, sekarang aku sudah tidak menyembunyikan mereka lagi dari kamu. Kamu berhak menemui mereka kapan pun. Aku tidak akan melarang."
"Baiklah, kalau maumu begitu."
"Dor!"
"Astaga!" ucap Raisa yang terkejut.
Si kembar malah ketawa-ketiwi melihat Raisa yang terkejut.
"Mi, lanjut ke tempat lain yuk," ajak Kia sambil bergantian menggandeng Raisa dan Edgar.
Ketika melihat stand yang jualan dimsum, si kembar mau makan itu dan dibelikan oleh Edgar.
"Suapin Pi," pinta Mia yang ingin disuapi oleh Edgar.
Edgar menurut saja, dan kemudian dirinya pun minta disuapi oleh Mia. Akhirnya mereka saling suap-suapan. Ketika Raisa ingin menyuapi Edgar juga, ia langsung merasa canggung dan ingin menarik lagi dimsum yang sudah ditusuknya, tapi Edgar dengan cepat langsung memakannya sambil tersenyum.
Raisa merasa ini semua salah. Dia merasa jadi orang jahat karena Edgar sudah memiliki calon istri tapi dia dengan tak tahu dirinya malah menghabiskan waktu bersama dengan Edgar.
Karena waktu yang sudah larut malam dan si kembar sudah mengantuk. Mereka pun akhirnya pulang. Raisa naik motornya sendiri dan Edgar pun naik mobilnya dengan si kembar supaya si kembar bisa leluasa tiduran di mobil.
*
*
Edgar masuk ke dalam rumah Raisa dengan menggendong Mia sementara Raisa menggendong Kia. Si kembar ditidurkan di kamar.
Raisa mengantar Edgar sampai ke depan rumah.
"Aku boleh kan kalau tiba-tiba ingin mengajak mereka menginap di apartemenku?" tanya Edgar.
"Boleh, aku tidak akan melarang kalau itu menyangkut si kembar. Asalkan kamu mau menuruti aturan yang aku berikan ke mereka."
Edgar mengangguk.
"Bisa kirimkan foto-foto mereka dari dalam kandungan sampai sekarang? Aku ingin tahu, karena aku tidak ada di saat-saat itu."
"Nanti akan aku kirimkan," jawab Raisa.
"Urusan kita sekarang hanya untuk si kembar. Jadi, aku harap kamu tidak usah chat kalau bukan untuk urusan mereka. Jangan datang ke tempat aku bekerja hanya untuk menanyakan hal yang tidak penting. Aku tidak mau jadi terseret ke hubungan kamu dan calon istrimu."
Seketika jantung Edgar langsung dihantam oleh sebuah kenyataan bahwa dirinya memang akan segera menikah. Ketika bersama Raisa dan si kembar, ia seolah lupa kalau dirinya sudah memiliki wanita lain. Dari dulu mungkin sampai sekarang, Raisa selalu bisa membuatnya lupa diri, lupa akan semuanya dan hanya fokus pada wanita itu.
"Urusan Tamara, itu urusanku."
"Aku tahu, tapi aku tidak mau karena kehadiran si kembar akan menjadi masalah di hubungan kamu. Maka dari itu, sebisa mungkin, kalau kamu ingin bertemu si kembar, langsung jemput mereka saja dari sekolah. Tapi ingat, harus kabari aku supaya aku tidak khawatir."
Edgar tersenyum kecut, karena kalau begitu jadinya, dirinya pasti tak bisa bertemu dengan Raisa. Padahal ia masih ingin tahu banyak tentang Raisa setelah lama tak bertemu.
"Aku harap kamu mengerti keputusanku. Terima kasih untuk hari ini, berkat kamu, mereka jadi keliatan senang sekali."
"Sama-sama."
Edgar pun masuk ke dalam mobilnya, sejujurnya ia ingin sekali memeluk Raisa, tapi tidak mungkin, kan? Ia pun melakukan mobilnya menjauh dari area rumah Raisa.
Roni baru pulang dari lemburnya di kantor. Dia merasa heran ketika tadi ada mobil yang pergi dari depan rumah.
"Tadi itu siapa, Mba?" tanya Roni.
"Edgar," jawab Raisa yang langsung masuk ke dalam rumah.
"Hah?" Roni terbengong-bengong seperti orang bego. Tapi sedetik kemudian ia sadar dan berlari menyusul Raisa masuk ke dalam rumah.
*
*
TBC