NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Mihrab Pesantren

Takdir Cinta Mihrab Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Malam

Ahmad Al Fatih Pranadipa adalah siswa SMA yang dikenal sebagai pembuat onar. Kenakalannya tak hanya meresahkan sekolah, tetapi juga keluarganya. Hingga akhirnya, kesabaran orang tuanya habis—Fatih dikirim ke pesantren untuk dididik langsung oleh seorang kyai dengan harapan ia berubah.

Namun, Fatih tetap menjadi dirinya yang dulu—bandel, pemberontak, dan tak peduli aturan. Di balik tembok pesantren, ia kembali membuat keonaran, menolak setiap aturan yang mengikatnya. Tapi hidup selalu punya cara untuk mengubah seseorang. Perlahan, tanpa ia sadari, langkahnya mulai berbeda. Ada ketenangan yang menyusup dalam hatinya, ada cahaya yang mulai membimbing jalannya.

Dan di saat ia mulai menemukan jati dirinya yang baru, hadir seorang wanita yang membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah ia duga—getaran yang mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Sholat subuh berjamaah tetap Fatih laksanakan walaupun jauh dari kata khusyuk. Pikirannya lebih fokus memikirkan cara untuk melarikan diri di tempat yang sangat membosankan menurutnya. Saat imam sudah mengucapkan salam untuk kedua kalinya. Perlahan Fatih berdiri. Edwin menoleh menatap tanya pada Fatih. Tapi pria itu hanya menjawab dengan acungan jempolnya yang mengarah ke pintu. Edwin mengangguk, dia mengira bahwa Fatih hanya ingin ke toilet. Dia sama sekali tak tahu bahwa teman sekamarnya tersebut ingin kabur dari pesantren. Tak ada barang bawaan satupun yang di bawa oleh Fatih membuat aksinya semakin lancar. Matanya terus mengedar pada setiap penjuru pondok pesantren. Ujung matanya melirik kiri dan dan kanan dengan langkahnya yang berusaha tetap tenang agar tak ada yang curiga.

"Fatih! Mau kemana kamu?" suara itu bagaikan petir yang menggelegar di telinga Fatih. Sangat, sangat menakutkan. Tubuh Fatih bahkan sedikit terangkat karena terperanjat.

"Assalamu'alaikum Ustadz." salah satu peraturan yang ada di pondok, apabila bertemu dengan Ustadz seorang santri harus mencium tangannya dan memberi salam. Fatih melakukan itu.

"Wa'alaikumussalam. Mau kemana kamu? Mau kabur?"

Fatih kembali terperangah mendengar pertanyaan yang sangat benar dari Ustadz Zul. "Mau ke toilet ustadz, kebelet. Pagi-pagi kan bawaannya begitu, masuk angin kali Ustadz." elak Fatih berharap Ustadz Zul percaya dengan apa yang dia katakan.

"Kamu ini ngomong sama guru kamu kaya teman saja. Enggak ada rasa hormatnya sama sekali."

"Loh, kan tadi Ustadz tanya. Makanya saya jawab. Kalau saya diam yah itu baru namanya enggak ada sopan santun." Fatih kembali mendelik. Bicaranya yang tenang tidak seperti dengan jantungnya yang berdegup kencang.

"Awas kamu kalau mau kabur untuk tidur lagi. Bukan toilet hukuman kamu, tapi harus hafal 1 juz dalam 2 pekan."

"Maa syaa Allah ustadz. Itu mah namanya ustadz mau panen pahala. Kalau saya hafal lalu saya amalkan, pasti Ustadz juga kebagian pahalanya."

"Kok kamu tahu? Selama ini kan kamu baru sekali mengikuti nasehat pagi." ustadz Zul heran dengan Fatih yang bisa mengetahui amal jariyah.

"Mata saya memang tertutup Ustadz, tapi telinga saya tetap mendengar. Kan sama saja, saya ikut mendengarkan. Bedanya hanya tempat."

"Katanya kebelet. Kok ngomongnya lancar banget?"

"Nanti di bilng enggak sopan lagi, makanya saya nurut Ustadz."

"Udah cepat sana! Dhuhur nanti, tugas kamu sebagai muazin!" kata Ustadz Zul kemudian pergi meninggalkan Fatih sendirian.

"Makasih ustadz." ucap Fatih kemudian berbalik. Sekarang dia tak punya banyak waktu lagi, dia harus kabur secepatnya, sebelum ada yang melihatnya kembali. Dia berjalan menuju belakang toilet, saat menjalankan hukuman. Mata Fatih juga ikut menjelajah mencari jalan tikus yang akan membuatnya keluar dari pondok. Benar saja. Ternyata di belakang bilik toilet, berjalan kurang lebih 10 meter lagi. Fatih bisa menemukan jalan keluar melewati tembok tinggi. Tidak masalah bagi Fatih. Memanjat tembok adalah keahliannya saat masih sekolah di SMA Umum yang hampir setiap hari dia memanjat tembok yang berbeda untuk bolos sekolah.

Fatih mulai berjalan mengendap dalam cuaca subuh yang masih terasa sangat dingin. Bahkan cahaya yang menerangi jalan yang dia lalui sangat minum, hanya mengandalkan cahaya bintang karena tak satupun lampu yang menerangi di tempat itu. Tak ada rasa takut pada hantu, dia lebih takut pada Ustadz Zul yang bisa saja muncul kapan dia mau.

Tembok tinggi sudah berada di hadapan Fatih, waktunya kembali beraksi. Fatih mulai berjalan mundur dengan tatapan melihat keatas tembok. Tekadnya sangat kuat untuk meninggalkan tempat ini. Perlahan tapi pasti, Fatih mulai berlari kemudian meloncat dengan menginjak tembok. Kedua telapak tangannya sudah memegang dasar tembok, saatnya berusaha lebih kuat agar tubuhnya bisa naik. Fatih mulai mengayunkan kakinya agar bisa menyentuh tembok dan keseimbangan tubuhnya bisa stabil. Satu kali percobaan, Fatih gagal. Tak ingin menyerah, dia kembali mencoba. Keringat bercucuran bahkan pakaiannya basah karena keringat padahal cuaca masih sangat dingin menyengat. Remaja itu kembali mencoba dengan susah payah, mungkin karena temboknya yang sangat tinggi. Semangatnya untuk kabur semakin berkobar, satu kakinya terus berusaha untuk menyentuh tembok dan akhirnya berhasil. Sedikit lagi tenaga yang Fatih keluarkan dan dia sudah bisa meninggalkan pondok itu.

Akhirnya seluruh tubuh Fatih sudah berada di atas tembok. Dia mengedarkan pandangannya mencari mobil ganknya. Tepat sekali, mobil merah sudah berada di seberang jalan. Semangat Fatih semakin bertambah. Sisa selangkah lagi untuk turun, dia bisa benar-benar meninggalkan pondok yang sangat membosankan dengan segala peraturan yang ada.

Fatih mengambil nafas kemudian mengeluarkannya dengan perlahan. Dia berharap agar kakinya tidak cedera saat melompat.

Fatih mulai berdiri diatas tembok kemudian menyeimbangkan tubuhnya. Perlahan dia mencondongkan tubuhnya dan.....

BRUUKK...

Tubuh Fatih jatuh diatas dedaunan kering. Sakit, kakinya terasa sangat sakit karena terkilir.

"Aw... " Pria itu meringis kesakitan seraya memegang pergelangan kakinya.

"Si goblok itu pada kemana sih?" hardik Fatih pada teman-temannya yang tidak menyambut kedatangannya. Kakinya yang terkilir membuatnya merasa sangat sulit untuk berjalan. Ingin berteriak untuk memanggil tapi keadaan yang tidak memungkin, dia takut seseorang dalam pondok mendengar suaranya. Dengan susah payah Fatih mulai berdiri dan berjalan tertatih. Rasa sakit membuat wajahnya terlihat kusut. Sesampainya di mobil, dia mengetuk kaca jendela beberapa kali."

"Si tolol ini pada tidur kaya mayat." gerutu Fatih kembali. Dia mengetuk dengan sangat keras kaca jendela itu berulang kali hingga kaca itu mulai turun.

"Bos!!" sapa Edo yang terkejut melihat keberadaan Fatih.

"Gimana sih kalian ini, niat jemput enggak sih. Kaki gua sampai terkilir, kalian enggak tolongin." Fatih terus saja mengomel menyalahkan mereka bertiga yang baru saja bangun, terlihat dari mata mereka yang masih merah.

"Perjalanan jauh woy... Wajarlah kita tidur. Dari tadi kita-kita nungguin, luhnya enggak datang-datang. Hampir saja kita tinggal kalau matahari sudah terang." kata Reza membela diri. Wajar saja, perjalanan mereka memang tidak dekat. Jarak kita dan pondok kurang lebih 4 hingga 5 jam. Waktu yang tidak sedikit.

"Emang gua Roro Jonggrang Luh tinggalin saat matahari mulai bersinar. Udah kita cabut sekarang. Kalau ada apotik, Luh singgah dulu."

"Luh mau ngapain di apotek?" tanya Atha yang heran, tumben sekali temannya ini meminta di antarkan ke apotik.

"Kaki gua terkilir, rasanya sakit banget."

"Mana ada apotik di sini. Yang ada cuma warung yang jual balsem." cetus Reza.

"Balsem Ok. Pokoknya apa aja yang bisa redain rasa sakit kaki gua." kata Fatih yang mulai pasrah.

Kini mobil mulai melaju membelah jalan yang sunyi. Kiri dan kanan hanya terdapat pepohonan menjulang tinggi. Entah bagaimana sikap pemimpin pondok saat tahu jika ternyata Fatih kabur. Bagaimana juga saat kedua orang tua Fatih tahu ternyata putra semata wayangnya melarikan diri dari pondok pesantren.

1
Ayu
hahaaa astaghfirullah Fatiih , berani bener ngasih bukti
Ayu
ayoh siapa itu , Nesya sama andien kah ..
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
ErNawati
lanjutttt
Putra Tambe
lanjut thor makin semangat aku baca nya🤩
Putra Tambe
cerita nya baguus aku suka
Putra Tambe
masya Allah, aku ikutan nangis saking bapernya😭😭😭
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
Putra Tambe
terharu bangat semoga aja bisa berubah itu anak.......
Putra Tambe
Assalamu'alaikum thor aku coba hadir yach...
Ayu
Bagus Thor saya tunggu up berikutnya, semangat selalu
Ayu
hehehe ada ada aja ceritanya , lanjut kakak
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya
Aldebarand 98
Lumayan
Ayu
Masya Allah, nangis aku bacanya disini . kenapa taubatnya Fatih harus dibayar dengan mahal /Sob/
Ayu
sampai di bab 15 saya tidak bosan meneruskan baca novel ini , Semangat berkarya pokoknya /Rose/
Syafrinal Endri
lanjut Thor yg banyak bab nya makin seru aja
Evanscape
Cerita yang sangat bagus, jangan sampai dilewatkan. menarik banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!