NovelToon NovelToon
Tawanan Bos Tampan

Tawanan Bos Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: Teddy_08

Keira Maheswari tak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis. Menjadi yatim piatu di usia belia akibat kecelakaan tragis membuatnya harus berjuang sendiri.

Atas rekomendasi sang kakak, ia pun menerima pekerjaan di sebuah perusahaan besar.

Namun, di hari pertamanya bekerja, Keira langsung berhadapan dengan pengalaman buruk dari atasannya sendiri.

Revan Ardian adalah pria matang yang perfeksionis, disiplin, dan terkenal galak di kantor. Selain dikenal sebagai seorang pekerja keras, ia juga punya sisi lain yang tak kalah mencolok dari reputasinya sebagai playboy ulung.

Keira berusaha bertahan menghadapi kerasnya dunia kerja di bawah tekanan bosnya yang dingin dan menuntut.

Namun, tanpa disadari, hubungan mereka mulai membawa perubahan. Apakah Keira mampu menghadapi Revan? Atau justru ia akan terjebak dalam pesona pria yang sulit ditebak itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teddy_08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31. Mari Bersekutu

Keira menatap tak percaya jika kini ia duduk bersama seorang Bramantyo Baskara. Pria yang pernah ia tolak cintanya beberapa waktu lalu.

"Umm … Mas Bram, kok di sini? Ada janji atau kerjaan bareng Mas Alan, ya?" Keira kikuk menghadapi Bram setelah kejadian di restoran Bram sebelumnya.

"Gak, aku lagi kalut. Dan biasanya kalau lagi sumpek pikiran ruet larinya emang ke Alan sih Keira, kamu apa kabar? Sendirian aja nih?" tanya Bram berbasa-basi.

"Suami aku lagi sibuk dengan sekretarisnya," ujar Keira keceplosan.

"Dan … kamu sendiri? Nanti ilang loh digondol orang. Tahu sendiri lah ya jaman sekarang seperti apa," ucap Bram mengoceh.

Keira hanya tersenyum simpul, dan menatapnya. Tidak ada kalimat lain yang ia urai sebagai pemecah kecanggungan.

Sementara Alan hanya diam fokus mengemudi. Sesekali ia membenarkan spion mobilnya agar bisa memantau adiknya yang sedang duduk bersama Bram.

Baginya semua pria sama saja. Karena Alan sendiri juga terkenal banyak pacarnya. Tapi jika ada yang menunjukkan keseriusan, maka dialah yang dipilihnya sebagai pendamping adiknya. Kedua temannya tidak ada satupun yang mengetahui jika Alan Pratama sedang mengujinya.

"Mau ke mana ini?" tanya Alan menawarkan pada keduanya.

"Ke rumah gue aja gimana? Ntar Keira dicari pastinya kalau tujuan kita ke rumah Lo," ujar Bram dengan bahasa akrabnya pada Alan.

Pria tersebut langsung setuju saja tanpa berpikir panjang. Lagi pula, ia penasaran kenapa Keira tiba-tiba ingin menemuinya.

Sepanjang perjalanan ketiganya diam hanya hening. Kecuali radio yang menyenandungkan music yang diputar Alan.

Mendengar lagu sendu yang mengisahkan tentang patah hati membuat hati Keira berubah pilu. Bulir kristal merembes deras membasahi pipinya tanpa terasa. Mungkin hatinya sakit mengingat pengkhianatan Revan siang ini.

"Keira, are you okay?" tanya Bram sembari menyodorkan sapu tangan miliknya.

Ia tidak mungkin mengusap pipi perempuan yang sudah berstatus istri orang lain. Meski sebenarnya hatinya tak terima dengan perlakuan Revan terhadap gadis pujaannya.

"Terimakasih, ya. Aku baik-baik saja kok, hanya teringat kedua orang tua. Kalau sama kakak, sejak kecil kita jarang akur sih," ucapnya sambil melirik ke arah Alan.

Alan hanya menggelengkan kepalanya, sambil melirik ke arah spion mobil, mengintip raut wajah adiknya.

"Keira, bagaimanapun aku ini 'kan kakak mu. Dan hanya kamu yang kumiliki satu-satunya. Berbagilah apapun yang harus dibagi. Meski itu duka, aku siap mendengarkan," ujar Alan yang melegakan hati Keira.

Keira semakin menangis tersedu-sedu. Ia bahkan mencoba melihat ke arah luar jendela untuk mengusir kesedihannya. Meski hasilnya nihil.

Bram semakin kebingungan. Ingin menenangkan tapi takut disangka lancang. Alhasil, Alan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Bramantyo yang sepi.

Tak butuh waktu lama, hanya sekitar sepuluh menit saja mereka telah sampai di tempat tujuan. Dengan sigap Bram membukakan pintu mobil untuk Keira.

Gadis itu keluar mobil melangkah dengan kepala tertunduk. Berjalan beriringan dengan Alan tidak kini merangkulnya memasuki rumah.

"Jangan sedih dong, ntar lagi d dalam cerita sama kakak ya. Aku gak mau kamu sedih berlarut. Akan aku tempuh cara apapun asalkan kamu bahagia," ujar Alan meyakinkan adiknya.

"Kenapa tidak kemarin Kak? Seharusnya bisa mencegah pernikahanku yang menyakitkan itu," ujar Keira berkeluh kesah.

"Nanti kita cari solusi bareng. Itu kan papa kita yang kasih wasiat. Jadi aku masukin kamu ke kantor Revan itu bukan asal," ujar Alan menjelaskan.

"Halo … masuk, dan anggap rumah sendiri. Sorry ya berantakan, maklum masih bujang," ucap Bram membelah percakapan kami.

Kamipun segera masuk rumah, bahkan duduk sebelum dipersilahkan. Tampak Bram sibuk memunguti gelas bekas semalam. Sepertinya ia habis begadang.

Biasanya ada puntung rokok di mana-mana. Tapi rupanya Bram tidak suka merokok. Anehnya orang kaya sekelas dia tidak memiliki asisten rumah tangga. Tentu saja itu menarik bagi Keira.

"Pak Bram, eh … Mas Bram, gak punya asisten rumah tangga gitu? Yang bantuin bersihin rumah? Keluarga Mas di mana?" tanya Keira mencecar.

Setelah selesai berbenah, Bram datang mendekat sambil membawa minuman bersoda beserta nampan berisi gelas dan juga makanan ringan.

Kemudian ia juga ikut duduk di sebelah Keira yang gugup saat jarak keduanya begitu dekat.

"Kamu butuh waktu berdua sama Alan? Gak apa-apa, aku bisa ngungsi ke kamar dulu kok, orang tuaku ya di rumah mereka. Kalau asisten rumah tanggaku sedang ijin cuti kerja beberapa hari. Anaknya lagi sakit katanya," terang Bram.

Benar-benar pemuda idaman wanita. Ia mampu hidup mandiri meski dari kalangan berada. Meski terkadang lumayan berantakan sih keadaan rumahnya.

"Ada Mas Bram juga gak masalah," ujar Keira.

"Ada apa sih, Nan?" tanya Alan menimpali.

"Aku mergoki suamiku main gila sama Wina Kak. Parahnya ini sudah berlangsung sejak sebelum kami menikah," ujar Keira bercerita.

"Kamu masih sayang sama dia?" tanya Bram terlihat sumringah.

"Entahlah. Pernikahan terjadi begitu saja. Itu pun belum sah secara hukum. Hanya secara agama saja. Dan sekarang aku bingung harus gimana." Keira meraih botol soda dan membukanya.

"Kalau gitu, kasih mereka sedikit pelajaran aja gimana? Buat uji si Revan beneran masih sayang sama kamu apa enggak? Kalau beneran serius dan kamu masih memiliki perasaan yang sama, pasti akan berubah baik nanti," ujar Bram memberikan saran.

"Kalau ternyata tidak jodoh?" tanya Keira memicingkan matanya.

"Jodoh atau tidaknya seseorang tergantung niat orang itu sendiri," tukas Bram.

"Mari kita bersekutu membuat suami kamu cemburu. Mulai besok kamu akan bekerja di kantorku. Sebagai sekretaris pribadiku. Apa kau berani?" tanya Bram.

Ide Bram terdengar nekad dan setengah gila. Entah kenapa Keira menyetujuinya tanpa berpikir panjang. Ia menghela napas kemudian mengangguk.

Alan mulai memutar otak merancang peristiwa yang nantinya akan mengejutkan seorang Revan. Tentu ia akan merancang rencana yang berkaitan dengan pekerjaan sebab hanya itu yang bisa diterima akal sehat Revan Geraldo nantinya.

Mulai dari pemilihan pakaian Keira, hingga tempat tinggal baru mulai direncanakan oleh Alan. Hingga deretan alasan yang mengharuskan Keira wajib menurut menjadi asisten Bram pun telah dirancangnya.

Hati Keira tak karuan ingin memberikan kabar ini pada suaminya. Ia menerka-nerka, apakah Revan akan marah atau justru menerima begitu saja.

Jemarinya segera menari di atas ponselnya mengubungi Revan dalam sambungan telepon.

Setelah beberapa menunggu akhirnya panggilan telepon tersambung juga. Jantung Keira semakin berdegup kencang saat itu.

Rasanya ia ingin mati bunuh diri mendengar Revan menjawab dan ada juga suara Wina yang masih terdengar menemani di seberang sana.

Astaga Keira serasa hampir gila dibuatnya.

"Halo," sapanya. Masih membuat Keira mematung dan tercekat karena mendengar suara manja Wina di seberang telepon itu. Hatinya semakin hancur dibuatnya. Entah balasan apa yang setimpal.

— To Be Continued

1
Adinda
keira sama bram aja Thor
Teddy: makasih ya
total 1 replies
Adinda
keira keira kasihan kamu dapet suami seperti itu
Adinda
sepertinya sandiwara kakaknya pura pura bangkrut untuk merubah keira
Samantha
Cerita yang menarik, penuh emosi
Teddy: Tq Sam 🥰
total 1 replies
Samantha
seru ya
Lintang Lia Taufik
dilema
Lintang Lia Taufik
next
Lintang Lia Taufik
lanjut baca, wah makasih boom babnya ya Thor
Lintang Lia Taufik
makin seru
Lintang Lia Taufik
keren
Lintang Lia Taufik
Keren, semangat
Nina_Melo
Suka
Nina_Melo
Keren tulisannya, semangat ya. Aku tunggu Update-nya
qiuqiu
Endingnya bikin nagih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!