Demi masa depan, Tania Terpaksa menjadi wanita simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Pernikahan Reyhan yang di dasari atas perjodohan, membuat Reyhan mencari kesenangan diluar. Namun, dia malah menjatuhkan hatinya pada gadis yang menjadi simpanannya. Lantas, bagaimana hubungannya dengan Kinan, dan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kinan
Reyhan kembali menginap di apart milik Tania dan tidak pulang kerumah lagi malam ini. Baginya sekarang Tania la satu- satunya wanita yang Reyhan cintai tidak ada lagi Kinan, bahkan dari dulu pun Reyhan tidak bisa mencintai Kinan atau sekedar menyukainya.
Dering telfon terdengar begitu nyaring, mengganggu dua sosok yang sudah terlelap dalam tidurnya. Reyhan mengambil ponselnya, melihat nama Kinan di sana.
Tidak diangkat. Memilih mematikan ponselnya dan kembali tidur.
Sedangkan di tempat lain, Kinan mondar mandir dengan ponsel di telinganya.
“Ahhh, sial! Awas kamu, Reyhan.” Kinan melempar ponselnya, mengenai cermin di sampingnya, hancur tak beraturan.
Kinan kini sudah khawatir dengan hubungan suaminya bersama mahasiswi itu, pasalnya suaminya biasanya hanya bertahan tidak lebih dari tiga bulan dengan gadis-gadis lainnya.
Bahkan hubungan Reyhan dan wanita simpanannya sudah berjalan sangat baik.
Ya, Kinan memang tahu bagaimana suaminya memperlakukannya di belakang selama ini. Karena sedari awal, Kinan tau, dia menikah atas perjodohan orang tua mereka.
Awalnya Kinan menolak, di satu sisi Kinan masih ingin berkarir dan di satu sisi Kinan juga sudah mempunyai pacar. Reyhan tidak menolak perjodohan tersebut tapi dengan syarat, Kinan tidak boleh mencampuri urusannya dan Reyhan pun tidak akan ikut campur untuk apapun yang dilakukan Kinan. Termasuk hubungannya dengan Bian, kekasihnya.
Kinan sangat setuju. Ia akan tetap bisa hidup dengan dunianya sendiri meskipun sudah menikah.
Tapi lambat laun, ternyata Kinan menaruh perasaan suka terhadap Reyhan. Bagaimana tidak, Reyhan sama sekali tidak meninggalkan tanggung jawabnya.
Kinan yang ingin berkarir dulu, ternyata lebih menikmati fasilitas yang diberikan Reyhan dan menganggap pekerjaannya hanya hobby untuk mengisi waktu luang.
Kinan membuka restoran china, bisnisnya bisa terbilang sukses meski itu hanya untuk hobby.
Kehidupan Kinan sebenarnya juga tidak jauh berbeda dengan Reyhan, ia juga sering bergonta ganti pasangan. Hanya saja Kinan tidak mau menjalin hubungan dengan laki- laki yang menidurinya.
“Sepertinya aku memang harus memberi pelajaran pada gadis itu.”
“Aaaaggghhh” suaranya menggema memenuhi kamar lalu Kinan menjatuhkan tubuhnya ke kasur.
____
Matahari pagi sudah menghangatkan tubuh Tania yang masih terlelap. Dering alarm sudah terdengar nyaring.
Tania membuka mata, tapi Reyhan sudah tidak ada di sebelahnya. Lalu berguling- guling sambil meregangkan tubuhnya.
“Mas,” Tania melihat Reyhan datang sudah dengan setelan jas rapi dan membawa nampan berisi jus juga sandwich.
“Mandilah, setelah itu sarapan.” Reyhan meletakan makanan yang ia bawa ke atas meja di samping tempat tidur.
Tania mengedipkan mata sambil memberi ibu jari “Oke, sayang.”
Tania bangun langsung ke kamar mandi, membersihkan diri dengan cepat.
Reyhan masih di atas tampat tidur saat Tania keluar dari kamar mandi sibuk dengan ponselnya.
Ternyata banyak panggilan tidak terjawab dari Kinan, juga beberapa pesan.
[Mas, kenapa tidak, pulang!]
[Mas, angkat telfon ku]
[Mas, kamu sedang apa?]
[Mas, jawab]
[REYHAN]
“Cih, menganggu saja.” Reyhan memasukan ponsel kedalam sakunya.
“Mas, kenapa?” Tania berjalan mendekat sambil membungkus rambut basahnya dengan handuk.
Reyhan melebarkan tangan, memberi tanda untuk Tania agar mendekat ke pangkuannya.
Tania duduk di paha, melingkarkan tanganya di leher Reyhan.
“Kenapa?” Tanya Tania kembali karena tidak mendapat jawaban.
“Tidak apa-apa. Nia, apa yang akan kau lakukan hari ini,” bertanya sambil memainkan tangannya di paha Tania.
“Haha, Mas, geli.” Menahan tangan Reyhan untuk diam. “aku hanya akan kuliah, paling-paling nongkrong dikafe bintang.”
“Benarkah?” Menatap mata Tania. “Kau tidak akan selingkuh dariku, ‘kan!”
Tania mesipitkan matanya, lalu memegang kedua pipi Reyhan “enggak sayang. You’re one and only.”
“Baguslah.” Reyhan memalingkan wajah menutupi wajahnya yang bersemu merah, lalu berdiri, tidak tahan dengan ke gemasan Tania.
“Makan sarapanmu. Mas akan ke kantor.” berjalan ke pintu depan, di ikuti langkah Tania di belakangnya.
“Mas, tunggu.” Langkah Tania terhenti dan menabrak Reyhan yang berhenti dan berbalik dengan tiba-tiba.
Tania hampir jatuh, dengan sigap Reyhan menopang tubuh Tania dengan Tangan, mata mereka bertemu.
Degup jantung Reyhan sudah semakin kencang, se akan ingin meledak. Lalu buru-buru melepas Tania yang sudah berdiri.
“Aduh, Mas, gimana sih?” Masih mengomel, memegang kepalanya yang terbentur dada Reyhan.
“Ma- maaf. Mas, pergi dulu.” Tanpa menunggu jawaban Tania, Reyhan sudah berjalan keluar menuju lift.
Sampai di depan lift Reyhan membuka kancing Jas dan mengendorkan dasinya, untuk menghilangkan rasa gugup.
“Ck, apa-apaan aku tadi. Bisa-bisanya aku gugup seperti itu” terus merutuki kegilaanya.
“Tapi sepertinya dia tidak sadar ‘kan?” Merasa lega, karena jika di lihat dari responnya, Tania tidak sadar jika Reyhan sedang tersipu.
Saat sedang menunggu lift, datang pemuda kemarin malam.
“Om, eh kak, Mas.” Gugup pemuda itu menyapa Reyhan yang menatap tajam ke arahnya.
Reyhan kembali menatap lurus kedepan setelah membuang nafas. Kesal.
Tapi setelah berfikir, Reyhan tidak pernah melihat pemudi ini sebelumnya. Apa jangan-jangan dia penghuni baru.
“Berapa lama kau sudah tinggal disini?”
“Eh, siapa, Om. Saya?” Pemuda itu menunjuk dirinya.
“Memangnya ada siapa lagi disini selain kamu!” Makin kesal Reyhan menjawab.
“Eh, iya, hehe. Saya baru satu minggu pindah kesini.” Menjawab agak canggung “saya tinggal di kamar nomor 067.”
“Saya hanya tanya sejak kapan kamu tinggal disini. Bukan tanya kamarmu.” Ketus Reyhan, bisa-bisa memeri alamat pada orang yang baru di temui. Pikirnya.
“Eh, ia. Maaf.” Merutuki kebodohannya.
“Om tinggal disini?” memberanikan diri bertanya.
“Hemmm”
“Apa, gadis itu pacar, Om?”
Reyhan menatap tidak suka pada pemuda itu karena pertanyaannya.
“Eh, maaf.”
Dih, galak banget. Batin pemuda itu.
Ting.
Lift datang. Mereka masuk, tidak ada pembahasan apapun di dalam lift, sampai pemuda itu turun di lantai satu, menunduk sopan saat akan keluar lift dan Reyhan terus turun ke basemant.
Di basemant, Reyhan sudah di sambut oleh supir yang sudah ada di samping mobilnya.
Membuka pintu agar tuannya masuk.
“Silahkan tuan.” Ucap sopir sopan.
Reyhan masuk kedalam mobil, segera mengambil laptop yang sudah ada di kursi di sampingnya. Melihat laporan dan memeriksa dokumen penting.
Tiba-tiba di kepalanya berputar gambar-gambar dari ingatannya.
“067” mengingat “bukankah itu kamar yang di sebrang kamar Tania.” Marah mengingat ternyata pemuda itu tinggal di sebrang kamar kekasihnya.
BERSAMBUNG