"Kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku tak memakai baju?"
Alicia Putri Pramudya begitu kaget ketika mengetahui dirinya dalam keadaan polos, di sampingnya ada pria yang sangat dia kenal, Hafis. Pria yang pernah menyatakan cinta kepada dirinya tetapi dia tolak.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Alicia Putri Pramudya?
Yuk pantengin kisahnya, jangan lupa kasih ulasan bagus dan kasih bintang 5 untuk yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Pertama
Alicia Putri Pramudya kini sedang tersenyum-senyum sambil merapikan barang-barangnya ke dalam koper, dia akan pulang ke tanah air setelah menimba ilmu selama 3 tahun lamanya.
Alicia merasa begitu bahagia karena dia mampu menyelesaikan kuliahnya dalam waktu yang cepat, sehingga dia bisa pulang dengan cepat ke tanah air.
Dia sengaja tidak memberitahukan kepulangannya, karena dia ingin memberikan kejutan kepada orang tuanya.
"Sudah siap, tinggal ke bandara terus pulang. Oh ya ampun, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan orang tuaku. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan keenam adikku," ujar Alicia.
Alicia meminta pengawal yang ditugaskan untuk menjaganya membawakan koper miliknya, lalu mereka pergi ke bandara dengan menggunakan taksi.
Selama perjalanan menuju tanah air, Cia selalu saja tersenyum dengan begitu riang. Dia selalu saja membayangkan pertemuannya dengan orang tuanya dan juga adik-adiknya.
Selama hampir dua puluh jam dia berada di pesawat, dia selalu saja mengirimkan pesan chat kepada orang tuanya. Hanya sekedar bertanya apakah mereka rindu kepada Cia atau tidak.
Tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cia dengan riang keluar dari Bandara. Dari arah berlawanan ada seorang pria memakai seragam SMA yang berlari dengan cepat.
Tanpa sengaja pria muda itu menabrak Cia, Cia sampai hampir jatuh kalau saja pria muda itu tak sigap memeluk pinggang Cia.
"Maaf, Kak. Aku tak sengaja," ujar pria muda itu tanpa melepaskan pelukannya.
Cia merasa bersyukur karena dia tidak jatuh tersungkur, tetapi dia juga merasa tidak nyaman mendapatkan pelukan dari pria yang tidak dikenal. Terlebih lagi pria itu terlihat masih sangat muda.
"Tak apa, lain kali hati-hati. Cepat lepaskan aku," ujar Cia.
Pria muda itu tersenyum ke arah Cia, dia begitu enggan untuk melepaskan pelukannya. Namun, dia juga tidak mau mendapatkan makian dari Cia.
"Iya, Kak."
Pria muda itu melepaskan pelukannya sambil membantu Cia berdiri, lalu Cia kembali melangkahkan kakinya menuju pintu Bandara.
"Tunggu sebentar, Kak."
Cia menghentikan langkahnya, kemudian Dia menolehkan wajahnya ke arah pria muda itu. Dia menatap pria muda itu dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Ada apa lagi?"
Cia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan keluarganya, tetapi dia merasa kalau pria muda itu malah menghalangi jalannya untuk pulang.
"Kak Cia udah selesai kuliahnya?"
Cia sempat diam mendengar pertanyaan dari pria itu, dia merasa heran karena pria itu mengetahui namanya. Nama panggilannya di dalam keluarga, karena kalau di luar semua orang selalu memanggil dirinya dengan sebutan Alicia.
"Eh? Kok kamu kenal aku?"
Bukanya menjawab pertanyaan dari Alicia, pria muda itu malah tersenyum sambil memandang wajah wanita itu dengan lekat.
"Kakak makin cantik aja, aku, Anjar. Semoga Kakak jadi jodoh aku nantinya."
Pria muda itu dengan cepat mencium punggung tangan Cia, Cia yang kaget dengan cepat menghentakkan tangannya. Kesal juga rasanya karena pria muda itu dirasa sangat berani.
Selama ini dia begitu serius dalam menimba ilmu, tak pernah sekalipun dia berjalan dengan seorang pria. Dia bahkan di luar negeri tidak pernah bergaul dengan pria manapun.
Di pikirannya hanya ada belajar dan juga belajar, setelah lulus dia akan berusaha untuk membangun usahanya sendiri agar bisa membuat keluarganya bangga terhadap dirinya.
Namun, di saat bertemu dengan pria muda itu, dengan beraninya pria muda itu mengecup punggung tangannya. Sungguh dia merasa kalau pria muda itu sangatlah kurang ajar.
"Eh? Mana ada kaya gitu, kamu tuh masih kecil. Jangan ngomongin masalah jodoh, masih pakai seragam SMA ngurusin masalah jodoh."
Cia menggelengkan kepalanya setelah mengatakan hal itu, bisa-bisanya anak yang masih berseragam SMA memikirkan masalah jodoh.
"Aih! Aku udah lulus SMA, ini aku abis ospek. Makanya pake baju SMA," ujar Anjar.
Anjar saat ini sudah berusia delapan belas tahun, dia merasa kalau dirinya itu sudah mulai dewasa. Anjar bukanlah anak kecil lagi, karena sekarang bahkan dia sudah mulai merintis usahanya sendiri.
"Sama aja masih kecil, baru masuk kuliah, kan?"
Kalau misalkan pria yang ada di hadapannya sudah bekerja, sudah punya gaji dalam tiap bulannya walaupun tidak besar-besar amat, bolehlah pria itu memikirkan masalah jodoh, pikir Cia.
"Iya, tapi aku udah gede, Kak. Jangan lupa tunggu aku lulus kuliah, nanti kita nikah."
Pria itu nampak begitu serius mengajak Cia untuk menikah, tetapi Cia merasa kalau apa yang dikatakan oleh pria itu sangatlah kurang ajar.
"Astagfirullah! Anak kecil bisa banget ngomong gitu, mending kamu kuliah aja yang bener. Abis itu kerja, cari duit yang banyak. Baru nikah," ujar Cia kesal.
Cia sampai menghela napas berat menghadapi pria itu, bisa stress rasanya kalau terus-terusan berbicara dengan pria muda tersebut.
"Iya, iya. Tapi nanti kalau aku udah punya perusahaan sendiri, Kakak nikah ya sama aku?"
"Ogah!" ujar Cia kesal.
Cia yang tidak mau berbicara lagi dengan pria itu langsung pergi dari sana, sedangkan Anjar malah tersenyum-senyum sambil menatap kepergian Cia.
"Ya ampun, dia cantik sekali. Gak salah aku cinta dia dari SD," ujar Anjar yang dengan cepat mencari keberadaan kakeknya.
yg penting bisa lepas dari lelaki jahat itu ..dan bongkar kejahatan dia.. Nanti suatu saat harta yg di rampas enggak selama nya milik dia..