Ling Yuan melihat bagaimana keluarganya dibantai di depan matanya sendiri. Hidupnya yang dipenuhi dendam dan kebencian membuat dirinya bertekad untuk membalaskan kematian keluarganya.
Mendapatkan kekuatan dari sebuah artefak yang mampu membuatnya menjadi lebih kuat dengan sistem kultivasi, Ling Yuan akhirnya menjadi kultivator yang disegani di dunia persilatan.
Namun belum lama ia membantai banyak organisasi kriminal dengan kekuatan barunya, dirinya sudah dijebak oleh mereka dengan cara mengepungnya.
Ling Yuan terbunuh di sana namun ternyata itu bukanlah akhir dari kisahnya.
Ling Yuan terlahir kembali tepat sebelum keluarganya terbunuh. Menyadari ada kesempatan untuk mengubah takdirnya, Ling Yuan berusaha menjadi lebih kuat dan melindungi keluarganya di kehidupan keduanya ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myuran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 14 — Kepergian Lian Hua
Ling Yuan kembali ke rumahnya setelah melakukan sejumlah latihan bersama Lian Hua, ia kemudian menemukan tempat tinggalnya tersebut sudah dipenuhi oleh pelayan serta beberapa tabib.
Dahi Ling Yuan mengerut, ia buru-buru masuk ke rumahnya dan mendapati ibunya tengah berbaring di tempat tidur dengan wajah yang pucat dan terlihat lesu.
Ling Fei juga ada di sana, duduk disamping istrinya yang berbaring dengan ekspresi khawatir.
Seorang tabib tengah memeriksa kondisi Han Xinyue. Jantung Ling Yuan berdetak cepat, mendadak firasatnya jadi memburuk menyaksikan hal ini.
Sebelum Ling Yuan menghampiri ibunya, tabib itu baru selesai memeriksa Han Xinyue. Tidak ada wajah sedih dari tabib tersebut, sebaliknya ia tersenyum dengan lebarnya.
"Selamat Tuan Fei, istri anda tengah hamil..."
Ling Fei terdiam sejenak, mencoba mencerna perkataan tabib tersebut selama beberapa detik.
"Hamil? I-istriku sedang hamil?!" Ling Fei berkata dengan terbata-bata.
Tabib itu mengangguk, tersenyum hangat.
Ekspresi khawatir Ling Fei dengan cepat berubah seratus delapan puluh derajat, wajahnya kini dipenuhi dengan kebahagiaan.
Ling Fei mencium pipi istrinya sebelum berbisik di dekat telinganya. "Kau dengar istriku, kau sedang mengandung anak kita?!"
Han Xinyue mengangguk dengan lemah, kondisinya memang belum membaik karena beberapa jam lalu ia terus muntah-muntah tanpa henti, "Aku mendengarnya suamiku, akhirnya aku hamil juga."
Kebahagiaan terpancar dari sepasang suami-isteri tersebut yang kemudian merambat ke orang-orang disekitarnya. Para pelayan maupun tabib juga ikut bahagia mendengar berita ini.
Butuh beberapa saat hingga akhirnya Ling Fei dan Han Xinyue menyadari keberadaan Ling Yuan yang berdiri bersama para pelayan.
"Yuan'er, ternyata kau juga disini, apa kau mendengarnya barusan, ibumu sedang mengandung adikmu sekarang..." Ucap Ling Fei dengan antusias.
Ucapan ayahnya membuat Ling Yuan
tersadar dari lamunannya, ketika mendengar ibunya hamil bocah itu sempat mematung karena terkejut.
Yang dipikirkan Ling Yuan saat mengetahui berita ini yaitu sebuah perubahan takdir yang sedang terjadi. Dikehidupan pertamanya, Ling Yuan tidak pernah mempunyai seorang adik sampai Keluarga Ling binasa.
Hal ini menunjukkan takdir telah melenceng dari arah yang semestinya, Ling Yuan bingung apakah ia harus bahagia atau tidak dengan kelahiran adiknya tersebut.
"Yuan'er?" Ayahnya kebingungan ketika tidak ada jejak kebahagiaan dari ekspresi anaknya. "Apa kau tidak senang ibumu hamil?"
"B-bukan ayah, aku hanya berpikir apakah adikku nanti wanita atau lelaki, aku hanya memikirkan hal tersebut." Bohong Ling Yuan.
Ling Fei dan Han Xinyue saling pandang sejenak sebelum keduanya tertawa kecil.
Ling Yuan mendadak terkejut setelah melihat wajah kebahagiaan yang terlukis dari orang tuanya. Ling Yuan sadar ia terlalu khawatir dengan perubahan takdir sampai abai untuk melihat ayah dan ibunya yang sedang bahagia atas kehamilan anak keduanya.
'Tidak peduli sejauh apa takdir berubah, aku akan tetap melindungi orang-orang terdekatku...' Tidak ada lagi wajah kekhawatiran pada Ling Yuan terhadap masa depan, sebaliknya ia tersenyum, sorot matanya dipenuhi tekad dan keberanian.
***
Kehamilan Han Xinyue dengan cepat tersebar ke seluruh kediaman Keluarga Ling, Tianba bahkan sempat merayakan kehamilan itu dengan sebuah pesta yang mengundang seluruh warga.
Lian Hua mengucapkan selamat pada Han Xinyue atas kehamilan keduanya, kabar ini jelas membuat gadis itu juga turut senang.
Lian Hua sebenarnya ingin melihat Han Xinyue sampai melahirkan anak keduanya namun kontrak kerjanya menjadi guru Ling Yuan telah berakhir beberapa minggu setelahnya.
Meski Han Xinyue, Ling Fei, atau Tianba tidak mempermasalahkan Lian Hua untuk tinggal lebih lama di kediamannya namun gadis itu menolak karena merasa tidak enak hati tinggal bersama mereka terus.
Lagi pula Lian Hua harus melanjutkan perjalanannya sesudah berdiam diri di Kota Verhia selama tiga tahun, dalam artian lain gadis itu akan meninggalkan kediaman Keluarga Ling.
"Terimakasih telah mengajari Yuan'er, Hua'er, Bibi sangat berhutang budi padamu..." Han Xinyue memeluk Lian Hua ketika ia hendak berpamitan.
"Akulah yang seharusnya berterimakasih Bibi, dan maaf telah merepotkan Bibi dan yang lain saat aku tinggal disini."
Selama ini Lian Hua sudah dianggap bagian dari Keluarga Ling, dan hal yang sama juga dirasakan oleh gadis itu ketika dirinya berada disini.
Lian Hua yang sejak kecil tidak mengenal orang tuanya atau kasih sayang dari mereka, kini ia bisa merasakan yang namanya arti hubungan keluarga. Bisa dikatakan, Lian Hua sudah menganggap Han Xinyue sebagai sosok ibunya.
Lian Hua kemudian berpamitan pada Ling Fei, "Maaf jika beladiri yang aku ajarkan pada Yuan'er masih belum sempurna, Paman. Aku juga masih perlu banyak belajar..."
"Apa yang kau katakan, menurutku kau adalah Guru terbaik Yuan'er. Bukankah begitu sayang?" Ling Fei mengelus kepala Ling Yuan yang berdiri disampingnya, bocah itu mengangguk sebagai respon dari pertanyaan ayahnya.
Lian Hua tersenyum, merasa tersanjung dengan pujian Ling Fei, sesudahnya ia berpamitan pada Ling Yuan.
"Terimakasih telah mengajarkan banyak hal padaku Guru, sampai kapanpun aku tidak akan melupakan jasa Guru Lian..." Ling Yuan membungkukkan badannya sembari memberi hormat pada gadis itu.
Lian Hua mencubit pipi Ling Yuan yang terasa menggemaskan, membuat bocah tersebut mengaduh kesakitan.
"Kenapa Guru mencubitku?" Ling Yuan menggosok pipinya yang kini mulai memerah.
"Tidak ada, aku hanya sedang berpikir mungkin tidak akan bisa mencubit pipimu lagi setelah ini." Lian Hua tersenyum lebar.
Lian Hua akui kemungkinan besar dirinya akan merindukan bocah itu setelah pergi dari sini. Lian Hua juga tidak yakin apakah ia bisa bertemu lagi dengan Ling Yuan atau yang lain.
Seolah bisa membaca pikiran gadis itu, Ling Yuan kemudian berkata, "Aku yakin di masa depan kita bisa bertemu lagi guru."
Lian Hua terkejut sesaat karena Ling Yuan berhasil membaca pikirannya dengan tepat.
"Kau benar, masa depan masih panjang, selalu ada kemungkinan kita bisa bertemu kembali." Lian Hua mengangguk pelan lalu mengelus rambut Ling Yuan.
Terakhir berpamitan adalah Tianba, Kepala Keluarga Ling yang menjabat saat ini. Selain berterimakasih, Lian Hua juga meminta maaf jika kinerjanya sebagai guru Ling Yuan tidak secara maksimal.
Meski mengajarkan banyak hal, tidak semua teknik pedang Lian Hua diturunkan pada Ling Yuan. Salah satunya adalah Teknik Pedang Air yang merupakan jurus andalan gadis itu.
Pada dasarnya Lian Hua hanya menurunkan teknik dasar atau teknik yang paling umum dipelajari oleh seorang kultivator.
Setiap teknik beladiri memiliki hak ciptanya jadi tidak sembarang jurus bisa dipelajari oleh siapapun. Andai ada yang melanggarnya maka kultivator itu akan dianggap sebagai pencuri dan bisa kena hukuman yang tidak ringan.
"Kau sudah mengatakan maaf dua kali, jika sekali lagi meminta maaf kau akan dapat piring lagi..." Tianba mencoba bergurau, membuat Lian Hua langsung tersenyum.
Selain mendapatkan banyak uang dari gajih mengajari Ling Yuan, Tianba juga menghadiahkan seekor kuda perkasa pada Lian Hua untuk memudahkannya melanjutkan perjalanan.
Lian Hua berterimakasih sebanyak-banyaknya, sebelum ia pergi, gadis itu sempat memberikan hadiah juga pada Ling Yuan berupa sebuah pedang.
.