Simpanan Tuan Reyhan

Simpanan Tuan Reyhan

Merusak Diri sendiri

Suara decitan ranjang terdengar sangat kuat, lampu meja di sebelahnya pun ikut bergerak-gerak. Dua suara nafas saling memburu, mencari titik tertinggi yang memabukan.

"Om, sekarang!" Tania meremas kuat ujung seprai.

Suara erangan, kenikmatan keluar dari dua mahluk yang sedang dimabuk cinta.

"Om ...." Tania memberi kode agar orang yang sedang terlena di atasnya ini segera bergeser.

Laki-laki yang di panggil Om itu menjatuhkan tubuhnya di samping Tania. Tania bernafas lega, karena tubuh besar Omnya membuat Tania kesulitan bernafas.

Tania memiringkan tubuhnya menghadap laki-laki itu, "Om, seneng?" Sambil memaikan jarinya di dada bidang milik Om.

"Seneng!" jawab laki-laki itu dengan mata terpejam. Seperti biasa, laki-laki itu tetap menjawab singkat dan dingin.

Tania tersenyum, "Tania juga seneng, Om."

"Hemm."

Hiii, amit-amit. Kok bisa sih aku dapet Om-Om cuek gini, untung ganteng. Batin Tania. Kesal.

"Ck, Om nggak asik, ah. Tania mau mandi terus kuliah aja, nggak enak disini sama, Om," Tania hendak beranjak dari ranjang, lalu tangannya di tarik oleh laki-laki itu.

"Nggak usah kuliah hari ini."

"Kenapa?" tanya Tania.

"Temani, saya."

"Ck, baiklah, tapi nanti kita jalan-jalan, ya, Om."

Hening tak ada jawaban.

"Om!" sentak Tania.

"Yasudah kalau nggak mau nemeni saya, pergi sana." melepaskan tangan Tania. Kembali berbaring, kedua tangan sebagai bantalan. Dan selimut yang menutupi separuh tubuhnya. Tampan sekali.

"Yaudah," jawab Tania santai. Padahal sedang menahan hasrat, melihat perut kotak putih bersih itu.

"Cih, jangan minta uang jajan padaku bulan ini," laki-laki itu mengancam.

Dengan secepat kilat Tania berbalik dan menjatuhkan tubuhnya di samping laki-laki itu.

"Hehe, baiklah, aku akan menemani Om hari ini. Biar Om makin senang. I love u Om jutek"

Ucapan gadis polos itu mampu membuat garis senyum di bibirnya.

Tania sudah dua setengah tahun ini menjadi 'sugar baby' nya Om jutek, sapaan yang sering di ucapkan Tania. Laki-laki itu sendiri bernama Reyhan, seorang pengusaha sukses yang sudah berIstri, namun hingga kini belum juga di karuniai sang buah hati ditahun kedelapan pernikahannya.

Istriya sendiri seorang wanita karir yang sibuk dengan dunianya hingga jarang sekali memperhatikan suaminya. Pernikahan mereka sendiri terjadi bukan semata-mata kerena cinta, nelainkan karena perjodohan orang tua mereka, yang merupakan rekan bisnis.

Tania tahu segalanya tentang Om juteknya Itu, meskipun laki-laku itu dingin, tapi Ia selalu berbicara apapun mengenai kehidupannya pada Tania. Dan Tania akan selalu menjadi pendengar yang baik bagi Om nya. Ya, meskipun terkadang Tania merasa bosan, dari pada Ia tak dapat uang jajan bulanan lebih baik dengarkan saja.

Tania sendiri terikat dengan Reyhan sejak kelas tiga SMA, sampai kini Tania sudah menjadi mahasiswi di universitas ternama.

Awalnya Tania dikenalkan pada Reyhan, oleh temannya yang seorang Babysugar. Hal itu terjadi lantaran Tania bercerita mengenai keinginannya untuk berkuliah namun melihat orang tuannya yang tak akan mampu untuk membiayai, Tania akhirnya mengurungkan niat tersebut.

Singkat cerita temannya yang bernama Sarah menawarkan pekerjaan pada Tania, awalnya Tania Ragu tapi menimbang keinginannya untuk ke kota dan berkuliah di tambah lagi hasutan-hasutan kemewahan membuat Tania yakin, ingin menjadi baby sugar.

"Kerjanya gampang, Tan. Elu cuman harus ada pas Om Reyhan nyuru dateng. Udah gitu aja. Dan Elu bisa kuliah, di tambah Elu bisa beli rumah dan mobil, kaya Gua." ucap Sarah meyakinkan, waktu itu.

Setelah Tania setuju, Sarah langsung memberikan kontak Tania pada Reyhan, dan hari itu juga Tania di hubungi Reyhan, begitupun sebaliknya.

Sebuah pesan masuk di aplikasi hijau Tania

[Temui aku di hotel XX jam 18:00] atas nama Om Reyhan.

Apaan sih ini orang, nggak ada basa-basinya dikit. To the poin banget. Grutu Tania.

[Iya, Om.] Balas Tania, dan tak ada balasan apapun sampai Tania pergi ke hotel.

Jam lima sore Tania sudah pergi kehotel, karena jarak antara rumahnya dengan hotel agak jauh, belum lagi macet dijalan.

Tania pergi mengunakan ojek online, di sepanjang jalan, dada Tania bergemuruh, membayangkan seperti apa Om-Om yang akan bersamanya.

"Gimana kalau jelek, gendut, item boncel lagi." Tania bergidik sendiri membayangkan yang tidak-tidak.

"Terus, kalau gendut akunya gimana dong. Mana ini yang pertama lagi."

"Entar kalo aku mati ketindihan gimana."

"Aaaaaaa, apa aku batalin aja ya."

"Sudah sampai, Neng!" ucap Bapak ojol.

"Oh, udah nyampek ya, Pak." Tania turun dan memberikan helmnya.

"Ini, Pak," meyerahkan selembar uang biru.

"Kembaliannya, Neng."

"Buat, Bapak aja. Doain saya sukses ya, Pak."

"Wah, makasih, Neng. Iya, semoga sukses."

Sekilas Tania menagkap wajah si Bapak Ojol dengan pandangan yang seakan tahu apa yang akan Tania lakukan. Ya, apa lagi memangnya yang akan di lakukan orang ke hotel jika bukan untuk melakukan itu.

[Aku sudah di depan hotel XX, Om] terkirim.

"Yah, kok terkirin sih, duh gimana ini. Jangan di bales, Om, jangan." Guman Tania. Panik.

Tling ...

Tanda pesan masuk. Gemetar-gemetar Tania membuka pesannya.

[Temui resepsionis. Minta antarkan ke kamar 105.] Isi pesan tersebut.

Berulang kali Tania menarik nafas, menstabilkan dirinya yang sedang gemeteran. Kemudian Tania berjalan mencari meja resepsionis tersebut dan menemukannya.

"Permisi, Mbak. Bisa antar saya ke kanar 105?" Tania bertanya sopan.

"Bisa, Mbak. Mari saya antar," jawab mbak-mbak Resepsionis.

"Maaf, Mbak. Merepotkan." Hanya di balas senyuman.

Tania berjalan persis di belakang orang yang menuntun jalannya menuju kubangan dosa dan neraka. Bukannya merasa panik, Tania justru terpesona dengan mewahnya hiasan dinding di sepanjang perjalanan mereka menuju lembah neraka.

"Menuju neraka kok seindah ini, ya," guman Tania.

Mereka menuju lantai tiga menaiki lift, yang sangat mewah. Tak pernah Tania meliha lift seindah ini. Biasanya dia hanya di besi petak sesak yang berada di mall-mall. Tapi ini, bahkan lebih besar dari kamar tidurnya.

Setelah keluar dari Lift, mereka berdua berjalan lurus.

"Ini kamarnya, Mbak. Silahkan."

"Ma-makasih, Mbak."

Mbak-mbak itu sudah pergi, tinggal aku disini. Habislah aku. Batin Tania yang kini sudah berdiri persis di depan pintu kamar.

Tangannya sudah ingin mengetuk, namun urung di lakukan. Berulang kali Tania menelan Salivanya yang kering. Berdiri seperti orang bodoh, tak kunjung memencet bel atau mengetuk pintu.

"Apa aku pulang aja, ya. Eh, eh kok kebuka pintunya."

Tania kaget melihat pintu yang tiba-tiba saja terbuka.

"Masuk," suara mengebas, membuat Tania tersentak kaget.

Sedikit-sedikit Tania mengedarkan pandangannya pada sosok di hadapannya. Dan beringsut mundur.

"Yatuhan, tuhkan jelek, item, gendut. Aaahh, aku mau kabur saja." Tania memaki dalan hati.

"Masuk!" Suara itu kembali memanggil lagi, "Tuan sudah menunggumu."

Eh, Tuan? Jadi Omnya bukan dia, syukurlah. Tania bernafas lega.

Perlahan Tania masuk kedalam kamar, baru sampai di ruang pertama saja Tania sudah membuatnya bedecak kagum, sehingga menghilangkan sedikit rasa takutnya. Hingga sampailah Tania diruangan, diamana ada seseorang yang tengah duduk membelakanginya.

"O-Om Reyhan?" Panggil Tania pelan.

Laki-laki itu berdiri lalu membalikan badannya, menhadap Tania.

"Yatuhan, apa ini manusia? Apa dia malaikat? Tampan sekali. Apa pantas jika ku panggil Om. Apa boleh aku panggil sayang aja," guman-guman Tania dalam hati.

"Cepat bersihkan tubuhmu, aku tak punya banyak waktu." perintah laki-laki tersebut.

Tania langsung tersentak dengan pesonannya, "ah, apa? Mandi, ba- baiklah. Dimana kamar mandinya?"

Sebelum kesini tadikan aku sudah mandi, memangnya aku kotor sekali, ya?. Grutu Tania.

Reyhan hanya menunjuk dimana letak kamar mandinya dan Tania langsung kesana.

Tania masuk kedalam kamar mandi, lalu menguncinya. Berdiri, memandang pantulan dirinya di dalam cermin. Sedang apa dia sebenarnya, apa harus sampai sejauh ini karena ingin kuliah dan hidup enak. Apa tak ada cara lain.

Sambil terus berfikir Tania tanpa sadar sudah melucuti pakaiannya, dan hanya tinggal pakaian dalamnya saja.

"Aaaahhhh," Tania berteriak kencang. Berusaha menutupi tubuh polosnya dari pandangan Reyhan.

"Hey, tutup mulutmu."

"Ta-tapi gimana Om bisa masuk. Ta-tadi kan udah aku kunci."

Tidak menjawab, laki-laki itu melewati tubuh Tania yang gemetar dan masuk kedalam bathub tanpa sehelai benangpun. Membuat Tania makin merinding dan gemetar.

Dasar gila, bagaimana dia bisa sesantai itu jalan tanpa sehelai benangpun di hadapanku. Batin Tania.

"Tunggu apa? Cepat mandi disana," Reyhan menunjuk ruangan full kaca yang ada showernya untuk Tania mandi yang tepat di hadapannya.

Sudah gila kali, ya. Bagaimana bisa aku mandi sedangkan dia menghadap kesana. Grutu Tania.

"Jangan buat aku mengulangi kata-kataku."

"Ba-baik. Gelagapan Tania dan langsung berjalan cepat masuk kedalam ruangan itu.

Dan tara .... ajaib sekali, setelah pintu trrtutup dan di kunci dari dalam. Kaca yang semulannya tembus pandang kini menjadi buram tak terlihat. Hati Tania tenang sekarang.

Tania mulai menghidupkan Shower, menuangkan sabun cair kespons dan meremasnya, membuat banyak buih, Tania kegirangan.

Tania mengusapkannya secara perlahan merasakan lembutnya buih yang di hasilkan sabun, sangat berbeda dengan sabun dirumanya. Dan harumnya, ahh... wangi sekali.

Tania sedang duduk di pingir ranjang, menunggu Reyhan yang masih di kamar mandi. Pintu kamar mandi terbuka, Tania memandang kesana.

Reyhan keluar masih mengunakan handuk baju yang sama dengan Tania. Dan mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah.

"Yatuhan ... tampan sekali," Tania memandang penuh kagum pada Reyhan.

"Tubuhnya, aaahh ... aku ingin mencubit dan mengigitnya."

Reyhan berjalan mendekat ke Tania, gadis itu tersipu dan takut.

Reyhan membaringkan tubuhnya, "cepat kemari, jangan buang-buang waktuku."

Seperti terpaku, Tania tak kunjung bankit dari duduknya.

"Tania ...!" Sebuah panggilan yang pelan namun tegas, membuat Tania refleks bangkit dan kini persis di samping Reyhan.

"Om, a-aku takut...."

Bruk.

Belum sempat Tania menyelesaikan ucapannya, Reyhan sudah menjatuhkan tubuh Tania, dan kini gadis itu sudah di bawah Reyhan yang duduk bertumpu lutut di atas Tania. Tania gemetar, takut

"Om! Pelan-pelan, aku takut."

"Hem."

Apa itu, apa maksudnya hem. Tania panik.

Perlahan Reyhan membuka ikatan talu di baju Tania, membuat gadis itu mengeliat, geli dan takut. Ini kali pertamanya tubuh polosnya di lihat lak

"Om. Pelan-pelan," kembali Tania mengigatkan Reyhan yang tampak tak sabar.

Reyhan membuka baju Tania, lalu melemparnya kesembarang tempat. Begitupun dengan pakaiannya.

Tania, menutup wajahnya yang memanas serta air mata yang keluar dari matanya.

Hari ini aku merusak diriku sendiri. Batin Tania menangis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!