Sinopsis "Alien Dari Langit"
Zack adalah makhluk luar angkasa yang telah hidup selama ratusan tahun. Ia telah berkali-kali mengganti identitasnya untuk beradaptasi dengan dunia manusia. Kini, ia menjalani kehidupan sebagai seorang dokter muda berbakat berusia 28 tahun di sebuah rumah sakit ternama.
Namun, kehidupannya yang tenang berubah ketika ia bertemu dengan seorang pasien—seorang gadis kelas 3 SMA yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Gadis itu, yang awalnya hanya pasien biasa, mulai tertarik pada Zack. Dengan caranya sendiri, ia berusaha mendekati dokter misterius itu, tanpa mengetahui rahasia besar yang tersembunyi di balik sosok pria tampan tersebut.
Sementara itu, Zack mulai merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—ketertarikan yang berbeda terhadap manusia. Di antara batas identitasnya sebagai makhluk luar angkasa dan kehidupan fana di bumi, Zack dihadapkan pada pilihan sulit: tetap menjalani perannya sebagai manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Perasaan yang Begitu Dalam
Elly sudah tidak tahan lagi.
"AKU PERGI DULU!"
Tanpa berpikir panjang, dia langsung berbalik dan lari secepat mungkin, meninggalkan Zack dan Rina yang masih berdiri di tempat. Pikirannya sudah kacau, jantungnya berdegup begitu cepat, dan wajahnya pasti sudah merah padam.
Kenapa Zack harus bicara seperti itu?! Kenapa Rina malah mendukungnya?!
"Aku tidak kuat… ini terlalu memalukan…" gumamnya sambil terus berlari menuju tempat aman—yang sayangnya, tidak ada.
Sementara itu, Rina dan Zack hanya saling menatap setelah melihat Elly menghilang di kejauhan.
Rina menyilangkan tangan dan menatap Zack penuh arti. "Jadi?"
Zack mengangkat alis. "Jadi apa?"
Rina mendengus. "Kau tahu maksudku. Itu tadi bercanda, atau…?"
Zack terdiam sejenak. Tatapannya yang biasanya penuh candaan kini terlihat lebih serius. "Aku tidak bercanda."
Rina menatapnya dengan penuh ketertarikan. "Maksudmu?"
Zack menarik napas pelan sebelum akhirnya mengakui, "Aku menyukai Elly."
Rina mengerjap, lalu tersenyum tipis. "Sejak kapan?"
Zack menatap ke arah Elly menghilang tadi, lalu mengangkat bahu. "Aku juga tidak tahu pasti. Mungkin sejak aku kembali ke sini… mungkin sejak dulu… atau mungkin sejak aku melihat betapa menariknya dia saat panik."
Rina tertawa kecil. "Jadi kau suka melihat Elly panik?"
Zack menyeringai. "Bukan paniknya yang kusukai, tapi ekspresinya yang jujur. Dia tidak bisa menyembunyikan apa pun. Dan itu menyenangkan."
Rina mengangguk pelan. "Jadi kau serius?"
Zack menatapnya dan mengangguk tegas. "Iya. Aku serius."
Rina tersenyum puas, lalu menepuk bahu Zack. "Kalau begitu, jaga Elly baik-baik. Dan jangan sakiti dia."
Zack tersenyum tipis. "Aku tidak akan melakukannya."
Rina masih tersenyum, lalu menatap ke arah di mana Elly menghilang.
"Sayangnya, dia tidak mendengar ini," gumamnya pelan.
Zack mengangkat bahu santai. "Lebih baik begitu. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya nanti saat dia sadar."
Rina tertawa. "Kau benar-benar senang menggoda dia, ya?"
Zack hanya menyeringai tanpa berkata apa-apa.
Sementara itu, Elly masih sibuk bersembunyi di balik tembok sekolah, mengatur napasnya yang masih berantakan.
"Kenapa hidupku begini…?!" keluhnya putus asa.
Dia tidak tahu bahwa saat ini, seseorang baru saja mengakui perasaannya di belakangnya.
---
Operasi Menghindari Zack
Elly masih bersembunyi di balik tembok sekolah, mencoba menenangkan diri. Namun, semakin dia mencoba melupakan kejadian tadi, semakin jelas wajah Zack muncul di pikirannya dengan segala ucapannya yang bikin malu.
“Aku harus menjauh dari Zack… iya, itu solusi terbaik!” gumamnya sendiri.
Sayangnya, rencananya hancur dalam waktu kurang dari lima menit.
“Elly!”
Suara Rina.
Elly buru-buru mencari jalan kabur, tapi terlambat—sahabatnya sudah menemukannya.
"Aduh, Rina! Aku masih butuh waktu untuk mengembalikan kewarasanku!" keluhnya.
Tapi Rina malah tersenyum penuh arti, ekspresi yang langsung membuat Elly curiga.
"Apa yang kau sembunyikan?" tanya Elly, menyipitkan mata.
"Eh, tidak ada~" Rina bersiul pura-pura tidak tahu apa-apa.
Elly makin curiga, tapi sebelum dia bisa mendesak lebih jauh, suara lain terdengar.
"Elly, kau nggak capek lari terus dariku?"
Elly langsung membeku.
Itu suara Zack.
Dia dengan refleks berbalik, dan benar saja—Zack sedang berjalan santai ke arahnya dengan ekspresi santai tapi jelas penuh niat menggoda.
"Zack?! Kenapa kau di sini?!" serunya panik.
Zack mengangkat bahu. "Karena aku tahu kau pasti kabur dan bersembunyi. Dan seperti biasa, aku benar."
Elly makin panik. "Aku tidak bersembunyi! Aku cuma… menikmati udara segar!"
Zack mengangguk dengan ekspresi tidak percaya. "Oh, jadi menikmati udara segar di balik tembok sekolah?"
Elly terkesiap. "I—itu strategi!"
"Strategi kabur?" Zack menyeringai.
Rina tertawa di belakang mereka. "Oh, ini hiburan terbaik hari ini!"
Elly mendelik ke arah Rina. "Jangan menonton seperti ini acara komedi!"
Zack, masih dengan ekspresi santainya, menyandarkan bahu ke tembok. "Jadi, soal makan malam itu… aku pikir, mungkin kita harus mengulanginya lagi minggu depan."
Elly hampir tersedak udara lagi. "KAU GILA?!"
Zack berpura-pura berpikir. "Nggak juga. Orang tuamu menyukaiku, aku juga menikmati makanannya, dan kurasa ini kesempatan bagus untuk lebih mengenal calon mertuaku."
Elly ingin menjedotkan kepalanya ke tembok. "JANGAN PANGGIL MEREKA CALON MERTUA!"
Zack malah tertawa. "Tapi ibumu sepertinya sudah setuju."
Elly berteriak dalam hati. Ini mimpi buruk!
Dan yang lebih parah, Rina yang mendengar itu kembali menunjukkan ekspresi SALTING.
Elly langsung menunjuk sahabatnya. "RINA! Kenapa KAU yang salting lagi?!"
Rina cepat-cepat mengibas tangannya. "A-aku tidak salting! Aku cuma… uh, ya, kan ini sangat… sangat romantis! Iya, romantis!"
Elly nyaris menangis frustrasi. "TIDAK ADA YANG ROMANTIS DARI INI!"
Zack malah semakin tersenyum. "Yah, kalau belum romantis, mungkin aku harus berusaha lebih keras."
Elly langsung mundur selangkah. "Kau… kau jangan macam-macam!"
Zack menyeringai. "Aku tidak macam-macam. Aku cuma mau memastikan kau nggak bisa kabur dariku."
Elly menatapnya dengan waspada. "Apa maksudmu?"
Zack melipat tangan di dada. "Mulai sekarang, aku akan datang ke rumahmu setiap minggu."
Elly langsung merosot ke tanah. "Aku menyerah… hidupku hancur…"
Rina hanya tertawa. "Selamat, Elly! Sekarang kau punya stalker resmi!"
Elly melotot. "INI BUKAN HAL YANG HARUS DIRAYAKAN!"
Zack, sementara itu, hanya tersenyum puas.
Permainan baru saja dimulai.
Hari Pertama: Misi Menghindari Zack Dimulai!
Keesokan harinya, Elly bangun dengan satu tujuan: menghindari Zack dengan segala cara!
Dia sengaja datang lebih awal ke sekolah, memilih rute yang jarang dilewati orang, dan bahkan bersembunyi di perpustakaan saat istirahat.
"Rina, aku berhasil menghindari Zack selama setengah hari!" bisik Elly dengan bangga.
Rina menyeruput jusnya santai. "Ya, ya… dan berapa lama kau pikir ini bisa bertahan?"
Elly menyipitkan mata. "Jangan menghancurkan harapanku!"
Rina mengangkat bahu. "Aku hanya mengatakan fakta. Zack bukan tipe yang gampang menyerah."
Elly mengabaikan komentar itu dan menikmati momen bebas dari Zack… sampai suara familiar itu terdengar di belakangnya.
"Elly, kau makan di kantin juga? Kukira kau bersembunyi lagi."
DEG!
Elly hampir tersedak supnya.
"ZA-ZACK?!"
Zack sudah duduk di seberang mereka dengan santai, tersenyum penuh kemenangan.
"Bagaimana mungkin…? Aku sudah menghindar dengan sempurna!" Elly menatapnya dengan putus asa.
Zack mengangkat bahu. "Naluri."
Rina terkekeh. "Aku bilang juga apa?"
Elly menatapnya dengan penuh pengkhianatan. "Rina, kau tidak boleh berpihak padanya!"
Rina hanya mengangkat tangan. "Aku cuma pengamat yang netral."
Zack tersenyum lebih lebar. "Jadi, Elly, bagaimana kalau kita pulang bersama nanti?"
Elly hampir jatuh dari kursinya.
"TIDAK!"
Zack berpura-pura kecewa. "Kenapa begitu? Kan kita teman."
"TIDAK ADA TEMAN YANG MENAKUTKAN SEPERTIMU!"
Rina tertawa lebih keras. "Oh, Elly, kau sangat lucu!"
Elly benar-benar ingin menangis.
Dan Zack? Dia jelas menikmati setiap detik ini.
Hari Kedua: Semakin Mustahil Menghindari Zack!
Elly mencoba strategi baru: berjalan dengan grup besar, berpindah-pindah tempat, dan bersembunyi di tempat-tempat yang tidak terduga.
Saat istirahat, dia memilih atap sekolah.
"Hah… akhirnya… damai…" Elly bersandar ke pagar dan menikmati angin sepoi-sepoi.
Tapi kebahagiaannya hanya bertahan lima detik.
"Kau pikir aku tidak tahu kau akan ke sini?"
DEG!
Elly langsung melonjak.
"ZA-ZACK?!"
Zack sudah berdiri di depannya, menyilangkan tangan dengan ekspresi puas.
Elly benar-benar ingin menangis. "KENAPA KAU BISA MENEMU-KU TERUS?!"
Zack tersenyum penuh arti. "Elly, kau harus tahu sesuatu…"
Elly menelan ludah. "A-apa?"
Zack mendekat, membuat Elly mundur beberapa langkah.
"Lagi-lagi, naluri," bisiknya.
Elly ingin menjerit. "INI BUKAN FILM DETEKTIF, ZACK!"
Zack hanya tertawa. "Aku cuma memastikan kau tidak kabur dariku."
Elly memegang kepalanya. "AKU BENAR-BENAR GILA KARENA INI!"
Zack menepuk bahunya santai. "Kau akan terbiasa."
"AKU TIDAK MAU TERBIASA!"
Hari itu, Elly pulang dengan perasaan kalah telak.
Hari Ketiga: Elly Hampir Meninggalkan Sekolah
Di hari ketiga, Elly berpikir keras.
"Satu-satunya cara aman adalah… bolos sekolah."
Rina menatapnya seakan dia sudah gila. "Kau yakin mau bolos hanya untuk menghindari Zack?"
Elly mengangguk penuh tekad. "Iya!"
Tapi sebelum dia bisa kabur…
"Elly, jangan berpikir untuk lari."
Elly membeku.
Dia menoleh… dan Zack sudah berdiri di belakangnya.
Elly hampir pingsan.
Zack tersenyum santai. "Kau nggak akan menang, Elly."
Elly menghela napas panjang. "Tuhan… kenapa cobaan ini berat sekali?"
Dan Zack?
Dia hanya tersenyum puas.
Permainan ini belum berakhir.
---
Hari Minggu akhirnya tiba—hari yang sudah ditakuti Elly sejak Zack mengumumkan rencananya untuk terus datang ke rumahnya.
Elly duduk di tempat tidurnya, memeluk bantal erat-erat. Matanya kosong, pikirannya penuh dengan kemungkinan buruk.
"Bagaimana kalau Zack benar-benar datang? Bagaimana kalau dia makin dekat dengan orang tuaku? Bagaimana kalau mereka semua mulai menggodaku lagi?!"
Dia menggulung dirinya di selimut. "TIDAK! Aku harus kabur!"
Tapi saat dia hendak menyusun rencana pelarian, terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.
"Elly? Kamu masih tidur?" suara ibunya terdengar dari luar.
Elly langsung pura-pura batuk. "Uhuk-uhuk… I-ibu… Aku sakit!"
"Hah? Sakit? Semalam masih sehat, kok?"
Elly buru-buru memperdalam suara seraknya. "Uhuk! Mungkin… kena angin malam, bu… Aku merasa sangat lemah…"
Dia hampir mengira usahanya berhasil, sampai ibunya berkata dengan nada ceria, "Kalau begitu, Zack harus datang lebih awal. Dia dokter pembawa obat dan bubur yang membuat Elly cepat sembuh, kan? Bisa sekalian periksa kamu lagi hari ini!"
JEDERR!
Elly membeku. "T-TIDAK PERLU! AKU AKAN SEMBUH SENDIRI!"
Tapi sudah terlambat.
Ibunya tertawa kecil. "Ah, baguslah. Kalau begitu, cepat bangun! Ibu mau masak makanan spesial hari ini!"
Elly hampir pingsan di tempat.
"D-Dia serius akan datang…? Zack benar-benar datang?! TIDAKKK!"
Satu Jam Kemudian: Kedatangan Zack
Elly duduk di ruang tamu, berusaha terlihat sesantai mungkin, tapi kakinya terus gemetar.
Ibunya dengan bahagia menyiapkan teh, sementara ayahnya duduk membaca koran, tampak jauh lebih rileks dibanding dirinya.
Saat itu, terdengar bel pintu.
DING DONG!
Elly menegang.
Ibunya tersenyum. "Ah, sepertinya Zack sudah datang."
Elly buru-buru berdiri. "T-TIDAK! Aku akan membukakan pintu!"
Dia berlari ke pintu dengan harapan… mungkin saja bisa menguncinya dari luar dan membuat Zack menyerah.
Tapi harapannya hancur seketika saat dia membuka pintu dan melihat Zack berdiri di sana dengan senyuman paling menyebalkan di dunia.
"Selamat pagi, Elly."
Elly hampir menutup pintu lagi, tapi Zack sudah menahannya dengan satu tangan.
"Kau tidak bisa kabur," katanya santai, masuk tanpa diundang.
Elly ingin menangis.
"Zack, kau datang!" Ibunya menyambutnya dengan hangat.
Zack tersenyum. "Tentu saja. Aku tidak akan melewatkan kesempatan ini."
Elly tahu Zack sengaja berkata begitu hanya untuk membuatnya semakin malu.
"Silakan duduk," kata ayahnya santai, tetap membaca koran.
Zack duduk di sofa dengan tenang. "Terima kasih, Paman."
Elly, yang masih berdiri di dekat pintu, menatap mereka dengan ngeri.
"Aku seperti kambing yang dibiarkan hidup di antara serigala…"
Zack melirik ke arahnya. "Kenapa kau berdiri di sana, Elly? Duduklah."
"Ti-Tidak! Aku nyaman di sini!"
Zack menghela napas. "Baiklah. Kalau kau nggak mau duduk, aku akan ikut berdiri."
Dan dia benar-benar berdiri.
Elly nyaris mencakar tembok. "KENAPA KAU HARUS IKUT BERDIRI?!"
Zack tersenyum. "Karena aku ingin selalu dekat denganmu."
Elly hampir melempar bantal ke wajahnya.
Sementara itu, ibunya malah tertawa kecil. "Aduh, Zack ini benar-benar perhatian, ya."
Ayahnya hanya bergumam sambil membalik halaman korannya. "Hmm."
Elly, di sisi lain, merasa ingin lenyap dari dunia ini.
Makan Siang Penuh Siksaan
Saat makan siang tiba, siksaan Elly semakin menjadi-jadi.
Ibunya menyiapkan berbagai macam makanan lezat, dan tentu saja, Zack duduk tepat di sebelahnya.
"Kenapa dia harus duduk di sini?! Kenapa dia harus selalu di sebelahku?!"
Saat ibunya menyajikan sup ke mangkuknya, Zack dengan santai berkata, "Oh iya, Tante, sup ini rasanya mengingatkanku pada yang Elly buat waktu itu. Enak sekali."
Ibunya tersenyum lebar. "Oh? Kau sudah pernah mencicipi masakan Elly?"
Zack mengangguk. "Tentu saja. Bahkan, aku ingin mencicipinya lagi kapan-kapan."
Elly tersedak.
Ibunya tertawa. "Wah, kalau begitu, Elly harus sering-sering masak untuk Zack, ya?"
Zack langsung menatap Elly dengan senyum menggoda. "Aku tidak keberatan."
Elly ingin membanting sendoknya.
"INI TIDAK ADIL! KENAPA IBU MALAH KERJA SAMA DENGAN ZACK?!"
Dan yang lebih parah… ayahnya pun ikut bicara.
"Hmm… kalau Zack memang suka dengan masakan Elly, itu pertanda baik."
Elly langsung menoleh kaget. "A-Ayah! Kau juga?!"
Ayahnya tetap tenang. "Makanan adalah salah satu cara seseorang menunjukkan kasih sayang, bukan?"
Zack langsung tersenyum semakin lebar. "Benar sekali, Paman."
Elly ingin menjerit.
"INI KONSPIRASI!"
Sementara itu, ibunya sudah kembali menghidangkan lauk lainnya, berkata dengan nada polos, "Oh iya, Zack, kau sering-seringlah datang ke sini, ya."
Zack dengan cepat menjawab, "Tentu, Tante. Aku akan sering-sering mampir."
Elly benar-benar ingin menangis sekarang.
Tapi yang lebih parah lagi, setelah makan siang, ibunya malah berkata, "Zack, bagaimana kalau kau dan Elly pergi jalan-jalan sebentar? Udara sedang bagus, lho."
Elly langsung menggeleng panik. "T-TIDAK PERLU!"
Zack tersenyum santai. "Aku sih tidak keberatan. Elly, ayo pergi jalan-jalan."
Elly ingin menghilang.
Tapi sebelum dia bisa menolak lagi, Zack sudah berdiri dan menarik tangannya.
"Jangan malu-malu, Elly."
Ibunya tertawa kecil. "Hati-hati di jalan, ya!"
Elly melotot ke arah ibunya. "IBU, AKU BELUM SETUJU!"
Tapi Zack sudah menariknya keluar pintu.
Elly hanya bisa pasrah, sementara Zack tersenyum penuh kemenangan.
"MISI MENGHINDARI ZACK: GAGAL TOTAL."
Bersambung...