Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Langit senja di sore hari mewarnai langit pasukan berkuda memasuki halaman istana dengan gerbong muatan di belakangnya.
Odelia serta Penelope memberikan jalan pada pasukan, Davian memimpin pasukan berhenti tepat di depan keduanya.
“Kalian kembali ke gerbang barat dan turunkan muatan” Davian memberikan perintah pada pasukan kemudian turun dari kuda dengan warna abu-abu bercorak putih. Berjalan mendekat pada Odelia serta Penelope, melihat kerusakan roda kuda ia pun bertanya.
“Apa yang terjadi?” tanyanya sambil memegang tali kudanya.
“Roda kereta kami rusak secara tiba-tiba sedangkan kami harus cepat kembali ke toko untuk memeriksa ketersedian bahan untuk krim esok”
Penelope menjelaskan sembari menunjuk roda yang sedang di perbaiki.
“Kalian mengalami kesulit, tunggu” Davian bersiul
“Adrian, Jamie!! Kemari” panggilnya pada Adrian dan Jamie.
Mendengar panggilan Davian, Adrian dan Jamie mendekat dengan kuda mereka.
“Kalian berdua antarkan mereka kembali ke toko” Davian memberikan perintahnya.
“Baiklah, kemari, Cath” Jamie dengan semangat mundur dari pelana kudanya menepuk bagian kosong untuk Odelia.
Adrian yang lebih dekat dengan Odelia mengulurkan tanganya pada Odelia, Odelia memegang tangan Adrian dan tersenyum manis pada Jamie.
“Jamie, apa kamu tidak ingin berkuda dengan ku?” Penelope menggoda Jamie dengan pura-pura bersedih.
“Tentu saja tidak Pen, kemarilah” Jamie mengulurkan tanganya pada Penelope.
Penelope dan Davian tertawa, Penelope memegang tangan Jamie namun kesulitan menaiki kuda Davian membantu mengangkat tubuh Penelope untuk duduk menyamping.
“Terimakasih” ucap Penelope, Davian tersenyum.
Odelia pun mengalami kesulitan menaiki kuda putih Adrian, Davian melihat ini ingin membantunya namun Adrian segera turun mengangkat Odelia dengan posisi berduka setelah itu ia pun menaiki kudanya.
“Berhati-hatilah di jalan dan segera kembali ke gerbang barat”
“Ya” jawab serentak Adrian dan Jamie.
“Sampai jumpa” Penelope berpamitan pada Davian pun membalasnya dengan melambaikan tanganya, mereka pergi.
Odelia memegang erat penala dengan tanganya, ini merupakan pengalaman pertamanya menaiki kuda di daratan berbeda dengan kuda laut di lautan.
Ia sangat senang tanpa sadar tubuhnya menjadi santai bersandar pada Adrian di belakangnya. Helaian rambut biru hitam Odelia mengenai wajah Adrian karena tiupan angin, Adrian merasakan tubuh lembut Odelia bersandar padanya dengan wajah yang cantik menikmati berkuda denganya
Adrian pun memberikan tali kudanya untuk Odelia kendalikan.
Odelia melihat pada Adrian menatapnya dengan harapan, Adrian setuju dan tersenyum hingga lesung di wajahnya terlihat. Dengan bantuan Adrian, Odelia mengendalikan tali kuda.
Tak terasa mereka telah sampai ke tujuan, dengan enggan Adrian membantu Odelia untuk turun dari kuda putihnya. Mereka segera berkuda menuju gerbang barat istana.
Odelia serta Penelope memasuki toko terdapat Elio sedang merapihkan toko untuk menutupnya.
“Selamat datang” Elio menyapa mereka.
Penelope menjelaskan kedatangan mereka, Elio segera mengantar mereka ke gudang untuk melihat persedian barang. Melihat bahan-bahan tersedia Penelope menghela napas dengan lega, keduanya dapat beristirahat untuk esok yang lebih berat.
......................
Esok hari pun tiba, Odelia serta Penelope menyelesaikan pembutan kue perayaan ulang tahun penguasa kota bersama Tuan Laurent.
“Terimakasih atas kerja sama kalian” Tuan Laurent memberikan sentuhan terakhir pada kue dengan tinggi tiga meter itu.
“Kalian bisa pulang terlebih dahulu, kita akan bertemu lagi di pesta malam hari” Tuan Laurent membersihkan tanganya berjalan pada Odelia serta Penelope.
“Baiklah Tuan, sampai jumpa nanti” Penelope berpamitan.
“Selamat beristirahat, Tuan” Odelia berpamitan, Keduanya melapaskan kain pelindung dan keluar.
“Berhati-hatilah” Tuan Laurent melambaikan tanganya, keduanya tersenyum menghilang di balik pintu.
Tuan Laurent memandang kue dengan bangga.
“Semoga pesta berjalan lancar”
......................
Langit malam tanpa awan gelap bertabur bintang dengan cahaya bulan menerangi kota, cahaya-cahaya berkiluan terlihat di istana penguasa kota.
Musik dansa beriringan dengan kebisingan Ball room istana, para bangsawan serta tamu undangan menghadiri pesta mengenakan pakaian indah dan mempesona. Tak lupa para warga kota ikut merayakan pesta berkumpul dan berdansa di alun-alun kota dengan meriah.
Odelia mengenakan gaun merah muda dengan renda-renda di gaunya serta rambut bergelombang seperti ombak pantai di hiasi mawar putih di tambah perhiasan cantik di telinga dan lehernya. Odelia berdiri di belakang kue untuk membantu Tuan Laurent dalam pesta.
Beberapa wanita bangsawan berbisik satu sama lain melihat kehadiran Odelia, para tamu dan pria bangswan sesekali melirik padanya. Tidak memperhatikan sekitarnya Odelia dengan tenang mengawasi kue di depanya.
Penelope mengenakan gaun hijau muda dengan rambut di kepang serta hiasan bulu di kepalnya menghampiri Odelia membawa baki berisikan pisau untuk memotong kue.
“Cath, kamu sungguh cantik. Lihat beberapa pria bangsawan memperhatikan mu” Penelope menggodanya sembari meletakkan baki.
“Hentikan Pen, kamu memaksa ku mengenakan ini semua” Odelia menghentikan Penelope dan kedua wanita itu tertawa ringan bersama.
Alunan musik berhenti para bangsawan dan tamu undangan menghentikan aktivitas mereka dan memperhatikan pada ketukan gelas di kursi penguasa kota.
TRING TRING TRING!!!
Penguasa kota memberikan sambutan serta mengucapkan terimakasih pada semua tamu undangan yang telah menghadiri pesta ini. Berdiri di belakangnya keluarga bangsawan penguasa kota terdapat Annalise dengan gaun merahnya serta Ester dengan gaun biru gelapnya.
“Dan ucapan terakhir pada Tuan Laurent telah membuat kue luar biasa ini” penguasa bertepuk tangan di ikuti para tamu.
“Silahkan nikmati pesta dan kue ini” penguasa kota mengakhir sambutanya.
Musik kembali berbunyi di pesta berserta para tamu yang ingin berdansa bergabung di tengah-tengah Ball room, Annalise serta Ester kembali duduk.
“Lisy, kamu tidak melakukan apapun pada wanita rendahan itu?” Ester berbisik di balik kipasnya pada Annalise.
“Tidak, dalam perayaan ini aku tidak mungkin membuat masalah” Annalise menjawab dengan melirik tajam pada Odelia yang tengah sibuk memotong kue untuk para tamu.
“Benar juga” keduanya kembali melihat para bangsawan dan tamu berdansa.
Lalu penguasa kota mengajak Annalise untuk ikut berdansa bersama yang lain, mereka pun menjadi pusat perhatian dan para ikut kembali berdansa.
Setelah memotong beberapa kue Tuan Laurent menghampiri Odelia serta Penelope.
“Terimakasih atas kerja keras lain, maafkan ku baru membantu kalian” Tuan Laurent segera mengambil alih.
“Dengan senang hati Tuan, ikut menghadiri pesa di istana sudah membuat senang” Penelope menggenggam tanganya dengan mata berbinar melihat para tamu berdansa.
Odelia mengganguk setuju dan tersenyum.
Davian menghampiri mereka mengenakan setelan hitam membuatnya kesan misterius dan tampan, mengulurkan tanganya pada Penelope.
“Maukah berdansa dengan ku Lady?” dengan sopan pada Penelope.
Penelope melihat pada Tuan Laurent mengganguk setuju.
“Pergilah”
Saat keduanya ingin berdansa, musik berganti tarian dansa berubah mengikuti alunan musik mereka pun memasuki lingkaran dansa terlihat Annalise dan Calix berdansa.
“Maafkan cucuku Cath, ia berdansa dengan wanita lain” Tuan Laurent menghela napas melihat Calix berdansa dengan Annalise bukanya Odelia.
Odelia hanya terdiam dan tersenyum ringan, Jamie muncul dengan setelan biru langit membungkuk mengajak Odelia untuk berdansa denganya.
“Aku tidak bisa berdansa” Odelia menolak ajakan Jamie.
“Tidak mungkin” dengan senyuman nakal Jamie memegang tangan Odelia menariknya untuk berdansa.
Tubuh Odelia menjadi kaku saat memasuki lingkaran dansa, dengan tanganya dalam genggaman Jamie Odelia merasa khawatir.
“Tenanglah” Jamie dengan lembut menenangkan Odelia.
Odelia menatap Jamie, Odelia pun tenang saat menatap warna mata Jamie mengingatkannya pada cerahnya biru lautan bercampur hijaunya rumput laut tubuh Odelia mengikuti alunan musik dan berdansa.
Mengipasi wajahnya Ester menatap tajam pada lingkaran dansa melihat Davian berdansa dengan Penelope, ia pun berjalan menuju lingkaran dansa.
Saat ingin berdansa pasangan yang ia dapatkan adalah Adrian kedua tidak saling menatap satu sama lain namun tetap berdansa bersama.
Dekat berbagai jenis minuman Ael mengenakan setelan ungu gelapnya menjadi pusat perhatian, di kelilingi para wanita bangsawan yang tertawa riang berbicara dengan Ael. Meletakan gelas di tanganya Ael menuju lingkaran dansa saat alunan musik berganti.
Tanpa di duga saat pergantian musik Odelia ingin menyudahi dansanya sepasang tangan menarik tubuhnya kembali untuk berdansa, melihat pria yang menarik merupakan Ael Odelia terkejut dengan tindakanya.
Menggenggam tanganya dengan erat Ael menarik tubuh Odelia untuk lebih dekat denganya dan berbisik.
“Cath, dansa mu sungguh buruk” dengan suara menggoda Odelia.
Mendengar hal itu dengan sengaja Odelia menginjak salah satu sepatu Ael, melihat tindakan wanita yang berdansa denganya Ael tersenyum dengan bangga keduanya berdansa hingga alunan musik terhenti.
Kini Odelia berdansa dengan Adrian, Adrian tersenyum lembut denan lesung di wajahnya Odelia pun merasa nyaman ia pun berpasangan dengan Adrian sementara Ael meninggalkan lantai dansa.
Di samping mereka terdapat Annalise berpasangan dengan Calix, melirik Odelia di sampinya Annalise berdansa dengan mesra dengan Calix.
Ester akhirnya mendapatkan apa yang ia inginkan berdansa dengan Davian, ia dengan bahagia berdansa denganya namun Davian bersikap dingin padanya. Tepat sebelah mereka Penelope berdansa dengan seorang pria bangsawan, saat berputar dengan sengaja Ester menginjak gaun Penelope hingga terjatuh.
Mendengar suara seseorang terjatuh alunan musik pun terhenti, pasangan yang berdansa terheran dengan berhentinya musik mereka akhirnya melihat seseorang terjatuh di lantai.
“Bodoh” Ester berbisik dan tertawa menutup mulutnya.
“Hmph.. wanita rendahan” di kejauhan Annalise mengejek Penelope.
Davian melepaskan tanganya dari Ester menghampiri Penelope menepuk pundaknya bertanya keadaanya. Ester menatap kesal dengan kepergian Davian.
“Apa kamu baik-baik saja Pen?” Davian bertanya sambil melihat kaki Penelope.
“Apa yang terjadi?” Odelia menghampiri Penelope bersama Adrian.
“Ia terjatuh” Jawab Davian segera membantu untuk berdiri membantunya untuk duduk di kursi di ikuti Odelia, Adrian dan Jamie. Alunan musik kembali bermain pasangan di lantai dansa kembali berdansa menikmati suasana pesta.
Memeriksa pergelangan kaki Penelope.
“Kaki mu terkilir, segera pergi ke ruang perawat di sana terdapat dokter yang berjaga” Davian menjelaskan kondisi Penelope.
“Aku baik-baik saja” Penelope mencoba menggerakan kakinya namun ia kesakitan.
“Lihat dirimu” Davian mengendong Penelope.
“Aku akan membawanya” Davin mebawa Penelope dengan kedua tanganya.
“Aku akan pergi” Odelia ingin mengikuti mereka.
“Cath, lebih baik kamu di sini membantu Tuan Laurent” Penelope mengehentikan Odelia.
“Tapi…” Odelia sangat ingin pergi.
“Biar aku saja yang pergi menemani Penelope di sana, bagaimanapun Davian harus berada di sini” usul Jamie.
“Baiklah, kita pergi” Davian berjalan keluar dari Ball room bersama Jamie.
“Ia akan baik-baik saja” Adrian menepuk pundak Odelia menenangkannya.
“Semoga saja” Odelia menatap khawatir pintu Ball room.
“Kalu begitu aku akan pergi menjelaskan situasi pada anggota regu yang lain” Adrian pergi mencari anggota regunya, Odelia berjalan ke tempat Tuan Laurent.
“Dimana Penelope?” melihat Odelia sendirian Tuan Laurent bertanya Odelia pun menjelaskan yang terjadi.
Seorang pelayan menghampiri mereka berdua dan berbisik pada Tuan Laurent, Tuan laurent pergi mengikuti pelayan itu. Dari sisi lain pintu Ball room terdapat keramian terlihat para pengawal istana masuk bersama dengan tamu baru di pesta.
Berjalan menuju kursi penguasa kota terlihat seorang pria memimpin tiga orang di belakangnya berjabat tangan dengan penguasa kota.
Odelia tidak percaya dengan yang di lihatnya, mengepalkan tangan dengan rehat. Tubuhnya terguncang oleh amarah sorot mata menatap tajam pada pria tersebut.
...----------------...