NovelToon NovelToon
Ketika Takdir Kembali Memilih

Ketika Takdir Kembali Memilih

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Nikahmuda / Single Mom / Wanita Karir
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rosee_

Novel Ketiga

Berdasarkan survei, sedia tisu sebelum membaca😌

--------
Mencintai, lalu melepaskan. Terkadang cinta itu menyakiti, namun membawa kebahagiaan lain di satu sisi. Takdir membawa Diandra Selena melalui semuanya. Merelakan, kemudian meninggalkan.

Namun, senyum menyakitkan selalu berusaha disembunyikan ketika gadis kecil yang menjadi kekuatannya bertahan bertanya," Mama ... apa papa mencintaiku?"

"Tentu saja, tapi papa sudah bahagia."

Diandra terpaksa membawa kedua anaknya demi kebahagiaan lainnya, memisahkan mereka dari sosok papa yang bahkan tidak mengetahui keberadaan mereka.

Ketika keegoisan dan ego ikut andil di dalamnya, melibatkan kedua makhluk kecil tak berdosa. Mampukah takdir memilih kembali dan menyatukan apa yang telah terpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ikatan Batin

Di kamar besar yang di desain begitu mewah dengan perpaduan warna grey dan hitam kini hampir tak berbentuk. Kamar yang tadinya begitu suram semakin terlihat menakutkan saat Nico tak segan-segan menghancurkan banyak barang.

Nico menghancurkan apa saja yang dilihatnya termasuk cermin besar yang kini hanya menyisakan kepingan-kepingan kaca. Tak ada satupun yang berani mendekat dan menghentikan. Mita pun hanya bisa menangis menyaksikan kepedihan putranya.

Pria itu frustasi. Bukan pertama kali Nico dibuat gila oleh keadaan. Sekuat apapun ia mencoba, perasaan itu membuatnya kalah.

"Nico ... sudah cukup, Nak. Hentikan, Mama mohon." Mita meremas dadanya sakit, air matanya terus mengalir.

"Dia bahkan gemetar melihatku. Semenakutkan itukah aku?" Nico meremas rambutnya kuat. Pria itu terduduk lemas disamping ranjang.

"ARGHHH!! DIANN!! MAAFKAN AKUU!! MAAFKAN PAPAA!!" Teriakan putus asa Nico kembali terdengar sekian kalinya. Teriakan yang begitu menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya. Air mata sudah membanjiri wajah lusuh itu.

Ya Tuhan, apa ini karmaku?

Dengan takut-takut Mita mendekati Nico. Putranya itu sudah meringkuk memeluk lutut dengen menyedihkannya. Nico terlihat seperti mayat hidup yang kehilangan jiwa. Pandangan matanya kini hanya menatap kosong.

Tak terbayangkan betapa sakitnya hati seorang ibu yang menyaksikan penderitaan anaknya sendiri, sedangkan saat itu mereka tak dapat memberi jalan keluar. Bisakah waktu kembali diputar? Jika bisa, Mita rela mengorbankan nyawanya demi sebuah waktu.

"Nico–" Mita terisak. Tangannya mencoba menyentuh tubuh lemah yang selalu menolaknya itu dengan perlahan. Nico tak bergeming. Mita akhirnya memberanikan diri untuk memeluknya.

"Maafkan Mama– maaf. Kau bisa membunuhku jika itu bisa mengobati sedikit rasa sakit mu."

"Mama akan bicara pada Dian. Mama akan bersujud padanya agar mau kembali pada kita. Mama akan lakukan apa saja–"

"Kenapa tidak sejak dulu?"

Deg!

"Kenapa tidak sejak dulu Mama menahannya?" Nico melepas dekapan Mita. Menatap wanita yang berperan besar dalam hidupnya.

Mita tak mampu menjawab. Wanita itu hanya bisa menunduk seraya menangisi penyesalannya.

"Mama biarkan dia pergi dalam keadaan hamil?! Menyembunyikan semua fakta dariku! Apa Mama tidak punya hati?" Nico meninggikan suaranya.

"Bagaimana anak-anakku sekarang? Tidak ada yang mengejek mereka karena tak punya ayah, kan? Lalu bagaimana dengan Dian. Siapa yang menemaninya saat hamil dan melahirkan?" Nico kembali terisak, dadanya terasa begitu sesak. Terlintas beberapa kejadian dimana Dian begitu ingin lengket dengannya.

"Mengapa belum tidur?"

"Aku menunggumu."

"Lain kali jangan menunggu."

Saat itu sudah tengah malam dan Nico baru kembali dari lembur. Ia melihat Dian sedang duduk di sofa tempat gadis itu biasa menunggunya pulang.

Setelah membersihkan diri, Dian masih setia menunggu. Gadis itu seperti gelisah, ingin bicara tapi seperti sungkan.

"Ada apa?"

"Kau ingin tidur?" tanya Dian ragu-ragu.

"Iya, sudah tengah malam. Ada apa?"

"Tidak ada. Aku juga ingin tidur," jawabnya cepat. Ia menahan tangan gadis itu saat hendak pergi. "Katakan." Ia tahu ada sesuatu yang diinginkan Dian.

"Katakan apa?"

"Katakan atau aku akan marah," ancamnya.

Dian menunduk. "Aku ingin nasi goreng. Bisakah?" cicitnya.

"Kenapa tidak bilang. Tentu saja bisa."

"Tapi kau yang memasaknya," sambung Dian.

Malam itu Nico sempat terkejut atas permintaanya, padahal Dian tahu jika dirinya tidak bisa memasak. Jangankan memasak, menyentuh dapur saja ia tidak pernah.

Jadi malam itu ia terpaksa menuruti keinginan kecil Dian mengingat gadis itu tidak pernah meminta apapun. Dan saat ini ia sadar jika itu bukan permintaan Dian, melainkan calon anaknya yang masih tumbuh disana. Pertemuan terakhir mereka pasca cerai adalah saat terakhir Dian meminta sesuatu darinya.

"Maaf– maafkan Mama, Nico." Mita semakin menyesal. Air mata tak henti-hentinya membanjiri wajahnya.

"Sekarang menyesal pun tidak bisa." Nico berdiri perlahan. Tubuhnya benar-benar lemah. Ia berjalan pelan menuju pintu, ingin pergi. Sendiri lebih baik daripada harus menyakiti seseorang.

Hingga ... brukk. Pandangan matanya seketika gelap.

Ia tak lagi dapat merasakan apa-apa.

"NICO!" Samar-samar ia mendengar seseorang meneriaki namanya.

-

-

-

-

-

Prangg ....

"DIAN/MAMA!"

Semua orang terkejut saat Dian tanpa sengaja lunglai hingga menjatuhkan vas kaca besar setinggi dada orang dewasa di sudut ruangan. Vira segera membawa Dian menjauh dari kaca keramik yang berserakan. Untunglah wanita tiga anak itu tidak terkena serpihan.

"Mama baik-baik saja?" Lily memeluk Dian yang sudah duduk dengan khawatir. Begitupun Emi dan Rico ikut duduk di sisi lain Dian.

"Ada apa, Dian?" Vira menarik salah satu kursi untuk duduk di depan Dian.

"Aku tidak tahu. Kepalaku tiba-tiba sakit. Dadaku juga sangat sesak," lirihnya. Tanpa sadar buliran bening jatuh dari sudut matanya.

Ada apa ini? Kenapa perasaannya tiba-tiba gelisah. Ia merasa takut sekaligus khawatir tanpa sebab.

Vira dengan hati-hati mengecek kondisi Dian. Dokter muda itu selalu siaga membawa peralatan medisnya untuk berjaga-jaga. Wanita itu baik-baik saja. Tidak ada masalah serius. Hanya kecemasan berlebihan yang tiba-tiba.

"Dian, kondisi mu beberapa hari ini sepertinya mempengaruhi psikismu. Itu juga berakibat pada kesehatan mentalmu. Sebaiknya jangan pikirkan sesuatu yang membebanimu."

Mungkin hanya perasaanku saja, batin Dian.

"Mama sebaiknya jangan pikirkan apapun dulu. Emi tidak ingin Mama sakit," ujar Emi memeluk Dian.

"Rico juga tidak ingin Mama Dian sakit. Rico hanya punya Mama sekarang." Rico ikut memeluk ibu angkatnya itu.

Dian tidak tahu harus merespon apa melihat ini, tapi ia terharu sekaligus gemas. Sekarang ia sudah memiliki tiga anak sekaligus di usianya yang ke dua puluh lima tahun. Benar, anak merupakan salah satu sumber kebahagiaan orang tua. Dan Dian bersyukur memiliki mereka.

Anak-anak ini sudah menempel seperti prangko. Dian tersenyum, membalas pelukan ketiganya. Kemudian,

Ia menatap Rico yang berada di posisi depan memeluk perutnya. Anak ini adalah anak Melly, wanita yang ia benci kala itu.

Meski begitu, ia masih seorang ibu yang harus bersedia memberi kasih sayang. Dan Rico adalah anak yang berhak mendapat kasih sayang bukan cercaan.

Kalian semua sama di mataku. Tetaplah disisiku, maka akan ku lindungi kalian dari dunia yang kejam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Nur Keyla
Luar biasa
Rossa Miati
😁 betul memang novel banyak berkhayal, tapi ada serunya juga 👍
Mihra Fitri
👍👍
Angustia Tia
Luar biasa
Nana
ank yg pintar.....bagus lili buat Oma mu tambah menyesal
Nana
cara mendidik ank yg bagus....kita bahagia dengan cara kita sendiri....ceritanya bagus...aku suka
Nana
baru baca sudah mewek 😭😭
Andini Hana Fakhirah
Luar biasa
3sna
6 ato 7
3sna
tuts
Fajar Ayu Kurniawati
.
Mar Yanah: sama aku juga langsung mewek😥
total 1 replies
Asyahra Rosiana
keren
Tri Tunggal
novel yg q baca berkali kali ttp g bosen bacanya malah pengen ngulang terus bacanya
Dewi Dama
semangat thoorrr...sy suka cerita nya....
Dewi Dama
Luar biasa
Dewi Dama
bagus cerita nya thoorrr
Sri Lie
Luar biasa
Fitri Ani
Lumayan
Liz Ayu
memang benar jika dari kecil diajarkan berfikiran terbuka dan menerima apa adanya nantinya akan jadi orang yang bijaksana
Roka Ayah
semoga sukses
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!