Krystal Berliana Zourist, si badgirl bermasalah dengan sejuta kejutan dalam hidupnya yang ia sebut dengan istilah kesialan. Salah satu kesialan yang paling mengejutkan dalam hidupnya adalah terpaksa menikah di usia 18 tahun dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya.
Kesialan dalam hidupnya berlanjut ketika ia juga harus di tendang masuk ke Cakrawala High School - sekolah dengan asrama di dalamnya. Dan di tempat itu lah, kisah Krystal yang sesungguhnya baru di mulai.
Bersama cowok tampan berwajah triplek, si kulkas berjalan, si ketua osis menyebalkan. Namun dengan sejuta pesona yang memikat. Dan yang lucunya adalah suami sah Krystal. Devano Sebastian Harvey, putra tunggal dari seorang mafia blasteran Italia.
Wah, bagaimana kisah selanjutnya antara Krystal dan Devano.
Yuk ikuti kisahnya.
Jangan lupa Like, Komen, Subscribe, Vote, dan Hadiah biar Author tambah semangat.
Salam dari Author. 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 19 : KAMU SELALU MENJADI ALASAN
Entah kenapa malam ini Krystal merasa gelisah tanpa sebab. Matanya tidak bisa terpejam sejak tadi. Terus terjaga sepanjang malam, bahkan sepanjang malam, bahkan sekarang sudah sangat larut untuk tetap terbangun.
Menyentuh dada kirinya. Kenapa rasanya sangat ngilu di sini? Ada apa?
Krystal bangkit dan kembali menyalakan lampu kamarnya. Berjalan ke arah balkon, membuka jendela dan hembusan angin malam langsung menyambutnya.
Menarik nafas perlahan, matanya memandang jauh ke gelapan malam. Zoey tidak berbohong, kamar yang Krystal tempati sekarang ini adalah kamar terbaik dengan hidangan pemandangan yang indah. Karena langsung disuguhkan dengan taman besar Cakrawala High School yang di tengah-tengah nya ada air mancur mini yang sangat bagus. Melihatnya saja, akan bisa menenangkan kalian.
Krystal masih tidak percaya dengan hidupnya yang berakhir seperti ini. Terkurung dalam kemewahan Cakrawala High School.
Dan sekarang, juga terbelenggu dengan sosok Devano Sebastian Harvey. Entah takdir atau justru kesialan seumur hidup untuknya.
Tok! Tok! Tok!
Krystal mengernyit mendengar ketukan pintu kamar itu. Lalu melirik jam dinding sudah pukul 00.00. Siapa yang datang berkunjung ke kamarnya selarut ini?
Penasaran, Krystal akhirnya tetap membuka pintu tersebut. Kenapa begitu berani? Selain karena ini wilayah asrama perempuan yang hanya bisa dimasuki oleh siswi perempuan saja. Krystal juga bukan tipe cewek penakut yang takut akan maling atau semacamnya. Toh penjagaan Cakrawala High School sangat ketat.
Pintu terbuka. Dan Krystal seketika mematung, mendapati sosok seseorang yang lolos dari perkiraannya tadi. Ia melupakan bahwa di sekolah ini ada satu orang yang bisa melakukan apapun seenaknya, tanpa takut di hukum, apalagi dikeluarkan karena sudah lancang memasuki wilayah asrama putri.
Ya, orang itu adalah Devano Sebastian Harvey. Berdiri dan menatap dingin pada Krystal sekarang.
"Ngapain lo di sini?" Tanya Krystal mencoba tenang. Tuh kan, iya selalu saja merasa terintimidasi dengan Devano. Kenapa coba?
"Kenapa belum tidur?" Tanya Devano dingin.
"Bukan urusan lo." Belum sempat Krystal menutup pintu, Devano sudah lebih dulu menerobos masuk. " Keluar nggak! Ini asrama cewek! Lo nggak bisa seenaknya kayak gini!" kesal Krystal.
"DEVANO!! KELUAR!!" Berteriak kesal, karena suaminya itu mengabaikannya.
"Berhenti berteriak kalau nggak mau satu asrama terbangun karena suara kamu, Sayang. Atau kamu memang udah siap go publik sebagai istri dari Devano Sebastian Harvey, hm?" Devano berjalan mendekat, sehingga Krystal melangkah mundur. Dan menekankan kata 'ISTRI'.
Meraih dan menarik pinggang Krystal hingga istrinya itu tersentak membentur dada bidangnya. Tubuh bagian depan mereka akan menyatu kalau saja Krystal tidak meletakkan kedua tangannya sebagai pembatas. Mata mereka bertemu, dan itu membuat Krystal lagi-lagi terlena dengan sorotan mata Devano yang menatapnya begitu dalam.
Cup!
Krystal kecolongan saat bibirnya dikecup singkat oleh Devano.
"Tidur. Udah malam." Bisik Devano.
"Terus lo ngapain masih di sini? Keluar sana!"
Mengendikkan bahunya acuh tak acuh. Devano merebahkan dirinya di atas ranjang.
"Nemenin istri tidur, maybe. Aku tahu kamu lagi susah tidur, Ayo!"
"Keluar Dev! Gue nggak perlu ditemenin!" Geram Krystal yang mulai mencak-mencak karena diabaikan Devano yang sudah memejamkan mata.
"DEVANO!!" Teriak Krystal kesal.
"Tidur, Krys. Atau kita akan melakukan malam pertama yang tertunda di sini." Gertak Devano dengan mata yang masih terpejam.
"L... lo nggak mungkin berani ngelakuin itu ke gue. Gue bisa aja teriak, terus ngadu ke Miss Andini kalau lo cabul! Terus lo di keluarin dari sekolah ini." Ujar Krystal terbata-bata.
"Kamu menantangku, Sayang? Gimana cara aku aka dikeluarkan, hm? Ini sekolah milikku, seperti kamu yang cuma milikku." Tawa sarkas terdengar keluar dari mulut Devano, membuka kembali matanya dan menatap Krystal yang masih berdiri di sana.
Devano sudah berniat membuka kaos yang membalut tubuhnya, hingga sudah memperlihatkan perutnya yang sixpack ketika Krystal dengan cepat melompat ke atas ranjang dan menarik habis selimut menutupi tubuhnya.
"Oke. Gue mau!" Ujar Krystal cepat masih mempertahankan selimut di tubuhnya.
"Mau apa? Mau di unboxing?" Tanya Devano geli.
"TIDUR!!" Teriak Krystal kesal.
"Oh kirain." Devano terkekeh pelan, lantas kembali merebahkan tubuhnya di sisi kasur yang lain.
Devano hanya memperhatikan Krystal yang sibuk menata guling serta boneka di tengah-tengah ranjang, sebagai pembatas. Bahkan membiarkan istrinya itu memonopoli selimut. Dan tidur membelakanginya. Bersama ingatan yang berputar di benaknya.
*Tubuhnya akan terjatuh bebas ke dalam danau kalau saja sepasang tangan tidak meraih tangannya, sehingga keseimbangan tubuhnya bisa kembali. Si pemilik mata elang itu menoleh, bermaksud melihat siapa yang baru saja menolongnya*.
"*Hati-hati. Danau nya dalam*."
*Mata mereka bertemu*.
"*Nama kamu siapa*?"
"*Aku yang punya acara. Nama aku..." Ucapan gadis manis dihadapannya terhenti saat kedatangan seorang laki-laki dewasa*.
"*Dev! Kamu Daddy cariin dari tadi. Kenapa melipir ke tepi danau? Bahaya*."
*Mengabaikan suara khawatir Daddynya. Anak laki-laki kecil usia 5 tahun itu mengalihkan pandangannya, gadis kecil itu tidak terlihat lagi. Sudah berlari ke atas panggung kecil itu, bergabung dengan satu gadis kecil lainnya yang mengenakan dress seiras, namun beda tatanan rambut*.
"*Apa yang kamu lihat? Tanya Daddy Darren heran*.
"*Dad*?"
"*Hm. Why*?"
"*Who is that*?"
"*Yang mana? Bandoan atau kuncir kuda?" Mengkuti pandangan mata putranya*.
"*Kuncir kuda*."
"*Yang kuncir kuda itu Krystal Berliana Zourist. Kalau yang satunya*..."
"*Aku bertanya hanya untuk yang kuncir kuda. Bukan berarti Daddy harus memperkenalkan yang satunya juga." Daddy Darren mendengus atas ucapan datar putranya yang ketidaksukaan*.
"*Dasar triplek. Kenapa bertanya*?"
*Hening sesaat*.
"*I want it. Krystal." Ujar Devano datar*.
"*Seriously? Kamu manusia tanpa ekspresi yang silanya menjadi satu-satunya pewaris kekayaan Daddy, menginginkan sesuatu?!" Kaget Daddy Darren dan juga shock berat*.
"*Ye, i'm sure*."
"*Oke*."
" *Daddy serius?" Segampang itu? Devano menaikkan sebelah alisnya*.
"*Yes, i'm sure. Apa yang kamu inginkan pasti akan Daddy dapatkan, son. Lagi pula ini pertama kalinya kamu meminta pada Daddy layaknya seorang anak. Jadi tidak ada alasan untuk Daddy menolaknya*."
"*Krystal. Menarik." Tersenyum miring. Mata elang Devano kembali tertuju pada gadis kuncir kuda itu*.
"Apa lihat-lihat?! Awas ya lo sampai macam-macam atau grepe-grepe gue! Pokoknya batas nya ini! Lo di sana gue di sini!" Ujar Krystal galak.
Entah apa yang lucu, tapi Devano tetap tersenyum memandangi punggung Krystal yang naik turun denga teratur. Tandanya istrinya itu sudah tertidur, mungkin untuk memastikannya, Devano perlahan mendekat, membuang satu persatu boneka-boneka serta guling unfaedah tersebut sembarangan ke lantai.
Krystal tidak bergerak. Bahkan ketika Devano mulai merengkuh tubuh mungil itu masuk ke dalam dekapannya.
Cup!
"Sleep night, baby."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Krystal beberapa kali mengerjapkan matanya. Hal pertama yang ia lihat ketika membuka mata dengan sempurna adalah dada bidang seseorang yang terbalut dengan kaos putih.
Krystal melirik jam dinding, pukul 06.30. Benar-benar suatu pencapaian yang luar biasa, seorang Krystal Berliana Zourist bisa bangun sepagi ini. Biasanya paling cepat Krystal itu bangun pukul 08.30, sudah jalan satu mata pelajaran baru ia masuk kelas. Namun, pagi ini sedikit berbeda, karena Krystal cukup terusik dengan kehadiran laki-laki yang tidur di sampingnya ini.
Satu tangan kekar itu melilit pinggang Krystal. Satunya lagi merengkuh pundak Krystal. Tidak tahu sudah berapa lama posisi tidur mereka jadi sedekat ini. Seingat Krystal semalam ia benar-benar memberi jarak antara dirinya dan Devano di ranjang. Dengan menyusun beberapa boneka serta guling di tengah-tengah sebagai pembatas. Tapi pagi ini, Krystal justru melihat boneka-boneka dan guling tersebut sudah bertebaran di lantai.
Krystal ingin berteriak awalnya, namun urung ketika mengingat ucapan Devano semalam. Kamar ini tidak kedap suara, jadi jika ia berteriak dengan volume maksimal maka bisa dipastikan seluruh siswi yang kamarnya berada di lorong ini akan mendengar dan berbondong dengan keponya ke kamar Krystal.
Bisa gawat jika mereka melihat Devano ada di kamarnya sepagi ini. Krystal belum siap menghadapi kenyataan ini jika seluruh penghuni sekolah mengetahui status pernikahan nya dengan Devano.
Krystal ingin bangkit dari posisinya. Namun, begitu sulit karena kakinya yang juga di tindih oleh kaki besar Devano. Suaminya ini benar-benar mengurung pergerakannya dengan posesif, bahkan dalam kondisi yang masih tidur pulas.
Kedua mata Krystal memandang ke arah rahang kokoh Devano yang masih terlelap. Lalu berpindah memindai wajah tampan itu satu persatu. Mulai dari mata yang terpejam, hidung yang mancung, lalu turun ke bibir merah muda Devano. Bibir mesum yang selalu menciumnya tanpa permisi.
Krystal tidak akan munafik, jika suaminya ini memang tampan sangat tampan malah. Terlebih jika dalam kondisi tidur seperti ini. Aura dingin dan penuh intimidasi tidak terlihat. Beda cerita kalau sudah bangun. Suaminya ini seperti iblis berwajah tampan yang mengerikan.
Krystal kembali memejamkan mata ketika melihat pergerakan dari Devano. Ia tidak ingin suaminya memergokinya yang tengah memandangi wajah tampan itu. Yang ada Devano akan kegeeran nanti. Ia harus tetap pada misinya, mencari cara agar Devano menalaknya secepat mungkin.
"Pura-pura tidur, hm?" Tanya Devano tepat di telinga Krystal.
Sementara Krystal mati-matian mempertahankan posisinya agar tetap terpejam. Sehingga melewatkan senyuman geli yang hadir di wajah tampan Devano.
Devano meniup kedua mata Krystal, seblum mendaratkan kecupan pada keduanya. Lalu turun pada bibir Krystal, untuk yang satu ini Devano tidak bisa hanya sekedar mengcupnya sekali. Ia mengecupnya berulang kali dan berakhir dengan menekan bibirnya lebih lama pada bibir Krystal.
Krystal menggeliat dan mencoba melepaskan diri dari Devano yang terus menciuminya dengan gemas.
"DEVANO!! LO UDAH GILA YA?!" Teriak Krystal setelah Devano menghentikan aksinya.
"Iya, karena kamu." Bisik Devano mengedipkan sebelah matanya pada Krystal.
Sementara Krystal yang dibuat shock, Devano menyibak selimut yang membungkus tubuhnya dan tubuh Krystal. Lalu bangkit berdiri.
"Bangun. Siap-siap masuk kelas. Jangan coba-coba untuk memberontak dan mencari masalah lagi. Dan hidup selayaknya siswi di sekolah ini. Dan yang terpenting jangan dekat dengan cowok lain, apalagi sampai bersentuhan." Ujar Devano. Menunduk dan menyejajarkan wajahnya tepat di depan wajah Krystal.
"Kalau gue nggak mau? Lo mau apa?" Tanya Krystal menantang. Melihat senyuman miring Devano membuat Krystal cukup merinding.
"Udah siap masuk angin 9 bulan, hm?" Bisik Devano, mengecup pipi Krystal sebelum akhirnya berlalu meninggalkan kamar istrinya itu.
Begitu Devano berlalu pergi. Krystal termenung dengan ucapan Devano, berpikir dengan keras. Dan saat menyadari arti ucapan suaminya tadi, barulah Krystal terduduk dengan wajah super shocknya.
TIDAKKK!!!"
Sementara Devano yang mendengar suara teriakan Krystal dari luar tidak bisa menahan kekehan pelan yang lolos dari mulutnya. Hal yang sangat jarang ia lakukan selama 18 tahun hidupnya. Namun, sekarang menjadi hal yang paling sering ia lakukan hanya karena melihat beragam tingkah Krystal dari kejauhan.
Dulu, Daddy Darren saja berpikir bahwa putranya Devano bukan manusia karena sangat datar dan tidak pernah tersenyum. Sampai-sampai ia sering di bawa ke psikolog untuk pemeriksaan kepribadian. Kalau saja ada kelainan dalam diri Devano.
Namun, semua nya berubah sejak hari itu. Hari dimana seorang Devano Sebastian Harvey akhirnya menemukan alasan untuk tersenyum.
Hari-hari yang dilaluinya tak lagi membosankan. Ia mulai belajar dengan giat, rajin mengikuti Daddy nya ke perusahaan untuk mempelajari seluk beluk perusahaan meski usianya saat itu masih 5 tahun. Usia yang terbilang masih sangat kecil, dan harusnya menghabiskan waktu dengan bermain. Devano justru berbeda, ia tidak tertarik dengan permainan apapun. Ia lebih suka membaca buku di Mansion.
Ya, Devano memang terlahir jenius. Si jenius yang cepat belajar. Harusnya karena kejeniusannya ini ia bisa mengikuti kelas akselerasi. Namun, Devano tidak menginginkannya. Karena ia hanya ingin mengikuti alur hidup selayaknya manusia normal lain yang seusia dengannya.
Dan semua alasan dalam hidup Devano Sebastian Harvey itu adalah Krystal Berliana Zourist. Gadis kecil yang memikatnya di saat pertama kali ia memandang dua bola mata teduh itu, 13 tahun silam. Orang pertama yang berani menyentuhnya selain Daddy nya. Dan orang pertama yang berani membalas tatapan matanya yang setajam mata elang.
Krystal mungkin tidak mengingatnya. Tapu Devano bahkan tidak pernah melupakan sedetik pun tentang hari itu.
Tidak pernah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"HAHAHAHA!!!"
Krystal duduk di salah satu kursi kantin dengan tangan kanan yang menyangga dagu. Mata Krystal melirik kesal pada Zoey yang terus saja tertawa terbahak-bahak di depannya. Ia mendengus, dan jadi menyesal menceritakan kejadian perihal tadi pagi dengan Devano pada gadis ini.
"Ck! Ah, udah dong! Puas banget lo ketawain gue!" Ucap Krystal kesal.
"Oke! Oke! Hufftt... Hahaha, astaga, jadi lo takut di bikin melendung beneran sama Devano?" Zoey berusaha menghentikan tawanya, meski masih begitu menggelitik di perutnya.
"Syut! Suara lo bego! Kalau sampai orang dengar gimana?" Geram Krystal.
"Sorry! Habisnya itu kocak banget, Krys. Lo yang notabenenya bandel, nggak bisa dibilangin, tiba-tiba bisa jinak dan jadi kucing betina manis kalau udah dekat dia. Itu keajaiban dunia banget sih." Kekeh Zoey mengganti nama Devano dengan sebutan 'DIA'.
Krystal mendesah cukup panjang.
"Gue juga bingung kenapa bisa begitu. Bawaannya tu aura dia serem banget tahu nggak."
"Itu artinya, jiwa dominan nya dia lebih besar dari pada lo. Dan itu bagus sih menurut gue."
"Bagus kepala bapak lo! Tiap berhadapan sama dia, gue harus nyiapin mental tahu nggak. Sekarang bayangin aja gimana jadinya kalau gue hidup selamanya sama dia di bawah atap yang sama? Yang ada psikologis gue bisa terganggu tahu nggak."
Zoey menanggapinya dengan kekehan. Matanya tanpa sengaja menangkap kehadiran Devano yang memasuki kantin, lalu bergabung bersama teman-teman nya di meja yang memang di khususkan untuk Devano. Terlihat seorang juru masak kantin mendatangi meja mereka dan terlihat berbincang dengan Devano. Setelah juru masuk wanita itu pergi, Zoey mengikuti tatapan mata Devano.
"Tuh suami lo ngelihatin lo mulu." Bisik Zoey, memberikan kode melalui alisnya. Mendengar hal itu refleks Krystal menatap ke arah meja Devano. Benar saja, matanya langsung bertemu dengan mata dingin itu.
Mendengus, Krystal mengalihkan pandangannya lebih dulu. Kesal jika mengingat suaminya yang puas menggodanya dari semalam.
Tidak lama setelah nya seorang pelayan kantin datang membawa nampan ke arah meja mereka duduk. Krystal dengan semangat memperbaiki duduknya, siap untuk menyambut bakso yang sudah ia nobatkan sebagai makanan terenak di Cakrawala High School ini.
Namun mengernyit saat yang datang ke hadapannya bukanlah semangkuk bakso dengan asap mengepul dari kuahnya. Melainkan sepiring nasi putih, lengkap dengan lauk pauk berupa ayam goreng tepung, semangkuk kecil sayuran kuah dan ada potongan apel juga di mangkuk kecil yang lain.
"Lah, kan saya pesannya bakso. Kenapa jadi makanan empat sehat lima meninggal gini?" Ujar Krystal cengo. Yang membuat Zoey tertawa pelan.
"Maaf Non Krystal. Tapi ini pesanan Tuan Devano, mulai hari ini Non Krystal dilarang jajan bakso dan antek-antek micin yang lainnya." Ujar pelayan wanita itu, membuat mata Krystal seketika membola nyaris keluar.
"APA?!"
Oke kali ini pekikan keras Krystal sukses mengundang tatapan semua penghuni kantin. Zoey pun bahkan ikut terkejut.
"Krystal, lo dilihatin orang. Makan aja udah, pesanan suami itu." Bisik Zoey sedikit menggoda Krystal.
"GUE NGGAK MAU MAKAN!" Kesal Krystal menghentakkan kakinya, lalu meninggalkan meja kantin. Mengabaikan tatapan semua orang.
Zoey mendengus, ia baru akan ikut bangkit menyusul. Tapi urung ketika melihat Krystal kembali dengan menghentakkan kaki serta duduk dengan wajah cemberutnya yang lucu.
"Lah kok balik lagi?"
Zoey menatap getir pada Krystal yang mulai makan dengan melasakkan makanan dengan kasar ke mulutnya berulang kali, tanpa mengunyahnya lebih dulu. Sehingga pipi gadis itu menggembung karena isi mulutnya yang terlalu penuh. Zoey menelan salivanya, melihat kebrutalan cara makan Krystal. Lalu mengikuti arah lirikan sinis Krystal yang tertuju pada Devano di sana yang memperhatikan Krystal makan.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
"Tuh kan! Udah pelan-pelan aja." Makanya jangan suka ngedumel dan ngelawan sama suami. Kualat kan." Membantu Krystal dengan memberikan minuman.
"Gue colok mata lo, ya!" Ancaman Krystal dengan mulut yang penih membuat Zoey terkekeh. Dan mulai memakan bakso miliknya. Sesekali menggoda Krystal yang dibalas hentakan kesal oleh gadis itu.
Mau tahu apa yang membuat Krystal berubah pikiran tadi?
**My Husband** : Makan! Atau aku kesana dan nyuapin kamu pakai cara aku yang sudah pasti mengundang tatapan seluruh penghuni kantin.
"*Dasar tukang ngancem!" Batin Krystal*.
Krystal bingung, sejak kapan ia menyimpan nomor ponsel Devano dengan nama alay seperti itu? Rasanya juga mereka juga tidak pernah bertukar nomor ponsel.