Dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang raja.
Namun jiwa seorang pemimpin sudah melekat sejak kecil dalam dirinya. Dan darah seorang raja mengalir dalam tubuhnya.
Carlos, seorang pemuda yang menjadi pewaris dan penerus dari kakek moyangnya Atalarik attar.
Namun tidak semudah seperti apa yang dibayangkan, rintangan demi rintangan harus ia hadapi. Mampukah Carlos menghadapinya?
Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini hanya fiksi belaka tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
Untuk saat ini, tahta kerajaan di kembalikan kepada raja Andreas. Nanti dihari penobatan raja baru, Andreas sendiri yang akan menyerahkan tahta tersebut di depan rakyatnya.
"Sekarang kalian istirahatlah," kata kakek Bahram.
"Kakek juga istirahat," ucap Carlos.
Kakek Bahram mengangguk, Carlos ingin mengantarnya ke kamar, namun kakek Bahram menolak.
Sementara Randy, Lina, Arthur dan Carlina di antar oleh pelayan ke kamar yang sudah disediakan.
Sementara Sofia yang sejak tadi diam pun ingin ke kamar, namun di cegah oleh Carlos.
"Bisa kita bicara berdua sebentar?" tanya Carlos.
Sofia mengangguk, lalu mereka pun ke taman istana untuk bicara. Andreas dan istrinya tersenyum melihat keduanya. Dan berharap putrinya mendapatkan laki-laki yang tepat untuknya.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Sofia.
Sofia kini menjadi kikuk saat berhadapan dengan Carlos. Sejak mereka ingin di nikahkan membuatnya menjadi canggung.
Tidak seperti waktu mereka di rumah tepi hutan. Walaupun selalu bersama, tapi tidak membuat mereka canggung.
Namun kali ini berbeda, tanpa diduga oleh keduanya, tiba-tiba saja ingin di nikahkan. Itulah yang membuat keduanya menjadi canggung.
"Kita akan di nikahkan, apa kamu tidak keberatan? Menurutku masih ada waktu untuk menolaknya," jawab Carlos.
Sofia terdiam dan tertunduk. Jujur ia mengagumi pemuda disampingnya ini. Tapi untuk menikah? Sejujurnya dia belum siap.
Apalagi Sofia tidak pernah bergaul dengan laki-laki manapun. Hanya kakek Bahram lah yang mendampinginya sedari kecil.
"Kamu pasti belum siap juga, kan?" tanya Sofia akhirnya.
"Entahlah, siap tidak siap kita jalani saja dulu," jawab Carlos.
"Jangan terlalu dipaksakan, aku tidak ingin nantinya berakhir menyakitkan. Apalagi seorang raja pasti akan memiliki selir."
Carlos tersenyum, meskipun nanti dia menjadi seorang raja. Tapi untuk mencari selir, Carlos tidak akan mau.
Menurut Carlos, seorang pemimpin atau seorang raja bukan mengutamakan selir, melainkan mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.
Tujuan Carlos hanya akan mensejahterakan rakyatnya dengan caranya sendiri. Tapi dia sendiri juga tidak akan mampu. Pasti Carlos juga akan meminta dukungan dari orang yang lebih berpengalaman.
"Sejujurnya aku juga belum siap, tapi aku tidak bisa menolak. Karena ...."
"Karena apa?" potong Carlos.
"Entahlah, cari sendiri jawabannya. Aku ingin istirahat." Sofia pun berlalu pergi dari situ. Carlos berdiri mematung ditempatnya dan memikirkan jawabannya.
"Kenapa dia jadi berubah? Sebelumnya tidak seperti ini," gumam Carlos lalu menggelengkan kepalanya.
Lalu ikut pergi dari situ dan kembali ke kamarnya yang sudah disediakan oleh pelayan. Kamar Carlos adalah kamar utama yang dulu ditempati oleh raja Attar.
Sementara Sofia sudah berada didalam kamarnya, ia merasa takjub karena kamarnya sudah dihias sedemikian rupa oleh pelayan.
Sofia membanting tubuhnya diatas ranjang. Perasaannya saat ini bercampur aduk dan dia sendiri juga tidak mengerti dengan perasaannya itu.
"Kenapa aku jadi seperti ini? Sebelumnya aku biasa saja dengannya. Bahkan saat berdekatan pun aku merasa tidak canggung. Tapi sekarang ...?" gumam Sofia.
Ia berjalan ke kamar mandi, dan melihat kamar mandi juga bersih dan besar. Sofia tersenyum.
"Begini kah kehidupan orang kaya?" batinnya. Lalu iapun mengguyur tubuhnya dengan air dingin dari shower.
Setelah selesai mandi, ia membuka lemari pakaian yang ternyata banyak sekali pakaian berupa gaun dan sebagainya.
Sofia yang tidak terbiasa memakai gaun pun mencebikkan bibirnya. Ia memilih-milih, namun tidak ada satupun yang cocok untuknya.
"Apa gak ada yang lain?" gumamnya. Tidak ada pilihan lain selain memakai salah satu gaun tersebut.
"Cantik sih, tapi ribet amat," batinnya menguji dirinya sendiri di depan cermin. Kemudian ia keluar untuk menemui ibunya.
Sementara Carlos didalam kamar juga memeriksa lemari pakaian, banyak pakaian yang menggantung masih dalam bungkus plastik.
Carlos memanggil pelayan untuk menyingkirkan pakaian itu, namun pelayan mengatakan jika pakaian itu pakaian lama milik raja Attar.
"Aneh, kenapa masih terlihat baru? Ya walaupun modelnya terlihat sudah lama," batin Carlos.
"Sudahlah, gak jadi," kata Carlos.
"Maaf Tuan, sebenarnya kami tidak pernah memasuki kamar ini," ucap pelayan. Lalu segera pergi dari situ.
Hal yang paling aneh lagi, kamar itu tidak pernah di masuki oleh siapapun. Tapi kamar itu selalu bersih walaupun tidak pernah di bersihkan.
Para pelayan tidak pernah masuk karena pintunya tidak bisa dibuka. Namun saat Carlos membukanya malah seperti tidak terkunci.
Carlos berpikir jika kamar ini sering dibersihkan. Namun setelah tahu kenyataan, Carlos juga merasa heran. Seolah kamar itu ada penunggunya.
Carlos masuk kedalam kamar mandi, dan melihat kamar mandinya juga sangat bersih. Lagi-lagi Carlos merasa aneh. Kemudian ia menggelengkan kepalanya cepat.
Carlos pun akhirnya mandi, setelah selesai mandi iapun berganti pakaian dengan pakaian yang ada didalam lemari. Karena pakaian nya masih tertinggal di rumah tepi hutan.
Carlos membuka pintu saat pintu kamarnya diketuk. Carlos tersenyum melihat kedua orang tuanya dan juga Oma dan Opanya.
"Ma, Pa, Oma, Opa," ucap Carlos lalu mempersilahkan mereka masuk.
Mereka malah tertegun saat melihat Carlos, entah kenapa Randy seperti melihat sang kakek buyut dalam diri Carlos.
"Opa, kenapa menangis?" tanya Carlos heran.
Randy menggeleng, lalu mengambil foto raja Attar sewaktu muda. Dan membandingkan nya dengan Carlos.
"Bagaimana mungkin?" tanya Lina, Carlina dan Arthur.
Berkali-kali mereka memandangi wajah Carlos dan foto raja Attar. Memang 99 persen mirip.
Padahal sebelumnya mereka tidak menyadari semua itu, namun saat Carlos memakai pakaian yang ada didalam lemari, mereka baru menyadari jika kemiripan Carlos dan raja Attar.
Randy seolah melihat kakek buyutnya hidup kembali. Walaupun ia tidak kenal, namun di foto terlihat mirip seperti Carlos.
"Mungkin hanya kebetulan," sanggah Carlos. "Oya, ada perlu apa kalian kemari?" imbuhnya.
"Apa kamu mencintai Sofia?" tanya Lina langsung ke intinya. Lina tidak ingin basa-basi lagi dalam masalah ini.
Carlos terdiam sejenak, mereka saling pandang menunggu jawaban Carlos. Apalagi Carlina yang sudah terlanjur suka sama Sofia. Bukan hanya cantik, tapi gadis itu lembut menurutnya.
Carlina belum tahu jika gadis yang dianggapnya lembut ternyata lebih bar bar. Pantang di usik main hantam saja.
"Huh." Carlos menghembuskan nafas panjang. "Jujur aku suka sama dia, kalau cinta jalanin aja dulu. Aku juga belum bisa memahami perasaannya," tambah Carlos.
"Kami tidak memaksamu, kami cuma menyetujui usulan raja Andreas. Kebetulan kami juga menyukai gadis itu," kata Arthur.
"Kalau Oma buyut mu masih hidup, beliau yang paling antusias," ucap Lina. Namun ia tidak bisa menahan air matanya saat menyebut nama Diva.
Nama yang tidak akan pernah terhapus dari ingatan mereka sampai kapanpun. Walaupun kini nama itu sudah terukir di batu nisan.
Randy merangkul tubuh istrinya agar lebih tenang. Carlina juga ikut menangis, kepergian Diva dan Darmendra memang membawa kesan duka yang mendalam bagi mereka.
Namun mereka tetap ikhlas, karena kematian adalah suatu ketentuan. Dan mereka hanya menunggu waktu gilirannya saja.
mending perang apa bunuh²an aja .. wkkwkw