Lulu, seorang yatim piatu yang rela menerima pernikahan kontrak yang diajukan Atthara, demi tanah panti asuhan yang selama ini ia tinggali.
Lulu yang memerlukan perlindungan serta finasial dan Atthara yang memerlukan tameng, merasa pernikahan kontrak mereka saling menguntungkan, sampai kejadian yang tidak terduga terjadi. “Kamu harus bertanggung jawab!”
Kebencian, penyesalan, suka, saling ketertarikan mewarnai kesepakatan mereka. Bagaimana hubungan keduanya selanjutnya? Apakah keduanya bisa keluar dari zona saling menguntungkan?
Note: Hallo semuanya.. ini adalah novel author yang kesenian kalinya. Semoga para pembaca suka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Latar Belakang
Lulu keluar dari kamarnya saat terdengar adzan dzuhur. Saat ingin mengambil wudhu, ia menemukan Ibu Asih di dapur Bersama para tenaga pembantu.
“Sedang membicarakan apa?” tanya Lulu bergabung di meja makan.
“Kami sedang membicarakan kelangsungan panti ini.” Kata Pak Tarno, ayah dari Ningsih.
Tenaga pembantu di panti asuhan sebenarnya adalah orang yang mengabdi di panti karena merasa berhutang budi dengan almarhum Pak Ratno, yang telah memberikan mereka tempat tinggal. Pak Tarno, Bu Murni dan Ningsih tinggal di panti sejak Lulu masih SMP sampai sekarang. Mereka sukarela membantu operasional panti. Bagi mereka, ada tempat untuk berteduh dan makan 3 kali sehari sudah cukup bagi mereka. Tetapi oleh almarhum Pak Ratno, mereka diberikan tunjangan bulanan sebagai bentuk menghargai kerja keras mereka. Dan saat ini Lulu yang melanjutkannya.
“Kita tetap bisa tinggal disini, Pak. Kita tidak akan kemana-mana.” Kata Lulu.
“Maksud kamu?”
“Pemilik tanah mengatakan akan tidak akan menggusur panti ini. Jadi kita masih bisa menjalankan panti ini seperti biasa.”
“Bagaimana bisa? Apa yang kamu katakana kepada pemilik tanah?” tanya Ibu Asih gusar.
“Sebagai gantinya, Lulu akan membayar uang sewa bulanan sebesar 2,5 juta perbulannya.” Lulu terpaksa berbohong kepada ibu angkatnya karena tidak mungkin baginya mengatakan yang sejujurnya.
“Uang sebanyak itu, apakah kitab isa membayarnya perbulan? Bagaimana dengan uang makan dan yang lain?”
“Tenang saja, Bu. Lulu akan mencari pekerjaan untuk menutup pengeluaran.”
“Pengeluaran sekarang, ditambah dengan membayar sewa bisa mencapai 10 juta sebulannya. Tidak banyak donatur yang datang, pekerjaan apa yang bisa menghasilkan uang sebanyak itu?” Pak Tarno merasa tidak percaya.
Jika saja beliau bisa bekerja, mungkin Pak Tarno dan Bu Murni sudah bekerja dan tidak bergantung di panti asuhan. Sayangnya Pak Tarno dan Bu Murni tidak bisa bekerja berat karena tubuh mereka sudah rusak akibat bertahun-tahun bekerja di pabrik garment.
“UMR sekarang sudah tembus 2,5 juta perbulan. Jika ditambah tunjangan, insentif dan lain-lain, sebulan bisa terima gaji di kisaran 5 juta. Ditambah penghasilan membuat kue, bisa saja menutupi hariannya.” Lulu berusaha seoptimis mungkin untuk meyakinkan Ibu Asih dan yang lain.
“Jika kamu melakukan semuanya, kamu akan jatuh sakit.” Ibu Asih menangis.
“Jangan menangis, Bu! Percaya dengan Lulu.” Lulu memeluk Ibu Asih dan mengusap punggung beliau lembut.
Pak Tarno dan Bu Murni hanya bisa saling pandang. Mereka hanya bisa mendukung keputusan Lulu karena mereka juga tidak bisa membantu. Ningsih anak mereka tidak seperti Lulu yang pintar, Ningsih hanyalah tamatan SD karena saat di SMP ia berhenti di kelas 2.
Setelah meyakinkan semua orang, Lulu merasa lega. Walaupun ia harus berbohong, paling tidak Ibunya dan penghuni panti lain tetap bisa hidup dengan layak. Tak masalah baginya berkorban untuk orang-orang yang selama ini memberikannya kehidupan dan kasih sayang.
Di sisi lain.
“Hanya ini saja yang kamu temukan?” tanya Atthara kepada sopirnya, Rudi.
“Iya, Bos.”
Atthara membaca 2 lembar kertas yang diterimanya dari Rudi. Lembar pertama berisi biodata Lulu dan lembar lainnya berisi kegiatan Lulu. Tidak ada keterangan orang tua kandung disana, hanya ibu angkat yang merupakan pemilik panti asuhan.
“Apakah ada cara untuk mengetahui orang tua kandungnya?”
“Tidak tahu, Bos. Menurut informan yang mengenal Lulu, polisi tidak bisa menemukan orang tuanya saat itu. Bahkan tidak ada saksi mata, siapa yang meletakkannya disana.” Atthara mengangguk.
“Kamu bisa pergi!” Rudi menganggukkan kepalanya dan meninggalkan kamar Atthara.
Latar belakang Lulu tidak ada dalam perhitungannya. Kini setelah mengetahuinya, Atthara meragukan penilaiannya.
Saat pertama kali melihat Lulu di café, Atthara merasa tertarik dengan sikap sopan dan penampilan Lulu. Dan saat mengetahui Lulu adalah anak pemilik panti, ia berpikir untuk menggunakan Lulu sebagai tameng. Lulu yang berpenampilan tertutup adalah tameng yang cocok untuk melindunginya dari kejaran anak-anak rekan bisnis papanya ataupun partner bisnisnya saat ini.
“Kita lihat saja, bagaimana kelanjutannya!” Gumam Atthara yang menyimpan kertas laporan Rudi ke dalam laci.
Atthara mengenakan jaketnya dan keluar kamar. Ia harus bertemu seseorang sore ini. Tanpa berpamitan, ia pergi begitu saja. Kali ini ia tidak membawa Rudi, ia mengemudikan mobilnya sendiri menuju restoran tempat bertemu. Ia sampai lebih dulu dibandingkan orang yang mengajaknya bertemu, sehingga ia memutuskan untuk memesan kopi.
“Tidak bisakah kamu terlambat sedikit?” tanya seseorang yang duduk dihadapan Atthara.
“Aku bukan pemalas sepertimu.”
“Aku bukan pemalas, aku hanya tidak suka on time!”
“Sama saja!”
“Apakah kamu setuju dengan proposal yang aku tawarkan?” tanya teman Atthara, Galih.
“Tidak. Aku datang kesini untuk menolaknya!”
“Kenapa? Bukankah proposalku terdengar menggiurkan? Adikku adalah lulusan terbaik di kampusnya dan saat ini dia sudah menjabat sebagai manajer di Perusahaan ayah. Dia menyukaimu sejak lama dan dia akan melakukan apapun untukmu, termasuk menyingkirkan lebah yang mengerubungimu!”
“Memang menggiurkan, tetapi aku sudah menemukan seseorang yang aku suka.”
“Maksud kamu?”
“Aku sudah menyukai seseorang.” Jawaban Atthara membuat Galih terkejut.
Seorang Athara yang terkenal dingin dan perhitungan itu kini mengatakan menyukai seseorang adalah mustahil baginya. Jika Atthara mau, semua Perempuan bisa berlutut dihadapannya. Tetapi karena sifatnya, banyak Perempuan yang patah hati termasuk adiknya.
“Siapa yang bisa membuatmu tertarik?”
“Kamu tak perlu tahu.” Atthara berdiri dan meninggalkan Galih yang masih memiliki banyak pertanyaan untuknya.
Segera saja kabar Atthara menyukai seseorang tersebar di grup alumni universitas. Banyak yang memberikan selamat, banyak yang patah hati terutama para Perempuan yang sudah lama menyukai Atthara dan ada pula yang tidak percaya. Atthara yang melihat keramaian di grup hanya diam. Tidak ada keinginan untuk menjelaskan ataupun membela diri. Baginya, kehebohan seperti itu akan reda dengan sendirinya.
Pemilik Tanah: Kita bertemu besok di taman kota.
Lulu: Ada perlu apa?
Pemilik Tanah: Mulai menjalankan rencana.
“Apa maksudnya dengan menjalankan rencana?” gumam Lulu.
Lulu: Pukul 9.
Pemilik Tanah: Pukul 8, tidak boleh telat!
“Yang benar saja?”
“Bagaimana dengan kue ku nanti?”
“Kenapa dia suka memerintah seenaknya?” Lulu bermonolog.
Meski merasa kesal, Lulu tetap menjawab pesan Atthara dengan jawaban “iya” karena bagaimanapun secara kasar ia adalah pegawai kontrak Atthara.
Atthara yang menadapatkan jawaban merasa puas. Ia merasa Lulu bisa diandalkan. Selain pintar, Lulu juga pandai membaca situasi.