Tuan putri yang memiliki berkah dari dewa perang. Kecantikan dan keanggunan dengan belahan pedang yang tajam yang mampu menebas apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himme, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terungkap
Saat ini Arlina, tengah bersama dengan Aluna dan Ghea ditaman.
"Aku dengar jika sebentar lagi akan ada pertandingan antar murid. " ucap Ghea.
"Benarkah? Kalau begitu kita harus ikut. " ucap Aluna.
"Tentu saja. Menambah satu poin emas tidak ada salahnya kan. " ucap Arlina.
"Kalian tau dimana kita akan daftar? " tanya Aluna.
"Kayaknya sama kakak-kakak senior itu deh. " ucap Arlina.
"Harus banget kita kesana? " tanya Aluna.
"Lah emangnya kenapa? ' tanya Ghea bingung.
"Kalau kau malu, biar aku saja kesana. " ucap Arlina mengajukan diri.
"Kau yakin Arlina? " tanya Aluna.
"Iya. Udah aku mau ketempat mereka. " ucap Arlina beranjak lalu berjalan pergi.
Selepas kepergian Arlina. Ghea menatap Aluna bingung kenapa Aluna tampak bahkan ragu.
"Aluna, sebenarnya kamu kenapa ragu gitu jika ketempat senior? " tanya Ghea.
"Sebenarnya bukan masalah seniornya. Namun tau jika banyak yang menyukai mereka. Takutnya jika Arlina akan dituduh mengoda mereka jika pergi ketempat mereka yang dimana mereka selalu mengumpul ditempat pribadi mereka. " jawab Aluna.
"Lah Arlina kan kesana cuma mau daftar pertandingan. Apa masalahnya? " tanya Ghea yang heran.
"Mana tau jika itu pikiran mereka, mereka selalu menuduh yang tidak-tidak jika ada orang dekat dengan mereka. Namun meski begitu tidak ada yang berhasil mendekati mereka hingga saat ini. "
"Tapikan Arlina cuma mau daftar dong. Jika mereka cari gara-gara itu urusan mereka. Aku yakin mereka tetap kalah dengan teman kita itu. " ucap Ghea.
"Semoga saja. " sahut Aluna.
****
Sementara itu.
Arlina berjalan dikoridor akademi untuk menuju dimana kakaknya berada. Sepanjang jalan ada beberapa pasangan mata yang menatapnya tidak suka. Mereka melihat kemana perginya Arlina.
"E-eh.. Lihat itukan Arlina. "
"Iya, mau ngapain dia. Dia masuk keruangan pribadi senior? "
"Cih! Sok kecakepan banget. Pasti disana dia merayu senior. "
"Kalian merasa tidak sih, jika tatapan senior terutama pangeran selalu merhatiin Arlina? "
"Eh, iya juga ya. Kayanya tuh cewek ngoda senior. "
"Aku yakin, kemampuan yang dia lihat saat ujian waktu itu hanya boongan. Bisa saja Arlina goda senior hingga dia mudah lolos begitu saja. Apalagi dia punya nilai tertinggi. "
'Iya juga. Aku baru kepikiran. Dasar murahan!"
"Awas saja dia sampai ngoda senior apalagi pangeran. Bakal aku buat perhitungan! "
"Jangan gegabah! Takutnya Arlina mencuci otak senior hingga mereka akan membelanya. Maka kau akan tamat. "
"Ah, benar. Untung kau ingatkan. Kalau gitu kita buat rencana saja. Dan pastikan tanpa sepengetahuan senior. "
Bisikan demi bisikan mereka ucapkan. Sementara Arlina yang tidak peduli melangkah hingga sampai diruangan seniornya.
Tok..Tok..Tok
"Masuk! "
Mendengar seruan orang didalam. Arlina membuka pintu dan masuk. Lalu tak lupa menutupnya membuat mata terus menatap hingga Arlina hilang dibalik pintu.
"Arlina! " seru Jargan melihat adik perempuannya. Hal itu membuat lainnya menatap kearah pintu.
"Astaga! Arlina kau disini. Ayo masuk. " ajak Leandro langsung bangkit dari duduknya dan mendekati Arlina.
"Em, Maaf Kak. Aku disini cuma mau daftar pertandingan murid academy. Sekalian mau daftarin Aluna dan Ghea. " ucap Arlina mengatakan tujuannya disini.
"Oh kalau gitu ini, kau tinggal isi formulirnya. Nanti setelah selesai bisa dikumpulin lewat, kakak aja. " ucap Jargan memberikan tiga formulir kepada adiknya.
"Baiklah, kalau gitu aku pergi. " pamit Arlina.
"Eh, tidak mau du_"
"Ya, belajar yang bener. " ucap Jargan memotong ucapan Leandro dan Arlina pun keluar.
"Lo kenapa sih Jargan! " kesal Leandro.
"Hanya menjauhkan adik gue dari playboy kaya loh. " balas Jargan tanpa rasa bersalah dan duduk di kursinya dengan santai.
Sementara Leandro mendengus dan duduk di kursinya dengan kesal. Sedangkan lainnya tersenyum melihat ke posesifan Jargan dan kekesalan Leandro.
****
Arlina kembali ditaman dimana teman-temannya berasa.
"Nih kalian isi formulirnya. " ucapnya. Ghea dan Aluna menerima kertas formulir itu dengan senang hati.
"Terimakasih. " ucap keduanya.
"Eh, Arlina kau tidak mendengar gunjingan orang-orang kan? " tanya Aluna.
"Dengar. " jawab Arlina.
"Terus bagaimana? " tanya Ghea.
"Nggak gimana-gimana. "
"Maksud Ghea itu? Kamu diem aja? " tanya Aluna.
"Iyalah, emang mau ngapain lagi. Lagian baru gunjingan, masih aku diemin. Tapi kalau mereka kelewat batas baru aku akan membalasnya. "
Mendengar jawaban Arlina, Ghea dan Aluna ngangguk mengerti.
"Daripada membahas yang tidak penting. Mending kita berlatih untuk pertandingan. " seru Arlina.
Ghea dan Aluna kembali mengangguk.
"Benar juga. Ngapain mikirin mereka yang ada bikin penyakit aja. " seru Ghea.
"Kalau begitu ayo kita berlatih. " ajak Aluna.
Ghea dan Arlina mengangguk. Kemudian mereka bertiga pergi dari taman pergi untuk berlatih. Mereka berlatih dengan senjata dan kemampuan masing-masing.
*
*
*
*
Setelah sekolah selesai.
Arlina kita pergi sebentar kesuatu tempat sebelum pulang kerumah. Dia pergi kehutan untuk mencari tahu misteri yang ada hutan perbatasan menuju ibukota. Arlina bahkan memanjat pohon untuk melihat sekitar dari ketinggian.
Saat tengah menelisik sekitar, pandangannya mencuri sesuai. Dia melihat sebuah rumah yang entah milik siapa. Karna penasaran Arlina turun dari pohon dan berjalan menuju rumah kecil itu.
Disana dia melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada orang. Sembari berjalan pelan mendekati rumah, begitu dekat Arlina sempat mengintip didalam untuk memastikan apa ada orang. Setelah memastikan tidak ada orang, Arlina masuk kedalam. Membuka pintu dengan pelan dan tetap waspada.
Saat masuk Arlina terkejut melihat didalamnya begitu luas, padahal jika dilihat rumah ini sangat kecil. Arlina berjalan maju menjelajahi rumah ini.
Namun yang dia dapat hanya rumah kecil pada umumnya. Saat akan keluar, matanya menatap ruangan yang belum dia masuki. Dengan langkah pelan, dia masuk kedalam. Dia mulai menelisik sekitar memastikan tidak ada apapun hingga pandangannya teralihkan pada lemari, dia buka dan kosong. Lalu saat membuka laci lemari dia menemukan sebuah peti. Diambilah peti itu karna penasaran.
Arlina menaruh peti itu diatas meja dan membukanya. Saat dia buka dia terkejut melihat isi dalam peti itu. Dengan cepat dia memasukan peti itu didalam tasnya. Lalu setelah memastikan tidak ada barang yang berguna lainnya. Dia keluar dan pergi rumah tersebut dengan cepat.
****
Dikediaman Kimendra.
"Bagaimana? Apa ada yang mendapatkan petunjuk? " tanya Vincent.
"Belum, tidak ada petunjuk sama sekali. " jawab Fasya.
"Bahkan anehnya serangan bandit tiba-tiba berhenti dan menghilang begitu saja seolah-olah tidak pernah terjadi. " ucap Jargan.
"Tidak biasanya bandit seperti ini. Jikapun berhenti pasti ada alasannya kan? Dan seumur hidup aku menjadi kesatria, yang aku tau bandit akan berhenti jika sudah ditangkap. " ucap Nikolas.
"Apakah ada yang sedang mereka rencanakan? " tanya Anshel.
"Aku curiga jika rencana kita telah terbongkar. Makanya, mereka menghilang untuk sementara waktu untuk menyusun rencana. " ucap Andrean.
"Jikapun benar, siapa yang telah membongkarnya? Sementara saat pembahasan ini berada di menshion ini dan juga istana. " ucap dan tanya Leandro.
"Jika memang ada yang membongkar berarti ada mata-mata yang tidak kita ketahui. " ucap Keandra dengan nada dingin.
"Kemungkinan itu benar jika memang ada mata-mata dan itu yang harus kita cari tahu siapa orangnya. " ucap Nikolas.
BRAKK
Mereka yang sedang berbincang terkejut dengan pintu yang tiba-tiba dibuka dengan kasar. Lalu mereka melihat pelaku pembuka pintu itu.
"Arlina! " seru mereka. Sementara Arlina pelaku yang membuka pintu masuk ruangan dan menutup pintu begitu saja.
Arlina tidak memperdulikan keberadaan Kakaknya, Keandra atau lainnya. Dia masuk kedalam ruangan yang ada diruangan tersebut. Melihat itu mereka penasaran, beranjak dari duduk mereka dan menyusul keruangan tersebut.
Didalam ruangan, Arlina menaruh tasnya dan terlihat mencari sesuatu dia membuka satu persatu buku, bahkan lemari dan laci.
"Arlina, sedang apa kau? Apa yang kau cari? ' tanya Jargan yang merasa aneh dengan tingkah adiknya ini.
Sementara Arlina masih mondar mandir mencari sesuatu hingga di laci paling timur dan pojok atas dia mendapat apa yang dia. cari. Dia mengambil benda itu dan membawanya dimeja di tengah-tengah mereka. Dengan gerakan cepat tangannya menulis sesuatu dan menempelkan keras berisi tulisannya tadi kebola yang dia ambil tadi. Begitu kertas itu tertelan bola, Arlina menaruh benda itu dan memasangkan bola itu lubang setengah lingkaran yang ada sampai kiri meja.
Bola itu bersinergi dan menyalurkannya dimeja hingga meja itu seakan seperti layar besar dan layar itu bergerak seakan menuju tempat yang diinginkan. Dan gambar itu berhenti di sebuah kastil yang terletak ditengah hutan yang sangat dalam.
"Kastil itukan milik Xavier! " seru Anshel.
"Arlina, Jawab kakak. Sebenarnya ada apa? " tanya Jargan.
"Sebelum aku menjawab, bisa kalian jelaskan siapa Xavier? " tanya Arlina.
"Xavier adalah musuh kerajaan ini. Kerajaan Minnerad dan dia pernah berperang. Namun dia berhasil kami kalahkan saat itu dan seharusnya dia sudah mati. " jawab Keandra.
"Apa pangeran yakin jika dia sudah mati? " tanya Arlina.
"Iya, yakin. Saat itu baik raja maupun kami yakin dia sudah mati karena kami melihat sendiri. " ucap Vincent.
"Dan kalian percaya begitu saja dan menyimpulkan secepat itu? " tanya Arlina.
Mendengar pertanyaan itu mereka diam. Mereka menyakini jika Arlina menemukan sesuatu yang tengah mereka bahas.
"Apa kau tau sesuatu? " tanya Nikolas.
"Aku menyimpulkan jika pria itu belum mati. " jawab Arlina.
"Kenapa kau bisa mengatakan jika dia belum mati? " tanya Leandro.
Tanpa menjawab Arlina membuka tasnya mengeluarkan peti yang dia ambil dirumah itu. Dan memberikannya kepada mereka.
"Ini, kalian lihat sendiri. " jawab Arlina sambil memberikan peti itu.
Melihat peti itu, Jargan mengambilnya dari adiknya lalu membukanya.
DEG!
mw bca msih ragu, soalny gk ska ma yg pda hiatus🥺