Xin Lian, seorang dukun terkenal yang sebenarnya hanya bisa melihat hantu, hidup mewah dengan kebohongannya. Namun, hidupnya berubah saat seorang hantu jatuh cinta padanya dan mengikutinya. Setelah mati konyol, Xin Lian terbangun di dunia kuno, terpaksa berpura-pura menjadi dukun untuk bertahan hidup.
Kebohongannya terbongkar saat Pangeran Ketiga, seorang jenderal dingin, menangkapnya atas tuduhan penipuan. Namun, Pangeran Ketiga dikelilingi hantu-hantu gelap dan hanya bisa tidur nyenyak jika dekat dengan Xin Lian.
Terjebak dalam intrik istana, rahasia masa lalu, dan perasaan yang mulai tumbuh di antara mereka, Xin Lian harus mencari cara untuk bertahan hidup, menjaga rahasianya, dan menghadapi dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah dia bayangkan.
"Bukan hanya kebohongan yang bisa membunuh—tapi juga kebenaran yang kau ungkap."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 : Harga diri dan Seribu Tael
Setelah percakapan singkat dengan Tianlan di ruang kerjanya, Kaisar memanggil Kasim Zhao, pelayan setia yang telah melayani istana selama puluhan tahun. Dengan suara tenang namun penuh wibawa, Kaisar berkata, “Pergilah ke kediaman Pangeran Ketiga dan panggil gadis itu. Katakan padanya bahwa aku ingin bertemu dengannya. Jangan terlalu lambat.”
Kasim Zhao membungkuk dalam-dalam sebelum bergegas menuju kediaman Tianlan. Berita tentang panggilan Kaisar segera sampai ke telinga Xin Lian, yang saat itu tengah menikmati waktu istirahatnya.
“Aku?” Xin Lian menatap pelayan yang membawakan pesan itu dengan alis terangkat. “Kaisar ingin bertemu denganku? Apa dia bosan di istana?” gumamnya pelan, tapi cukup terdengar. Dia tersenyum licik, lalu berdiri dengan anggun. “Baiklah, aku akan pergi. Siapa tahu ini peluang besar.”
Saat memasuki ruang kerja Kaisar, Xin Lian berjalan dengan percaya diri, meskipun hatinya sedikit berdebar. Di hadapannya, duduklah pria yang memegang kekuasaan tertinggi di seluruh negeri. Namun, Xin Lian bukanlah tipe yang mudah terintimidasi. Dia membungkuk sopan, tetapi tidak terlalu rendah, dan menatap Kaisar dengan mata jernih penuh keyakinan.
“Salam untuk Yang Mulia,” katanya dengan suara lembut, namun nada bicaranya menyiratkan bahwa dia tidak takut pada siapa pun.
Kaisar mengamatinya dengan penuh minat. Gadis ini memang berbeda. Selain wajahnya yang cantik, ada sesuatu dalam sikapnya yang membuatnya menonjol. Dia memiliki kesombongan yang halus, kecerdasan yang tajam, dan kepercayaan diri yang tidak biasa.
“Jadi, kau adalah gadis yang menyembuhkan Tianlan,” kata Kaisar, nadanya santai namun penuh pengamatan.
“Hamba hanya membantu sedikit,” jawab Xin Lian, tersenyum kecil. “Pangeran Ketiga yang memiliki kekuatan untuk sembuh, hamba hanya alat kecil di tangannya.”
Kaisar tertawa kecil. “Kau pandai memilih kata-kata, tapi aku yakin kau lebih dari sekadar ‘alat kecil’. Apa kau tahu, Tianlan jarang memuji seseorang. Tapi tentangmu, dia berbicara lebih dari biasanya.”
Xin Lian menoleh sekilas ke Tianlan, yang berdiri di sisi ruangan dengan ekspresi datar. “Benarkah? Pangeran Ketiga sepertinya tidak menunjukkan itu padaku,” katanya, nada suaranya setengah menggoda.
Tianlan mendengus pelan, tetapi tidak menjawab.
Di sisi lain, Putra Mahkota yang duduk di sudut ruangan tersenyum penuh arti. “Ayah, aku juga bertemu dengan gadis ini sebelumnya. Dia memang menarik. Jika dia tidak cocok untuk Tianlan, mungkin aku yang akan membawanya.”
Xin Lian melirik Putra Mahkota dengan senyum tipis. “Yang Mulia Putra Mahkota, hamba rasa Anda harus memilih kata-kata Anda dengan hati-hati. hamba hanya seorang dukun kecil. Jika hamba terlalu menarik perhatian, bukankah itu akan merepotkan Anda?”
Putra Mahkota tertawa terbahak-bahak. “Kau memang menarik, lebih dari yang kuduga.”
Tianlan akhirnya angkat bicara, suaranya dingin seperti es. “Kakak, aku rasa kau punya urusan lain selain mengganggu pembicaraan ini.”
Putra Mahkota hanya tersenyum santai, seolah menikmati reaksi Tianlan. Kaisar, yang memperhatikan interaksi ini, tersenyum kecil.
“Xin Lian,” kata Kaisar, nadanya berubah serius, “aku ingin kau tetap berada di istana untuk sementara waktu. Aku akan memberimu tempat khusus di sini.”
Xin Lian terkejut sesaat, tetapi dengan cepat menyembunyikannya. “Yang Mulia terlalu murah hati. Namun, hamba hanya seorang dukun kecil. Apa saya pantas untuk itu?”
Kaisar mengangguk pelan. “Pantas atau tidak, itu keputusanku.”
Tianlan tetap diam, tetapi matanya menyiratkan ketidakpuasan yang samar. Di sisi lain, Putra Mahkota tersenyum penuh arti, tampak senang dengan keputusan Kaisar. Xin Lian merasa suasana di ruangan itu semakin tegang, dan dia tahu bahwa dirinya kini berada di tengah konflik yang jauh lebih besar daripada yang dia duga.
Xin Lian menatap Kaisar dengan ekspresi penuh keyakinan, lalu dengan tiba-tiba, ia menghela napas panjang, seolah-olah sedang memikul beban yang berat. “Yang Mulia,” katanya dengan nada mengiba, “jika hamba harus tinggal di istana, bagaimana hamba bisa mendapatkan uang untuk hidup? Hamba hanyalah seorang gadis kecil yang lemah dan miskin. Jika hamba tidak memiliki uang, bagaimana hamba akan menjalani hidup hamba selanjutnya?”
Kata-kata itu membuat suasana di ruangan menjadi hening sejenak. Kaisar, yang biasanya tidak mudah terkejut, mengangkat alisnya, lalu tersenyum kecil. “Oh? Bukankah Pangeran Ketiga telah memberimu uang? Atau mungkin dia terlalu pelit?” godanya, tatapannya melirik Tianlan yang berdiri di sudut ruangan.
Xin Lian melirik Tianlan dengan ekspresi setengah mengeluh. “Yang Mulia, Pangeran Ketiga hanya memberikan pekerjaan, bukan bayaran. Hamba harus menghidupi diri hamba sendiri. Jadi, bagaimana dengan bayaran hamba? Bukankah setiap pekerjaan layak mendapatkan imbalan?”
Kata-kata itu membuat Kaisar tertawa pelan, namun tawa itu mengandung kekaguman. “Kau benar-benar tahu caramu berbicara, gadis kecil. Tidak tahu malu, tapi cerdas.”
Xin Lian tersenyum licik. “Tidak tahu malu? Yang Mulia, rasa malu hamba tidak lebih penting dari masa depan yang cerah.”
Tawa Kaisar semakin keras, menggema di ruangan itu. Namun, suasana menjadi lebih hidup ketika Putra Mahkota, Feng Heng, yang duduk santai di sisi ruangan, ikut tertawa terbahak-bahak. “Gadis kecil, jika kau benar-benar menyukai uang, datanglah padaku. Aku akan memberimu sebanyak yang kau mau. Xin Lian, jadilah milikku,” katanya, nadanya setengah menggoda namun penuh arti.
Tianlan, yang sejak awal hanya diam, akhirnya menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan. Matanya menajam, dan aura dingin perlahan menyelimuti dirinya. Kutukan yang selama ini ia tanggung tidak hanya melemahkan tubuhnya, tetapi juga membuat emosinya lebih sulit dikendalikan.
Namun, sebelum Tianlan sempat bereaksi, Xin Lian melirik Feng Heng dengan senyum tipis. “Maaf, Yang Mulia Putra Mahkota, tapi hamba tidak berniat menjadi milik siapa pun. Hamba adalah milik diri hamba sendiri. Mengapa hamba ingin merepotkan diri dengan status sebagai milik orang lain?”
Kata-kata itu membuat Tianlan sedikit tenang, tetapi Feng Heng justru semakin tertarik. “Dan uang?” Feng Heng bertanya dengan nada santai, matanya berkilat penuh rasa ingin tahu.
Xin Lian menatapnya dengan tajam, senyumnya masih menghiasi wajahnya. “Meskipun hamba suka uang, hamba tidak suka perasaan dikendalikan. Uang tanpa kebebasan hanyalah belenggu yang indah.”
Tatapan Feng Heng berubah lebih dalam, dan senyum penuh minat kembali menghiasi wajahnya. “Kau menarik, sangat menarik,” gumamnya pelan, namun cukup keras untuk didengar semua orang di ruangan itu.
Kaisar, yang memperhatikan interaksi itu, tersenyum kecil. Tatapannya penuh apresiasi terhadap Xin Lian. “Gadis ini tidak hanya cantik, tetapi juga memiliki keberanian dan kecerdasan. Tianlan, aku rasa kau tidak akan mudah menaklukkannya.”
Tianlan tidak menjawab, tetapi ekspresinya semakin dingin. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa gadis ini bukan hanya sekadar dukun biasa. Dia adalah badai kecil yang akan mengubah banyak hal di istana.
Kaisar berdiri dari kursinya dan melangkah ke arah Xin Lian. “Xin Lian, mulai hari ini, kau akan tinggal di istana. Aku ingin melihat bagaimana kau menghadapi semua ini.”
Xin Lian membungkuk sopan, tetapi dalam hatinya, dia tahu ini hanyalah awal dari masalah yang lebih besar.
***
Xin Lian menatap Kaisar yang berdiri dengan anggun di hadapannya, namun dalam hatinya, dia mendesah panjang. Ck... pria tua ini, aku memang senang berada di istana karena kemewahan, tapi bukan berarti aku ingin tinggal selamanya di sini. Yang Mulia, lebih baik berikan aku banyak uang, dan setelah menyembuhkan Pangeran Ketiga, aku akan segera pergi dari sini dan memulai kebebasanku sendiri. Intrik istana tidak cocok untukku, keluhnya dalam hati, sembari tetap mempertahankan senyuman sopan di wajahnya.
Kaisar, yang memiliki pengalaman membaca wajah orang lain selama bertahun-tahun, menangkap kilatan ketidakpuasan di mata Xin Lian. Dia berdeham pelan, lalu berkata dengan nada yang lebih ringan, “Xin Lian, sebagai bayaran atas jasamu, aku akan memberikan sepuluh ribu tael perak. Apakah itu cukup untukmu?”
Mata Xin Lian yang semula tampak acuh langsung melebar, berbinar seperti bintang di malam hari. Wajahnya yang tadi penuh kehati-hatian kini berubah menjadi ekspresi antusias. Sepuluh ribu tael? Itu cukup untuk hidup nyaman selama bertahun-tahun! pikirnya, tanpa bisa menyembunyikan kegembiraan.
Tianlan, yang berdiri di sudut ruangan, hanya bisa menghela napas pelan. Dia sudah mulai memahami bahwa gadis ini memiliki kelemahan yang sangat sederhana: uang.
Kaisar memperhatikan perubahan ekspresi Xin Lian dan tidak bisa menahan senyum kecil. “Apa kau puas dengan jumlah itu?” tanyanya, merasa geli melihat reaksi gadis itu.
Namun, apa yang terjadi selanjutnya membuat Kaisar tertegun sejenak. Xin Lian, dengan wajah penuh percaya diri, melangkah maju sedikit dan berkata, “Yang Mulia, bagaimana dengan deposit?”
Ruangan itu langsung sunyi sesaat. Tianlan melirik ke arah gadis itu dengan tatapan tidak percaya, sementara Putra Mahkota Feng Heng yang duduk di kursinya hampir tersedak oleh tawa yang ditahannya.
Kaisar akhirnya meledak dalam tawa keras yang menggema di ruangan. “Kau benar-benar gadis yang menarik! Baru akan bekerja, tetapi sudah meminta deposit pembayaran? Hahaha! Kau ini licik, tetapi aku menyukainya!”
Xin Lian tersenyum licik, mengangkat dagunya sedikit. “Yang Mulia, hamba hanyalah seorang gadis kecil yang harus memastikan masa depan hamba. Bagaimana jika sesuatu terjadi sebelum tugas hamba selesai? Bukankah deposit adalah bentuk jaminan?”
Kaisar tertawa semakin keras, bahkan sampai memegang perutnya. “Baiklah, baiklah! Aku akan memberikanmu deposit lima ribu tael. Tapi ingat, kau harus menyembuhkan Tianlan dengan baik!”
Xin Lian membungkuk hormat, tetapi di dalam hatinya dia bersorak kegirangan. Lima ribu tael! Ini awal yang baik. Setelah selesai di sini, aku bisa hidup nyaman di mana pun aku mau!
Sementara itu, Tianlan hanya bisa menggelengkan kepala pelan. Gadis ini memang tidak tahu malu, tetapi dia tidak bisa menyangkal bahwa keberanian dan kecerdasannya adalah sesuatu yang membuatnya sulit untuk diabaikan.
Feng Heng, yang sejak tadi menikmati pertunjukan itu, tiba-tiba berkata dengan nada santai, “Ayah, kalau gadis ini terlalu sulit untuk Tianlan, bagaimana kalau aku saja yang menjaganya? Aku yakin dia akan lebih nyaman bersamaku.”
Kata-kata itu membuat Xin Lian tertegun, tetapi Tianlan memicingkan matanya dengan tajam, aura dingin perlahan menyelimuti dirinya. Kaisar melirik kedua putranya dan tersenyum kecil. “Xin Lian, kau benar-benar membawa badai kecil ke dalam istana ini.”
.
.
.
.
.
.
Halo semuanya, Ayo mampir dikarya Author yang lainnya yaa 😘❤️
Every day the crown prince Wants to capture me (Gadis Militer, Cantik, Berani, Pintar dan barbar vs Putra Mahkota, si Akting Ayam Lemah tapi Berperut Hitam)
Shadow Queen : Dance of Deception (Pencuri dan pembunuh Cantik vs Pangeran Kesembilan dan Jenderal)
Rebirth and Redemption (Mantan Aktris, dan sekarang Calon Idol vs Pria Tampan, Seksi, dan Kaya Raya)
Karakter nya ga kalah barbar dari Xinxin loh, mampir Yuksss 💕✌️
awal yg menarik 😍