Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Titik Balik Nadia
Widuri pulang hari itu dengan perasaan campur aduk. Dia masih merasa terluka oleh apa yang terjadi, tetapi dia juga bangga pada dirinya sendiri karena tidak menyerah.
“Ini baru permulaan,” pikirnya. “Aku akan tunjukkan bahwa aku lebih kuat dari apa yang mereka kira.”
Keesokan harinya, suasana sekolah terasa lebih tegang dari biasanya. Kabar bahwa Nadia dipanggil ke ruang guru oleh Pak Rian menyebar dengan cepat. Banyak siswa yang penasaran, termasuk geng Nadia sendiri.
Widuri mencoba bersikap biasa saja meskipun hatinya berdebar-debar. Dia tahu bahwa konfrontasi ini adalah momen yang telah dia tunggu-tunggu, tetapi dia juga merasa cemas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Di ruang guru, Nadia duduk dengan wajah kesal. Pak Rian membuka pembicaraan dengan nada tegas.
“Nadia, saya sudah menerima laporan bahwa kamu menyebarkan gosip yang tidak benar tentang Widuri,” kata Pak Rian sambil menatap langsung ke matanya.
Nadia tersentak, tetapi mencoba tetap tenang. “Pak, itu cuma gosip biasa. Lagipula, siapa yang bilang kalau saya yang nyebarin?”
Pak Rian tidak langsung menjawab. Dia mengeluarkan ponsel Widuri dan memutar rekaman yang berisi percakapan Nadia di kantin.
Warna wajah Nadia langsung berubah. Dia mencoba menyangkal, tetapi suaranya sendiri menjadi bukti yang tak terbantahkan.
“Saya tidak menyangka kamu bisa melakukan ini, Nadia,” kata Pak Rian dengan nada kecewa. “Kamu tahu betapa seriusnya dampak gosip seperti ini, terutama terhadap Widuri.”
Nadia menunduk, wajahnya memerah. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“Mulai hari ini, kamu akan mendapat peringatan resmi, dan saya juga akan memberitahukan ini kepada orang tuamu,” lanjut Pak Rian. “Selain itu, saya minta kamu meminta maaf kepada Widuri di depan teman-temanmu.”
---
Ketika Nadia keluar dari ruang guru, dia menemukan Widuri berdiri di luar. Ada campuran rasa malu dan marah di wajahnya.
“Jadi kamu puas sekarang?” tanya Nadia sinis.
Widuri menatapnya dengan tenang. “Ini bukan soal puas atau tidak, Nadia. Aku cuma ingin semua ini selesai.”
Nadia mendengus. “Kamu pikir semua orang bakal langsung berhenti ngomongin kamu setelah ini? Kamu terlalu naif, Widuri.”
Widuri menghela napas. “Aku nggak peduli apa yang orang lain pikirkan tentang aku. Yang penting aku tahu aku nggak salah.”
Nadia tidak menjawab dan langsung berjalan pergi. Namun, dalam hatinya, dia tahu bahwa posisi Widuri sekarang jauh lebih kuat daripada dirinya.
---
Selama beberapa hari berikutnya, suasana di sekolah perlahan berubah. Meski masih ada beberapa siswa yang membicarakan gosip lama, sebagian besar mulai menghormati keberanian Widuri untuk membela dirinya sendiri.
Damar, yang selama ini diam-diam memperhatikan perkembangan situasi, akhirnya memberanikan diri untuk berbicara dengan Widuri.
“Wid, aku dengar kamu berhasil ngasih pelajaran buat Nadia,” katanya sambil tersenyum tipis.
Widuri mengangkat bahu. “Aku cuma pengin masalah ini selesai. Aku capek jadi bahan gosip terus.”
“Aku tahu. Tapi aku kagum sama keberanian kamu,” kata Damar tulus.
Widuri tersenyum kecil. “Makasih, Damar. Aku cuma berusaha melakukan yang terbaik.”
---
Sementara itu, Nadia mulai merasa terisolasi. Banyak teman-temannya yang menjauh setelah insiden tersebut. Bahkan, beberapa anggota gengnya mulai mempertanyakan tindakan Nadia selama ini.
“Aku nggak nyangka kamu bisa sampai segitunya, Nad,” kata salah satu temannya suatu hari.
“Itu cuma buat seru-seruan aja,” jawab Nadia defensif.
“Tapi kamu tahu kan itu salah? Sekarang kita semua ikut kena imbasnya.”
Kata-kata itu terus terngiang di kepala Nadia sepanjang hari. Dia mulai menyadari bahwa tindakannya tidak hanya merugikan Widuri, tetapi juga dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
---
Di sisi lain, Widuri merasa semakin percaya diri. Dia mulai fokus pada kegiatan di sekolah dan kehidupannya sendiri. Gosip yang dulu membuatnya merasa terpuruk kini terasa seperti angin lalu.
Namun, dia tahu bahwa ini bukan akhir dari perjuangannya. Dunia ini penuh dengan tantangan, dan dia harus terus belajar untuk menghadapi semuanya dengan kepala tegak.
Satu hal yang pasti, Widuri tidak akan pernah membiarkan siapa pun menjatuhkannya lagi.