NovelToon NovelToon
TABUR PASIR

TABUR PASIR

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Iblis / Keluarga / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Siswondo07

[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.

Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.

Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misterius

Jaya hari ini sudah bersiap untuk bertemu Dewi dirumahnya. Saat diruang tamu rumah baru Pak RT, Jaya pamit untuk pergi dan mengucapkan banyak terimakasih karena sudah Sudi menampung selama berhari-hari. Pak RT nampak tidak keberatan karena Jaya sudah dianggap seperti anak sendiri. Saat Jaya akan melangkah keluar rumah, Pak RT memberhentikan langkahnya sesaat, lalu berkata untuk menasehati sesuatu hal.

"Nak, hati-hatilah dengan kebaikanmu membantu Dewi, jaga Dewi dengan baik karena ia sekarang jadi anak yatim piatu sebatang kara. Ingat Nak, seseorang yang terlihat baik dan seolah peduli pada kita bisa saja menjadi ular yang sangat jahat dibelakang kita." Ungkap Pak RT, lalu memeluk sejenak Jaya.

Jaya lalu memeluk erat Pak RT seperti memeluk Ayahnya sendiri. "Baik Pak. Terima kasih sudah memberi saya wejangan." Ucap Jaya, lalu melepaskan pelukannya dan senyum kecil pada Pak RT.

"Berangkatlah. Jangan lupa selalu doa demi keselamatan dirimu." Ungkap Pak RT.

"Baik Pak. Saya Pamit." Jawab Jaya. Lalu lekas langkahnya keluar rumah dan meninggalkan Pak RT. Jaya memasuki mobil dan melaju meninggalkan rumah itu untuk menuju ke rumah Dewi.

Sepanjang perjalanan didalam mobil, rasa hatinya bergejolak, seolah ada pertanda sesuatu hal buruk akan kembali. Jaya mencoba mengabaikannya dan terus berdoa agar hatinya tenang, saat hatinya sudah tenang barulah ia fokus menyetir mobil.

Namun dalam perjalanan, saat dilampu merah terlihat diujung perempatan jalan, dipinggir tepat aspal, begitu banyak orang mengerubungi suatu kecelakaan mobil. Mobil itu begitu hancur dan ringsek saat truk menabraknya dari depan. Jaya juga melihat seorang yang terluka parah terbaring tak berdaya dipinggir jalan, salah satu orang terlihat berusaha menghubungi ambulan namun belum juga datang. Jaya yang rasa kemanusiaannya kuat lekas menepikan mobilnya untuk membantu pria itu.

Saat mobil sudah menepi, ia keluar dan berjalan secepat mungkin ke arah pria itu. Lalu meminta pada warga untuk membantu membawa Pria itu ke dalam mobilnya. Saat Pria itu sudah dipindahkan kedalam mobil, Jaya mengucapkan banyak terima kasih pada warga. Jaya lekas secepat kilat membawa Pria itu kerumah sakit terdekat untuk pengobatan.

Saat sudah sampai dirumah sakit, Mobil Jaya berhenti tepat dijalan tunggu. Disitulah Jaya teriak minta tolong pada suster agar segera membawa Pria itu untuk diobati. Serentak semua suster yang berada diarea itu melangkah membuka mobil, ada yang membawa troli dan mengangkut Pria itu ke atas troli, lalu dibawanya kedalam rumah sakit untuk ditangani lebih lanjut.

Jaya lekas memarkirkan mobilnya lebih dulu diarea terdekat. Saat sudah diparkirkan ia segera keluar. Namun ketika akan keluar terlihat dikaca spion dalam mobil kecil yang mengarah ke tempat duduk belakang, ada dompet Pria itu jatuh dibangku mobil. Segeralah Jaya mengambilnya, lalu membuka dompet itu dan melihat identitas Pria itu yang namanya adalah "Agus Wiratmoko." Identitas ini sangat penting untuk melakukan administrasi dirumah sakit. Jaya lalu secepatnya keluar dari mobil dan menuju ke dalam rumah sakit.

Sepanjang perjalanan menuju ke dalam rumah sakit, Jaya mampir ke resepsionis untuk melakukan pembayaran tagihan dan mencari informasi keberadaan Agus. Saat itulah resepsionis bilang bahwa Agus dalam masa proses operasi karena mengalami penyumbatan darah diotaknya. Jaya mendengar hal itu lekas berlari menuju keruang operasi.

Didepan ruang operasi, operasi masih berjalan hingga 5 jam lamanya. Saat itulah ponselnya berdering oleh panggilan Dewi. Jaya yang melihatnya lekas mengangkatnya.

"Kamu sudah sampai mana?" Tanya Dewi mengenai keberadaan Jaya diujung telepon.

"Aku minta maaf Dewi, aku tadi dalam perjalanan, namun ditengah jalan ada yang kecelakaan parah. Aku nggak tega lihat ambulan belum sampai juga. Jadi aku menolongnya membawa ke rumah sakit, sekarang aku menunggu Pria itu sedang dioperasi." Jawab panjang lebar Jaya pada Dewi.

"Kau tahu identitas Pria itu?" Tanya kembali Dewi yang penasaran siapa namanya.

"Tau. Namanya Agus Wiratmoko." Jawab Jaya.

Seketika Dewi terdiam sejenak karena kaget dan berkata "Aku yakin ini Agus sopir pribadi Jose dan kaki tangannya Paman Sam." Ucap Dewi dengan nada yang dingin.

"Kasih aku alamat rumah sakitnya. Aku kesana sekarang." Ucap kembali Dewi pada Jaya.

"Ok aku akan kirim." Jawab Jaya.

Saat itulah panggilan telepon itu berakhir. Jaya lekas mengirimkan pesan alamat dan share lokasi pada Dewi.

-

Dewi sudah sampai dirumah sakit, ia masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ke tempat operasi yang sebentar lagi selesai. Saat melihat Jaya diujung lorong sedang duduk sembari memainkan ponselnya, Dewi mempercepat langkahnya untuk menemui Jaya. Sesampainya didekat Jaya ia menyapanya.

"Jaya. Masih belum selesai operasinya?" Tanya Dewi didekat Jaya.

"Belum Wi. Duduklah disampingku." Jawab Jaya kembali mempersilahkan Dewi untuk duduk didekatnya.

Dewi duduk disamping Jaya sembari Menatap jam dinding yang terus berputar mengelilingi angka. Satu detik, satu menit, satu jam terlalu berlalu. Akhirnya yang ditunggu telah keluar, yaitu dokter bedah operasi.

Seketika Dewi dan Jaya berdiri dari duduknya dan melangkah menemui Dokter itu.

"Bagaimana Kondisinya Dok?" Tanya Jaya pada Dokter itu.

Dokter Pria itu membuka maskernya dan berkata "Syukurlah, operasi berjalan lancar dan beliau sudah melewati masa kritis. Jadi hanya melakukan istirahat untuk pemulihan." Ucap Dokter itu.

Dewi dan Jaya mendengarkan hal itu merasa lega. Dewi dan Jaya mengucapkan terimakasih. Lalu Dokter itu melangkah masuk lagi kedalam ruang operasi.

Sementara Dewi dan Jaya duduk kembali. Saat duduk bersebelahan Dewi berkata.

"Dua hari lagi aku harus menghadiri pertemuan sekte itu. Aku pastikan akan kuhancurkan ruangan itu sampai menjadi debu. Aku tidak mau orang-orang yang mengikuti sekte itu berlarut-larut dalam penderitaan, aku harus memutus rantai perjanjian itu." Kedua tangan Dewi yang berada diatas pahanya lalu mengepal dengan kuat, matanya tajam penuh dengan amarah.

"Akan kutemani kamu? Walau aku tidak bisa ikut tapi akan selalu memantaumu. Saat masuk kau harus bawa kamera kecil." Ungkap Jaya pada Dewi, matanya menoleh ke arah Dewi.

Dewi mendengar ucapan Jaya lekas menoleh juga kearah wajahnya. Lalu mengucapkan Terimakasih karena sudah mau ikut membantu sejauh ini.

"Kita butuh informasi Agus juga, pasti Agus punya sesuatu hal besar yang tidak kita ketahui." Ungkap Dewi.

"Kau betul Dewi." Jawab Jaya.

Lalu keduanya tetap disitu dan berbincang-bincang banyak, sembari menunggu sampai Agus dipindah ketempat ruang rawat inap.

-

Paman Sam berada dirumahnya, ia sedang duduk diruang tamu. Lalu Bibi Sam yang baru saja dari kamarnya membawa sebuah berkas amplop coklat, isinya sebuah rahasia misterius. Amplop besar itu diberikan ke Paman Sam, bibi lalu duduk didekatnya.

Paman Sam lalu menerima Amplop itu. Saat sudah dilakukan pengecekan berkas yang misterius itu. Seorang datang mengetuk pintu rumahnya beberapa kali. Paman lekas beranjak berdiri dan melangkah menuju ke arah pintu masuk, ia lalu membuka pintu dan melihat seorang pria berperawakan Sopir pribadi meminta berkas Amplop, diberikannya berkas itu pada Pria itu. Saat sudah dibawa dan terlihat dibalik pintu terbuka sedikit Pria itu berjalan menuju ke arah mobil yang terparkir pinggir jalan, saat itulah Paman menutup pintu rumah kembali. Lalu duduk dikursi dengan wajah datar, begitupun dengan wajah Bibi juga biasa saja.

Paman lalu mengambil ponselnya yang berada diatas meja tamu. Lalu menghubungi sebuah nomor misterius dan didalam percakapan itu berkata "Jangan sakiti dia, camkan itu." Setelah selesai bicara, Paman menutup telepon. Itu.

Semua suasana kembali seperti biasa.

*

1
Ree Prasetya
yuhhhuu mantep
..
Ree Prasetya
bagus novelnya

..
Yowilly: terima kasih kak
total 1 replies
Ree Prasetya
lanjut...
Ree Prasetya
cakep
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!