Dario Maverick dan Alice sudah menikah selama lima tahun lamanya. Namun, keduanya tak kunjung memiliki keturunan. Sampai dimana ibu mertua Alice meminta Dario untuk menikah lagi. Di saat itu, Alice memilih pergi agar suaminya bisa menikah lagi.
Namun, siapa sangka. Jika dirinya pergi ternyata sedang dalam keadaan sedang mengandung. Alice tidak membatalkan kepergian nya, justru dia melanjutkan kepergian dan meninggalkan cintanya.
Apakah nantinya Dario dan Alice akan bertemu? Bagaimana status pernikahan mereka setelah Alice memutuskan untuk pergi? Apakah Dario memilih menikah lagi ketika istri nya pergi, ataukah justru mencarinya?
BACA SEGERA!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kartu hitam yang terlacak
Si kembar berjalan begitu riangnya memasuki pasar, keduanya menatap ke sekitar pasar yang ramai. Banyak sekali pedagang dan pembeli yang ada di sana, membuat Alexa heboh sendiri di buatnya. "Lamai cekalii!" Seru Alexa.
"Kalau cepi ya kubulan, gitu aja kau nda tau cumiati." Desis Eliza yang mana membuat Alexa melunturkan senyumannya.
"Sudah, jangan bertengkar. Ayo ikut Mommy, pegangan! Jangan sampai terlepas yah. Kalau hilang, Mommy susah carinya." Tegur Alice.
Eliza dan Alexa mengangguk, keduanya memegang rok sang mommy dan berjalan mengikuti nya. Sampai dimana Alice terhenti di depan toko agen makanan, dia akan membeli beberapa snack untuk stok di warung. Sementara si kembar asik melihat jajanan yang lain yang ada di toko itu. "Ada pelmen Lija." Seru Alexa sembari menunjuk toples permen.
"Jangan, gigimu bolong nanti." Tegur Eliza.
Alexa cemberut sebal, dia mengalihkan pandangannya pada sang mommy yang sedang membayar belanjaannya. Tak lama, Alice menerima kardus pemberian agen yang berisikan belanjaannya. Mereka pun melanjutkan perjalanan ke tempat lain untuk membeli kebutuhan warung. Hingga tak terasa, Alice merasa sudah belanja semua yang di butuhkan. Dia pun memutuskan untuk pulang karena hari juga sudah semakin siang. Kedua bocah kembar itu hanya membeli kue pancong yang kini sudah berada di dalam mulut mereka.
"Enak yang Lija, nanti kita beli lagi kalau kecini," ujar Alexa dengan pipi menggembung.
"Heum, enak. Mommy, nanti kita beli lagi yah!" Seru Eliza dengan mendongakkan kepalanya.
Alice tersenyum, dia ingin mengusap kepala kedua putrinya. Namun, barang-barang yang dia bawa membuatnya tidak bisa melakukan hal itu. Hingga tiba lah mereka di tepi jalan dan menunggu angkot yang akan membawa mereka pulang ke rusun.
"Ih, Mommy! Itu ada uang melaaahh!" Seru Alexa sembari menunjuk ke arah tengah jalan dimana terlihat selembar uang berwarna merah ada di sana.
"ALEXAAA!" Teriak Alice saat melihat Putrinya berlari ke tengah jalan di saat kendaraan sedang ramai berlalu lalang.
Banyak mobil berlalu lalang, membuat ALice panik. Dia langsung menjatuhkan barang belanjaannya dan berniat ingin menolong putrinya. Namun, matanya tak sengaja melihat sebuah mobil yang melaju cukup kencang. Sedangkan putrinya sedang dalam keadaan berjongkok. Pastinya, mobil itu tak akan bisa melihat keberadaan Alexa. Bergegas, Alice berlari ke tengah jalan untuk menyelamatkan putrinya.
"ALEXAAA!"
Alice berhasil menarik putrinya dan mendorongnya ke tepi jalan. Sayangnya, dirinya tak sempat menyelamatkan diri hingga membuatnya tertabrak. Seketika, Alice langsung tak sadarkan diri di tempat.
"MOMMYY!" Pekik kedua anak itu saat melihat sang mommy yang terbaring di tengah jalan. Sedangkan mobil tadi, dia pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab.
Alexa dan Eliza berlari ke tengah jalan, keduanya langsung mendekati tubuh sang mommy yang sudah tak berdaya itu. Dengan air mata yang membasahi pipi mereka, keduanya mengguncang tubuh sang mommy dengan kuat. Berharap, saat ini Alice akan bangun dan melihat mereka.
"Mommy hiks ... tolong Mommy Lekcaa! Tolong Mommy Lekcaaa!" Teriak Alexa.
Sayangnya, orang-orang di sana tak ada yang menolongnya. Bahkan, Alexa sampai berdiri dan memegang tangan seorang pemuda. Berharap, pemuda itu dapat menolong sang mommy. Namun, apalah daya. Pemuda itu tak mau membantunya. Mereka hanya bisa menelpon ambulan untuk datang dan tak ingin menyentuh korban sama sekali.
"Mommy hiks ... Mommy ...,"
"KAK ALICE?!"
Secara mengejutkan, Dara datang dan mendekati tubuh Alice yang masih terbaring pingsan. Dia yang tadinya sedang ada tugas kelompok di daerah yang sama, di kejutkan dengan berita orang kecelakaan. Tak di sangka, ternyata yang menjadi korbannya adalah Alice.
"Mbak, ambulan sudah datang!" Seru seorang ibu-ibu.
Dara beranjak, dia membiarkan para petugas medis memeriksa keadaan Alice. Lalu, petugas medis itu mengangkatnya ke brankar dan membawanya masuk ke dalam mobil. Dara dan si kembar pun turut masuk ke dalam mobil ambulan itu yang akan membawa mereka menuju rumah sakit.
Sementara di lain tempat, Dario sedang mengadakan rapat penting dengan para petinggi perusahaan. Dia begitu serius memperhatikan salah satu rekannya sedang menjelaskan tentang bisnis yang sedang mereka geluti. Namun, secara tiba-tiba Dario merasa d4danya terasa sangat sakit hingga membuatnya kesulitan bernafas.
"Tuan, anda tidak apa-apa?" Tanya Asisten Ravi saat melihat ada yang tidak beres dengan Dario.
Dario menggeleng, dia tidak tahu mengapa d4danya terasa sangat sakit seperti ini. Jantungnya bahkan berdetak lebih kencang dari sebelumya. Satu nama yang terlintas dalan pikirannya, yang mana membuat jantungnya bertambah berdetak semakin kuat.
"Alice." Batin Dario.
.
.
.
"Mohon untuk mengurus administrasinya dulu agar kami segera melakukan tindakan!" Seru seorang suster sembari menahan Dara yang akan turut masuk ke dalam ruang UGD.
Dara menatap kesal ke arah suster itu, "Sus! apa gak bisa di tangani dulu?! Saya akan bayar! Tapi tolong, tangani kakak saya dulu!" Sentak Dara.
Si kembar masih juga menangis sembari memegangi kaki Dara. Keduanya terlihat sangat trauma dengan kejadian yang mereka alami. Bagaimana tidak? Di depan mata mereka sendiri, keduanya melihat bagaimana mobil berwarna putih itu menabrak sang mommy hingga membuatnya tak sadarkan diri.
"Prosedurnya seperti itu, tolong segera urus administrasinya agar pasien bisa segera kami tangani." Terang suster itu kembali.
"Ck!" Dara berdecak sebal, dia pun membawa keponakannya menuju tempat pembayarannya.
Sesampainya di sana, Dara langsung mengisi data diri Alice. Setelah selesai, suster memberikan tagihan awal yang membuat Dara melongo di buatnya. "Ini rumah sakit apaan sih! Masa belum di tangani udah di suruh bayar aja!" Pekik Dara tidak terima.
"Memang prosedurnya seperti itu Nona." Ujar suster itu dengan sopan.
"Kalian ngerti kemanusiaan gak sih?! Masa tunggu orang m4ti dulu baru di tangani?! Stres kalian ini yah?!" Seru Dara dengan kesal.
"Jika Nona tidak mau, maka penanganan untuk pasien akan tertunda," ujar suster itu yang mana membuat Dara menatap tak percaya padanya. Terpaksa, Dara mengeluarkan dompetnya. Sayangnya, uang di dompetnya hanya tersisa lima puluh r1bu saja. Sementara biaya yang harus di keluar kan berkisar tiga juta.
"Gak ada uang lagi." Gumam Dara.
Tatapan Dara jatuh pada tas Alice yang dirinya pegang saat ini. Bergegas, Dara membuka tas itu dan mengecek isi dalamnya. Di temukannya dompet milik Alice, Dara pun memutuskan untuk membukanya. Terlihat, di dalam dompet Alice pun hanya tersisa beberapa lembar uang lima ribu dan receh lainnya. Tatapannya pun terjatuh pada kartu hitam yang pernah mereka bicarakan sebelumnya.
Dara mengambil kartu itu, dia menatap kartu itu dengan tatapan ragu. Tak ada jalan lain lagi, Alice harus segera di tangani. Kartu hitam itu, adalah jalan terakhir untuk saat ini. "Saya bayar pakai ini mbak." Seru Dara sembari menyerahkan kartu hitam itu yang mana membuat suster itu saling pandang dengan yang lain.
"Ba-baik." Sister itu langsung memprosesnya. Lalu, dia meminta Dara untuk memasukkan pin nya.
Dara terdiam, dia tidak tahu apa nomor pin kartu itu. Dia pun menepuk keningnya untuk meru*tuki kebodohannya saat ini. Tak lama, dirinya teringat dengan perkataan Alice beberapa waktu lalu.
"Tanggal Lahir si kembar sama dengan tanggal lahir ku. Jadi, kami memiliki sifat yang hampir mirip sebenarnya."
Senyum Dara terbit, dia merasa yakin jika pin kartu hitam itu adalah tanggal lahir Alice. Bergegas, dia memasukkan nomor tersebut. Benar saja, ternyata Dario menjadi kan tanggal lahir Alice sebagai pin kartu hitam itu.
"Tagihannya sudah di bayarkan, kami akan segera menangani pasien. Terima kasih." Seru suster itu sembari menyerahkan kembali kartu hitam milik Alice pada Dara
Tanpa Dara ketahui, jika perbuatannya akan membuat Alice terjebak dalam masalah. "Maaf kak, aku tidak ada pilihan lain." Ringis Dara dalam hatinya.
.
.
.
Di kantornya, terlihat Dario tengah melihat keningnya karena kepalanya yang terasa sangat pusing. Tubuhnya terasa tidak enak entah karena apa. Tak pernah Dario merasakan ini sebelumnya, baru kali ini dia merasa seperti saat ini. Aneh memang, tapi Dario tidak tau apa penyebabnya.
Brak!
Dario di kejutkan dengan suara gebrakan yang asistennya itu timbulkan. Dia ingin memarahinya, tetapi melihat raut wajah terkejut asistennya membuat dia mengurungkan niatnya. Asistennya bahkan mendekatinya dengan kepanikan yang sangat terlihat jelas dari ekspresi wajahnya.
"Tuan! Nona memakai kartu hitam yang anda berikan!"
"Apa?!" Pekik Dario.
Dario bergegas mengambil jasnya yang tersampir di kursi, lalu pria itu memakainya dengan gerakan cepat. Mendadak, sakit yang Dario rasakan tadi menghilang begitu saja Tubuhnya mendadak terasa sehat seperti biasanya.
"LACAK KEBERADAANNYA SEKARANG JUGA!"
____
Jangan lupa dukungannya🥰🥰