Ayu menggugat cerai suaminya karena tak ingin dimadu. Memiliki tiga orang anak membuat hidupnya kacau, apalagi mereka masih sangat kecil dan butuh kasih sayang yang lengkap, namun keadaan membuatnya harus tetap kuat.
Sampai pada suatu hari ia membanting setir menjadi penulis novel online, berawal dari hobi dan akhirnya menjadi miliarder berkat keterampilan yang dimiliki. Sebab, hanya itu yang Ayu bisa, selain bisa mengawasi anak-anaknya secara langsung, ia juga mencari wawasan.
Meskipun penuh rintangan tak membuat Ayu patah semangat. Demi anak-anaknya ia rela menghadapi kejam ya dunia sebagai single Mom
Bergulirnya waktu, nama Ayu dikenal di berbagai kalangan, disaat itu pula Ikram menyadari bahwa istrinya adalah wanita yang tangguh. Berbagai konflik pun kembali terjadi di antara mereka hingga masa lalu yang kelam kembali mencuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Percaya diri
Ayu berdiri di belakang pintu. Matanya terus mengelilingi setiap tamu yang berlalu lalang keluar masuk ruangan. Bahkan, di antara mereka sudah menatapnya dengan tatapan yang tak dimengerti. Tidak ada yang aneh, layaknya pesta pernikahan orang kaya yang dulu sering ia hadiri dengan Ikram, ruangan itu dipenuhi dekorasi yang luar biasa indahnya.
"Selamat datang, Nyonya." Seorang pelayan menghampiri Ayu dan menyapanya.
Ayu mengangguk pelan diiringi dengan senyuman.
"Apa Anda membutuhkan sesuatu? Mungkin saya bisa membantu," ucapnya lagi.
"Tidak, aku hanya mencari seseorang," jawab Ayu asal kemudian berlalu. Berdiri di tengah tamu yang lainnya.
Beberapa pasang mata mulai perhatikan Ayu. Meskipun sudah berusaha untuk menyelinap, mereka tak mungkin mengabaikan kecantikan yang terpampang jelas. Sebagian dari tamu pria berbisik dengan mata yang mengarah padanya.
Dari jauh, nampak mempelai pengantin naik ke atas pelaminan. Suara tepuk tangan mengiringi saat mereka duduk di kursi ratu dan raja.
Ayu mengambil segelas sirup yang dibawa pelayan saat melintas. Lantas, ia duduk dan meneguknya untuk membuang jauh rasa sakit hatinya.
Seorang pria datang menghampiri Ayu dan duduk di depannya tanpa permisi. Ayu memalingkan pandangan ke arah lain. Ia merasa risih setiap kali ada yang mendekati. Tak peduli siapapun itu, yang pasti saat ini hatinya terkunci untuk seorang pria.
"Datang dengan siapa, cantik?" tanya pria berkacamata itu seraya mengulurkan tangannya di depan Ayu.
"Sama suami, dia ke toilet," jawab Ayu meyakinkan.
Seketika pria itu berdiri dari duduknya dan pergi.
Ayu tersenyum menyeringai. Setidaknya untuk saat ini aman dari gangguan orang yang membuatnya tak nyaman.
Acara mulai berlangsung. Seluruh tamu undangan menikmati alunan lagu yang dinyanyikan oleh artis ternama. Ayu berdiam sambil menatap layar ponselnya. Seakan tidak ada apapun di sekitarnya.
"Permisi, Mbak." Suara berat menyapa membuat Ayu mendongak ke arah sumber suara.
Seorang pria berjas hitam berdiri di depan Ayu dan tersenyum. Jika dilihat dari raut wajahnya yang tampan pria itu seperti seorang pengusaha.
"Ada apa?" tanya Ayu tanpa berdiri.
"Apa boleh saya bergabung?" Pria itu menunjuk kursi kosong yang ada di depan Ayu.
Ayu menoleh ke arah kiri kanan lalu menatap pria asing itu lagi.
"Istri Anda mana, Tuan?" tanya Ayu kemudian. Walaupun itu tempat umum, Ayu tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman seperti kala itu.
"Istri saya sudah meninggal." Dengan jawaban itu sudah membuat Ayu cukup paham dan mempersilahkannya untuk duduk.
Tidak ada perbincangan, karena Ayu sedikit menghindari tatapan pria tersebut. Ia memilih menyibukkan diri dengan benda pipih di tangannya.
"Lihat deh, aku kira dia pengantinnya."
Bisik-bisik itu terdengar di telinga Ayu.
Ia tahu bahwa dari tadi banyak yang memperhatikannya, namun Ayu pura-pura cuek. Mengabaikan mereka yang suka usil.
"Iya, istrinya siapa ya? Kok bisa membeli baju seperti itu," timpal yang lainnya.
Ayu melirik baju yang membalut tubuhnya, kemudian menoleh ke arah orang yang sedang membicarakannya.
Mereka tersenyum dan mengangguk ramah tanda sapaan. Ayu pun melakukan hal yang sama.
"Udah kaya gak sombong lagi."
Hampir tiga jam Ayu hanya duduk ditemani makanan ringan yang di antar oleh pelayan. Sedikitpun tak menikmati pesta yang meriah itu.
Kini tiba di puncak acara, yaitu mengucapkan selamat pada sang pengantin dan akan dilanjut dengan sesi foto bersama.
Hampir saja berdiri, suara seseorang dari belakang memanggil nama Ayu yang membuat sang empu menoleh.
"Ayu," sapa orang itu lagi.
Ayu tersenyum mengingat-ingat sosok yang berjalan ke arahnya.
"Irma, kamu beneran Irma?" tanya Ayu memastikan.
Wanita itu mengangguk dan berhamburan memeluk Ayu.
Tak ayal jika mereka kembali menjadi sorotan semua orang karena penampilannya yang sama-sama memukau.
"Kamu ke mana saja kenapa sih?" tanya Ayu mengusap punggung Irma yang masih merengkuhnya erat.
"Aku tinggal di Perancis, Yu. Suamiku kerja di sana, jadi gak bisa pulang. Tapi mulai sekarang aku akan tinggal di sini lagi," jawab Irma menjelaskan.
Terdengar dari ucapannya, sepertinya wanita itu bahagia dengan rumah tangganya, tak seperti Ayu yang gagal dan kehilang seorang suami.
"Suami kamu ke mana?" tanya Irma balik.
"Aku janda," jawa Ayu percaya diri.
Menurutnya janda bukanlah aib dan tidak perlu ditutupi lagi dari semua orang. Justru dengan statusnya yang sekarang ia banyak belajar menjadi orang yang lebih baik lagi.
"Janda?'' tanya Irma mengulangi.
Ayu mengangguk cepat. "Sudah, jangan dibahas. Kita ucapkan selamat dulu pada pengantin nya?" Menarik tangan Irma untuk mengantri di tengah tamu yang berjejer rapi.
Di manapun berada Ayu tak luput dari tatapan orang-orang, bukan hanya karena penampilannya yang memukau, namun sebagian dari mereka juga mengenalnya sebagai mantan istri Ikram.
Ikram buta, istri secantik itu di ceraikan malah memilih Rani.
Antrian di depan Ayu sudah semakin pendek. Itu artinya sebentar lagi ia akan segera bertatap muka dengan Ikram dan juga Rani. Dua orang yang sudah menghancurkan masa depan anak-anaknya.
Ayu menghela napas panjang. Mengusir dadanya yang sedikit bergemuruh. Memasang wajah tegar layaknya orang yang tidak pernah tersakiti.
"Selamat ya, Mas. Semoga kamu dan istrimu bahagia," ucap seorang wanita yang ada di depan Ayu.
Kini beralih Ayu yang berdiri di depan Ikram hingga beberapa menit waktu terjeda karena mereka saling diam dengan tatapan masing-masing.
Ternyata dia berani datang ke sini, awas saja, aku akan mempermalukan dia.
Rani menggeser tubuhnya mengikis jarak antara dirinya dan Ikram yang nampak terpaku dengan wajah sang mantan.
"Apa kamu datang ke sini untuk merayu suamiku?" ucap Rani lirih namun menekankan.
Ikram tersadar dari lamunannya lalu menarik tangan Rani ke belakang.
"Jangan bikin ribut, aku gak mau kamu malu-maluin," bisik Ikram di telinga Rani.
Sikapnya kali ini sangat berbeda dari sebelumnya. Jika waktu itu Ikram sangat membenci Ayu, sepertinya sekarang ia peduli dengan wanita itu. Bahkan membelanya dengan cara menegur Rani.
Irma yang ada di belakang Ayu pun mulai bertanya-tanya.
"Maaf ya, Ran. Aku bukan wanita penggoda yang suka merayu suami orang. Meskipun aku sudah dibuang, tapi aku mencari uang dengan cara yang yang halal," ucap Ayu dengan lantang. Ia menyindir dan membalikkan tuduhan Rani.
Sontak, itu membuat tamu mulai bergunjing.
Kedua tangan Rani mengepal sempurna. Raut wajahnya mulai dipenuhi kekesalan yang memuncak. Dalam sekedip mata, ia mendapatkan tatapan aneh dari orng-orang.
"Jadi, jangan takut kalau aku akan merebut mas Ikram kembali, gak level," imbuhnya.
Ayu meninggalkan pelaminan tanpa bersalaman dengan Rani. Ia hanya mengucapkan selamat kepada Ikram, karena bagaimanapun juga dia adalah ayah dari anak-anaknya.
nambah kesni nambah ngawur🥱