Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.
Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.
Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran Arjuna sang Arogan
...٩꒰。•‿•。꒱۶...
...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...
...© Yellowchipsz...
...—Ada yang mengimbangi hasrat dengan kasih, ada pula yang merasa berjaya hingga arogan keterlaluan.—...
...꒰✘Д✘◍꒱...
Sebelum makan, Saila yang tak berhenti mesem-mesem pun bertanya, "Ini makannya mau bergantian sendok atau ... Dikta mau aku suapin?"
NENEEEK! TATA MAU MATEEE! teriak batin Dikta menggila karena diberikan pertanyaan seperti itu oleh Saila.
"Dikta?" panggil Saila dengan pipi imutnya.
Dikta kalang kabut dan refleks menutupi mukanya menggunakan kedua tangan karena tidak sanggup menghadapi paras Saila yang lucu. Wajah Dikta memerah melebihi batas maksimal biasanya.
"S-suap," pinta Dikta dengan suara kecil yang gemetar, semoga Saila tidak menyadari segugup apa Tuan Kuda Laut ini.
"Okay!" angguk Saila yang mulai fokus dengan bekalnya. "Dikta, ini aku suapin," kata Saila yang sudah memberikan suapan sesendok dan langsung diterima Dikta dengan lahap.
"Enak!" puji Dikta dengan pipi mengembung karena penuh dengan nasi goreng.
"Kupikir keasinan," lirih Saila yang merasa lega.
Murid-murid lain mendekati bangku Dikta dan Saila sambil meledek keduanya yang makan bersama.
"Wey, Ketua kelas!" tepuk Suseno pada bahu bidang Dikta.
"Awas, upil lo!" hindar Dikta was-was.
"Kena dikit doang, elah! Nggak bakal meninggal kena upil gue! Adanya beruntung buat lo kenang di hari tua!" kekeh Suseno yang ingin memeluk dada Dikta dari belakang, tapi langsung kena tembus bogem oleh si Tuan Kuda Laut.
Asep menggeleng atas kedekatan Dikta dan Saila yang tak disangka-sangka. "Cieee, Saila. Nggak ngasih kesempatan gue buat jadi pacar lo, tapi malah milih anak kesayangan pak Satria ini! Nggak apa, Saila. Gue ikhlas kalau orangnya si Dikta ganteng! Daripada lo sama si Arjuna yang angkuh!"
Saila hanya tersenyum singkat membalas Asep.
"Eh, Ta. Lo beneran nikung si Juna???" tanya Suseno kepo maksimal.
Muka Dikta menjadi masam, semasam ketiak Suseno. Dia lekas berkata, "Nggak dengar Saila bilang apa di depan kelas tadi? Juna bukan pacarnya. Kalau otak lo nggak tidur, lo bakal ngerti dengan penjelasan singkat itu."
Melihat Asep dan Suseno berjoget-joget di depannya bak uget-uget, Dikta langsung menendang pantat keduanya itu agar tidak mengganggu.
...꒰˘̩̩̩⌣˘̩̩̩๑꒱♡...
Tak terasa jam istirahat tinggal lima menit lagi. Dikta dan Saila sudah menghabiskan bekal nasi goreng itu bersama-sama.
"Saila, kalau kamu capek jalan ke kantor, biar aku aja yang nekan bel dan ngumumin jabatan kita di kelas," kata Dikta yang sudah beranjak dari bangkunya.
"Ikuuut!" panik Saila tidak mau ditinggal. Dia cepat-cepat memasukkan wadah bekalnya ke dalam tas.
"Pfffttt! I-iya, iya. Pelan-pelan aja. Nggak aku tinggal, kok," kekeh Dikta luluh berkali-kali melihat Saila begitu menghargai keberadaannya.
📍Kantor guru-bagian Ruang Siaran sekolah.
Beberapa guru kaget dan mengintip ruang siaran karena melihat sosok Saila datang bersama Dikta. Awalnya, mereka mengira Saila berjalan dengan Arjuna seperti kebiasaan kemarin-kemarin. Namun, kali ini murid pintar bin nakal yang bernama Radikta Manik berhasil membuat sinar Saila makin memancar melebihi hari biasanya.
Bukan hanya para guru yang menyaksikan, berbagai murid dari setiap penjuru kelas bisa melihat layar besar di bagian atas gedung yang berada di tengah lapangan. Ada wajah Dikta dan Saila di sana yang menjadi pusat perhatian. Hal tersebut membuat sorot mata seorang cowok dari 12 IPA 1 menjadi nyalang karena menyaksikan kejadian di layar itu.
Dikta dan Saila terlihat begitu manis berdampingan. Mereka memperkenalkan diri sebagai ketua dan wakil dari kelas 12 IPA 2 untuk semester 5 dan 6 ke depannya.
Murid-murid yang menyaksikannya langsung bersiul gempar, kecuali Puri yang sebal dengan Saila, serta Lingga yang tidak begitu peduli.
"Yeay!" senang Saila usai menyampaikan pengumuman itu. "Dikta mau ngapain lagi?"
"Aku mau ngasih kejutan buat pak Satria! Pfffttt!" tawa Dikta kegelian.
Belum melihat Dikta beraksi pun sudah membuat Saila terkikik di ruangan itu. "Haha!"
Dikta bersiap-siap memberi pantun sebelum menekan bel masuk.
"Tes ... tes! Dua tiga kuda laut bunting, rambut gondrong pak Satria wajib digunting!" pantun Dikta bergema sesekolahan.
"HAHAHAHAH!!!" tawa murid dan guru-guru lainnya mendengar pantun gila untuk pak Satria, bahkan beberapa guru berniat untuk mencukur rambut pak Satria yang bandel.
"Apa-apa'an ini?!" cemas pak Satria yang berlari mencari tempat bersembunyi lantaran akan digunduli oleh rekan-rekan kerjanya. Pak Satria terjerembab ke bawah meja kepala sekolah, lalu beberapa guru menyeringai menemukannya.
"DIKTAAA MANIK-MANIK!!!" teriak pak Satria merana di bawah meja itu.
📣 Bel tanda masuk kelas berbunyi nyaring. Jam pelajaran berikutnya.
Dikta dan Saila berlari keluar dari kantor sambil cekikian sampai lemas perut.
"Dikta nakal! Pasti nanti dicari sama pak Satria," kekeh Saila mengiringi langkah Dikta yang besar.
Dikta mengulum tawa dan mencoba meniru gaya jalan Saila yang mungil sehingga hal itu membuat Saila malu dan ingin mengejar Dikta. Tawa keduanya berbarengan dengan gerimis yang menderas.
Momen kejar-kejaran antara Saila dan Dikta di lorong IPA disaksikan oleh sepasang mata elang yang tak melegalkan hal itu.
Dikta berjalan santai saja di sebelah Saila karena jam pelajaran sekarang masih jam pelajaran matematika tanpa kehadiran guru tersebut.
Cup!
Dikta mematung saat merasakan sebuah ciuman mendarat di pipi kanannya. Spontan dia menoleh ke arah Saila yang berjalan di sebelah kanannya juga. Namun, Saila tidak melakukan hal barusan.
"Kenapa, Dikta?" tanya Saila bingung.
Yang nyium pipi gue tadi siapa, woy?! batin Dikta merinding.
"Dikta???" panggil Saila lagi.
"Enggg, itu. Kayaknya tadi ada angin nabrak pipi kananku," jelas Dikta yang merasa itu tidak masuk akal. Ciuman kecil di pipinya terasa nyata.
"Oh, gitu," kata Saila santai. Detik berikutnya, Saila merasakan ada sebuah kecupan kecil di pipi kirinya.
Cup!
"Hah?!" kaget Saila menoleh ke arah Dikta yang ikut kaget.
"K-kenapa, Saila?" tanya Dikta was-was.
"Kok kayak ada yang ...." Saila malu membicarakannya.
Dikta menebak hal yang sama terjadi pada Saila.
"Jangan-jangan ... di lorong ini," kata Dikta belum selesai.
"Ada hantu yang suka nyium!" bisik Saila merinding.
"AAAAAA!!!" teriak Saila dan Dikta berlari kencang sambil bergandengan tangan.
Mereka berdua tiba di kelas dalam keadaan ngos-ngosan. Saila yang kehausan langsung mengambil botol minum bergambar ikan guppy yang diambil dari dalam tas, lalu ia menenggak minumannya.
Sementara itu, Dikta mendiamkan tubuhnya untuk merasakan angin kelas. Kejadian seram itu benar-benar membuat mereka panik. Namun, mereka masih bisa tertawa lagi setelahnya lantaran sama-sama penakut di momen aneh tadi.
Murid-murid 12 IPA 2 lainnya ada yang baru kembali dari kantin. Tiba-tiba keadaan menjadi makin riuh saat mereka melihat seorang cowok dari 12 IPA 1 datang bertamu dengan wajah meradang.
"Saila, balik ke kelas!" sentak cowok dengan alis menukik tajam sampai membuat Saila tak sengaja menjatuhkan botol minumnya ke lantai. Untungnya, botol itu sudah sempat ditutup Saila sehingga airnya tidak tumpah.
Dikta mendengus atas kehadiran sosok arogan itu. Dia segera mengambil botol minum Saila yang jatuh dan meletakkannya ke atas meja.
Lingga dan Puri yang baru masuk ke kelas pun ikut terheran-heran. Mereka menyaksikan sosok Arjuna Barz—juara satu umum—datang untuk memaksa Saila kembali ke kelas 12 IPA 1.
Saila tidak sedia beranjak dari kursinya, "Nggak mau, Juna!"
Tatapan Arjuna tertuju pada bangku Saila yang menghadap ke meja Dikta.
"Kenapa kursi kamu menghadap ke meja dia?!" marah Arjuna pada Saila, lalu menatap antipati ke arah Dikta.
Dikta tersenyum miring, menyerap tatapan kebencian dari seorang Arjuna yang dipuja-puja kepintarannya di sekolah. Oh, ya?
"Aku maunya di sini!" jawab Saila ketus menghindari Arjuna.
"Balik! Kelas ini nggak cocok buat kamu!" bentak Arjuna kasar dan menyeret lengan Saila sampai memerah. Berikutnya, tarikan Arjuna yang tertahan membuatnya terpaksa menoleh ke belakang lagi.
Ternyata, lengan Saila satu lagi sudah di genggaman Dikta.
Tanpa mengurangi rasa takzim, Dikta menegaskan, "Saila Guppy sudah menjadi bagian dari keluarga Dua Belas IPA Dua!"
Api tempur berkobar! 🔥
Bersambung ... 👑