Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
"Begini pak Desa, saya mau menyerahkan laporan keuangan bulan ini." ujar Hasna sambil menyodorkan laporan yang dia bawa ke atas meja. "Saya mau minta izin satu minggu untuk ke Kota P, karena adik saya akan wisuda pak." izinnya sopan.
Pak Desa diam tanpa suara, tapi tangannya bergerak untuk mengambil laporan yang Hasna sodorkan. "Kenapa lama sekali disana?" tanyanya kemudian. Dia menatap Hasna yang sedikit kaget.
"Hhmm iya pak karena mau singgah di rumah keluarga ayah dan juga keluarga almarhumah ibu." jawab Hasna jujur. Dia menatap pak Desa seperti tidak percaya. "Momen bagus nih." batin Hasna.
"Ya sudah, kalau ada keperluan yang dibutuhkan kantor, maka kamu harus segera siapkan berkasnya." ujar pak Desa lagi. Hasna mengangguk mantap! Bagaimana tidak, dia sudah menyiapkan semuanya.
"Iya, satu lagi! Bulan depan rencana akan ada pelatihan di Kota M, di Provinsi Sulawesi Selatan." ujarnya. Hasna mengangguk lagi dengan tersenyum senang.
"Tentu pak." jawabnya semangat. "Kalau begitu saya permisi pak." pamitnya lalu pergi sebelum pak Desa berubah pikiran. Hasna ke ruangannya kembali, dia bekerja dengan semangat apalagi pak Desa langsung untuk dia pergi.
Sorenya Hasna pulang, dia singgah ke toko ~ Abadi Jaya. "Beli apa ya?" tanyanya pada diri sendiri. Ya! Dia membeli cemilan untuk oleh-oleh dan juga untuk di makan diperjalanan.
"Beli memang deh, supaya diperjalanan gak singgah-singgah lagi belanja." batinnya mengambil segala keperluan yang dibutuhkan. Usai belanja, Hasna membayarnya di kasir lalu mengambil kendaraannya.
"Borong Na?" tanya tetangga, bertemu di luar toko. Hasna menoleh, ternyata tetangganya.
"Gak juga Mbak." jawab Hasna tersenyum lalu pamit pulang. Dia melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Setibanya di rumah, Hasna masuk ke dalam rumah. Dia melihat ayahnya sedang berada di belakang rumah.
"Lagi apa ayah?" tanya Hasna menuju ke belakang rumah. Dia hendak ke kamar mandi karena badannya gerah.
"Dari belakang, cek pohon jeruk ternyata baru berbunga." jawab ayah santai melangkah kan kaki ke dalam rumah.
Usai Hasna mandi, dia hendak mengemas pakaian. "Bagaimana di kantor? Sudah mendapat izin dari pak Desa?" tanya ayah mendekat ke pintu kamar yang memang Hasna buka lebar.
"Iya ayah. Alhamdulillah pak Desa mengizinkan, tadi Hasna bertemu langsung dengannya." jawab Hasna jujur, dia menghentikan kegiatannya demi menjelaskan kepada sang ayah. "Ayah juga siap-siap. Tadi aku sudah pesankan mobil angkutan umum biasanya." imbuhnya.
"Iya. Bawa sedikit saja." jawab ayah melangkah menuju kamarnya, ayah mengambil tas kemudian memasukkan pakaian yang akan dibawa ke kota P.
Hubungan ayah Ahmad dan Mami sungguh renggang sekitar enam bulan terakhir. Saat Hana kembali ke Kota P, sekitar empat tahun lalu. Ayah Ahmad biasa kembali ke rumah sang isteri ketika dirinya merasa sehat.
Tetapi setiap disana ayah selalu merasa kambuh meski tidak bilang tapi Hasna dapat mengetahui dari ekspresi wajah sang ayah. Makanya Hasna mengajak ayah tinggal di rumah mereka.
Awalnya ayah tidak mau karena merasa bahwa isteri adalah tanggung jawabnya, tapi ayah pusing juga jika selalu mendengar isterinya mengoceh tidak jelas.
"Kenapa itu orang-orang bilang kalau saya tidak mengurus suami. Padahal saya selalu di rumah, suami juga tinggal disini. Mas Ahmad sendiri kan yang maunya pulang kesana. Saya jadinya yang kena tuduhan tidak bisa urus suami." omel Mami.
Ayah Ahmad hanya mendengarkan saja, dia sengaja bermalam disana karena rencana mau berobat. Tetapi bukannya ayah makin sembuh, yang ada makin sakit.
Kembali ke Hasna yang berkemas. Hasna membantu ayah menyiapkan pakaian yang dibutuhkan. Supaya besok tinggal mengurus sarapan dan bersiap berangkat.
"[Halo, tabe kak. Besok berangkat ke Kota P?]" tanya Hana pada sopir langganan ke Kota P.
"[Iya de. Mau berangkat besok kah?]" tanyanya balik melalui sambungan telepon.
"[Iya kak, dua orang sama ayahku kak. Penuh kah muatan di mobil kak?]" tanya Hasna lagi, dia berencana membawa buah pisang hasil panen.
"[Tidak de]" jawabnya singkat. Setelah menyelesaikan panggilan, Hasna menyiapkan pisang ke dalam karton meski di malam hari.
"Bawa semua saja nak, supaya bisa dibagi-bagikan disana sama kakakmu." ujar sang ayah yang belum juga tidur.
"Iya ayah, ini Hasna kasih masuk di karton semua. Biar bisa dibagi buat mertua kak Hana juga." jelasnya sambil membereskan pisangnya lalu diikat.
Selesai membereskan semua, kini saatnya Hasna dan ayah Ahmad beristirahat. Supaya saat bangun pagi hari badan menjadi segar. Apalagi mau melakukan perjalanan jauh.
"Semoga ayah sehat-sehat, karena mau melakukan perjalanan jauh ini." gumam Hasna pelan ketika usai sholat subuh. "Ayah sudah siap-siap?" tanya Hasna keluar dari kamarnya melihat ayahnya menyiapkan pakaian yang akan dikenakan nantinya.
"Belum, ini pakaian mau dipakai nanti. Jam berapa mobil menjemput nak?" tanya ayah Ahmad duduk di kursi andalannya.
"Jam delapan ayah." jawab Hasna singkat, dia sedang bersiap lalu menyiapkan makanan untuk sarapan terlebih dahulu. Usai sarapan, Hasna membereskan piring dan perlengkapan dapur supaya rapi ketika ditinggal.
Akhirnya Hasna dan ayah berangkat ke Kota P. Malamnya mereka tiba, diperjalanan Alhamdulillah ayah merasa nyaman. "Akhirnya sampai tujuan." gumam Hasna pelan keluar dari dalam mobil.
Hasyim sudah menyambut mertua dan iparnya. Esok hari adalah hari wisuda Husna di Kampus Negeri ternama di Kota P. "Gimana seru gak kuliah?" tanya Hasna ketika masuk ke dalam kamar Husna.
"Seru! Aku hampir saja tertinggal karena masalah Skripsi yang mau dibuat Jurnal." jawab Husna jujur. Ayah masih bercerita dengan kakak Ipar Hasna di luar. Ayah Ahmad tidur karena lelah, tetapi Hasna dan Husna malah sibuk bercerita.
"Besok lagi, kok berisik sekali berdua ini!" tegur Hana keluar dari kamarnya karena mendengar kedua adiknya masih bercengkrama.
"Iya kak, siapkan pakaian besok ini." jawab Hasna lembut. "Sssttt ayah tidur." ujar Hasna lagi. Dia baru sadar jika sang ayah telah istirahat terlebih dahulu.
"He-he-he." Husna malah cengengesan, saking bahagianya dia tidak bisa tidur. Mau tidak mau, Hasna dan Husna tidur karena esok harus segera bersiap untuk wisuda Husna.
Tepat subuh Hasna bangun, begitu pula dengan yang lain. "Husna, bersiap cepat ke rumah kak Lastri untuk make up supaya tidak kesiangan de. Nanti kami make up sendiri saja." ujar Hasna.
"Iya kak. Ini siapkan baju." jawab Husna menurut, akhirnya dia berangkat ke rumah kak Lastri di Jalan Merpati.
Tepat pukul 07.10 menit mereka semua berangkat ke kampus untuk berfoto di pagi hari sebelum acara wisuda di mulai. Setibanya di Kampus sudah disambut oleh para fotografer untuk diambil gambarnya.
"Saya sudah memesan di Anugerah." jawab Hasna. "Bagus kalau di tempat langganan." batinnya bermonolog. Mereka melanjutkan berjalan kaki sekitar sepuluh meter mencari stand fotonya.
"Baiklah." ujar orang yang menawari berfoto. Tiba di stand Anugerah langsung disambut ramah. Tibalah saat berfoto bersama, dan foto sendiri untuk wisudawati.
~Happy Reading~
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/