Sekuel Sincere Love My Husband.
"Jika mubtada saja membutuhkan khobar untuk membuat sebuah kalimat, maka Azura juga membutuhkan A Mahen untuk dijadikan imam dunia akhirat," ucap Azura dengan senyuman manis di bibirnya.
"Belajar dulu yang bener! Baru bisa menikah," cetus Mahen dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Patah hati mampu membuat seorang laki-laki berparas tampan rupawan itu kehilangan jati dirinya. Mahendra Dirgantara dihadapkan dengan kenyataan, jika dirinya dikhianati dan dibuat patah hati oleh seorang wanita yang dicintainya.
Perginya Rima di dalam hidupnya, seakan membuat Mahendra hancur, sampai nekad mengakhiri hidupnya. Namun berhasil dicegah, tetapi laki-laki itu malah menjadi berubah drastis. Cuek, dingin, menyeramkan. Itulah dirinya sekarang.
Sampai suatu hari, Mahendra dipertemukan dengan seorang wanita cantik di masa kecilnya yang berusaha keras, meluluhkan hati yang sudah terkunci itu.
Akankah Mahen luluh oleh Azura? Atau memilih Rima kembali? Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 16 : Hari Terakhir Di Sini
..."Jangan berbicara, jika tidak mampu mengucapkan. Dan jika saja cinta tidak lagi diterima, maka dunia pun seakan menangis, mewakili perjuangan yang kian runtuh karena kenyataan. Menerima orang baru pun tidak akan semudah yang dibayangkan."...
...~~~...
Melihatan reaksi dari Azura, Rahma seakan yakin, jika di antara Mahen dan Azura itu memiliki hubungan yang serius.
"Ka--mu tahu dari mana Rahma? Aku berada di luar dengan A Mahen?" tanya Azura sedikit terbata, karena takut jika Rahma mendengarkan obrolannya tadi itu semuanya.
"Dari cara kamu menjawabnya pun sudah bisa aku simpulan. Kamu memiliki hubungan khusus kan' dengan cucu Kyai itu?" ujar Rahma memprovokasi Azura.
"Enggak kok. Mana ada Azura dekat sama A Mahen? Lagian itu tadi kamu lihat hanya dari kejauhan saja, Azura hanya tidak sengaja bertemu dengan A Mahen makanya kita bertemu dan saling menyapa," jawab Azura sedikit berbohong kepada Rahma.
Rahma sekilas menatap wajah Azura yang nampak resah, walupun terlihat dari jawabannya cukup bisa dimengerti.
"Benarkah kalian hanya saling berpapasan?" tanya Rahma untuk memastikan kembali kebenarannya.
Azura langsung mengangguk cepat. "Iya, Rahma, kita hanya berpapasan saja," jawabnya dengan sedikit menunduk.
"Bagaimana mungkin seorang santri putri bisa berjalan-jalan melewati rumah Kyai Harun? Sedangkan jarang sekali para santri datang ke sana, kecuali ada kepentingan mendesak yang mengharuskannya untuk datang ke rumah Kyai," ucap Rahma membuat Azura diam membisu.
Deg.
Azura masih saja diam, dia sungguh terkejut atas ucapan Rahma yang sudah tahu betul seluk beluk pesantren tesebut, sehingga membuat Azura susah untuk mengelaknya lagi.
"Iya, Rahma. Azura memang bertemu dengan A Mahen untuk menanyakan tentang perempuan di masa lalunya yang bernama Rima, tapi sayangnya dia tidak memberikan informasi apa-apa soal perempuan itu," ucap Azura yang akhirnya jujur kepada Rahma.
"Nah kan, kata aku juga apa. Kamu masih saja mencari tahu tentang Rima. Cukup, Azura! Jangan mencari tahu informasi tentang Rima, kerana luka yang dialami oleh Ustaz Mahen itu tidak akan pernah bisa dicaritakan kepada siapapun, kecuali dia sendiri yang ingin mengatakannya kepadamu," sahut Rahma yang sempat menyimpan perasaan juga kepada Ustaz Mahen.
"Ya kan, Azura mau tahu soal Rima, karena Azura rasa ada yang ganjal dari semua yang diceritakan oleh Alif. Azura juga ingin tahu, seperti apa wanita yang sudah menyakiti hati A Mahen itu," kata Azura dengan memikirkan wanita yang sudah menyakiti hati pujaan hatinya itu.
"Sudahlah Azura, kamu sabar aja dulu. Sampai Ustaz Mahen sendiri yang mengatakannya kenapamu. Apapun masalahnya, pasti suatu saat akan kamu ketahui, jika memang kamu sangat ingin tahu tentang masa lalunya itu," balas Rahma sembari memberikan pengertian kepada Azura.
Sejenak Azura terdiam untuk memikirkannya sebentar. "Ya, Azura akan tunggu hari di mana A Mahen mau menceritakan semuanya kepada Azura, tanpa Azura sendiri yang memintanya," ucap gadis itu dengan begitu yakin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dua Minggu Kemudian.
Hari berlalu begitu cepat, hari mulai membawa semua manusia dengan berbagai cerita. Sampai tiba di mana, Azura akan dibawa pulang ke Jakarta, sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya dengan Kyai Harun dua minggu yang lalu.
Dua minggu sudah Azura lalui di Pesantren Darussalam dengan berbagai rintangan, cerita, dan kisah yang tidak pernah wanita itu bayangkan akan sampai di detik sekarang ini.
Hembusan nafas keluar dari hidungnya yang mancung. Wanita dewasa itu telah selesai membereskan bajunya ke dalam koper, baju yang diberikan oleh neneknya Mahen yang tidak lain adalah Nenek Salamah yang sering dipanggil Bu Nyai di sana oleh para santri.
"Huh, akhirnya selesai juga. Sekarang, aku akan kembali lagi ke Jakarta. Mungkin sudah cukup di sini perjuanganku untuk mendepatkan hati A Mahen," ucap gadis itu dengan tersenyum getir. Entah apa yang dialaminya selama dua minggu ke belakang ini.
Tidak lama dari itu, suara dari seseorang terdengar dari balik pintu kamar asrama putri. Ia adalah Rahma, temannya yang datang untuk melihat Azura, karena ini adalah hari terakhi Azura berada di Pesantren Darussalam.
"Azura, kamu beneran mau pulang sekarang?" tanya Rahma dengan wajah yang sudah sedih.
"Iya, aku harus pulang sekarang Rahma, karena Ummi dan Abi pasti sudah menunggu Azura di rumah, apalagi setelah kejadian Azura kabur dari pernikahan, dan pastinya itu akan membuat malu Abi." Azura berucap dengan diri yang sudah belajar lebih dewasa lagi.
"Ya udah, jika emang itu adalah keputusan kamu. Semoga kamu bisa melanjutkan hidup dengan baik lagi ya? Mudah-mudahan, kamu bisa mendapatkan jodoh yang sangat kamu inginkan," ucap Rahma dengan memberikan pelukan hangat kepada sang sahabat.
"Aamiin. Doa yang sama untuk kamu juga ya, Rahma. Azura tinggal dulu, kamu hati-hati di sini, kalau ada yang menggangumu langsung kabari aku aja ya?" ucap Azura dengan tersenyum lebar dan memberikan salam perpisahan, sebelum ia sepenuhnya pergi dari tempat itu.
"Azura ayo, Mahen tunggu di depan ya?" ucap Mahen di depan asrama putri yang terdengar oleh Azura dan Rahma.
"Iya, A Mahen tunggu sebentar." Azura menjawab dari dalam dan segara mengangkat tas ranselnya.
"Tuh, A Mahen sudah menunggu Azura di depan. Ayo kita ke depan biar bisa lihat kamu sebelum aku pergi ke Jakarta," kata Azura dengan menggandeng tangan Rahma.
Rahma tersenyum dan mengangguk, dengan kedua mata yang nampak menetaskan air mata, karena sebentar lagi akan berpisah dengan sahabat baiknya itu.
Beberapa menit kemudian, keduanya telah sampai di depan gerbang, dan sudah ada Mahen yang menunggu Azura di depan mobil kakeknya.
Mahen melihat Azura dari kejauhan, ada rasa yang tidak menentu yang ia rasakan, karena mendapati Azura yang sekarang sudah banyak berubah. Terlebih lagi, rasa cintanya terhadap Rima sudah tidak ia pikirkan lagi.
"Ayo A Mahen, Azura sudah siap," ucap Azura sembari tersenyum manis kepada ustaz muda itu.
"Oh ya, masuk saja Azura. Biar tas ranselnya di bagasi saja," sahut Mahen dengan mengambil alih tas ransel Azura dari tangannya itu.
"Ini A, makasih ya." Azura tersenyum manis, melihat perhatian kecil dari Mahen yang jarang ditunjukan oleh laki-laki itu selama ia berada di Pesantren Darussalam.
"Oh ya, Rahma. Aku pulang dulu ya? Harus merindukan Azura loh!" ucap Azura dengan memeluk kembali tubuh Rahma.
"Itu sudah pasti. Aku akan merindukan keceriaanmu itu," balas Rahma yang semakin sedih melihat Azura akan pergi.
Azura tersenyum dan masuk ke dalam mobil bersama Mahan. Dan tidak lama dari itu, mobil itu melanju meninggalkan kawasan pesantren.
.
.
.
Hayo udah penasaran kan? Ditunggu update terbarunya ya! Jangan sampai ketinggalan loh. Berikan like sama komentar kalian yang banyak, oke! Jangan sampai kosong loh!
lanjut....