Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Ketahuan
Rendra menunggu sebentar, hingga tidak lama kemudian seorang dokter keluar dari ruangan lab. "Pasien atas nama Karenina!" seru Dokter.
"Saya dok, saya saudaranya," sahut Rendra.
"Ini hasil labnya, nanti anda tinggal berikan saja kepada Dr.Ami," ucap Dokter itu.
"Baik Dok, terima kasih."
Rendra memperhatikan berkas itu, ada nama penyakit yang tidak dia kenal. Rendra penasaran, dengan perlahan dia pun membuka hasil lab kesehatan Nina. Seketika Rendra membelalakkan matanya kala melihat penyakit yang saat ini sedang diderita oleh Nina.
"Nina mengidap sirosis," gumam Rendra.
Kaki Rendra terasa sangat lemas, dia terduduk di kursi tunggu dengan tangan yang terlihat gemetar. Dia tidak menyangka dibalik wajahnya yang selalu ceria dan terlihat sehat itu, Nina mengidap penyakit yang parah. Rendra hanya bisa terdiam sembari menatap hasil lab itu.
"Kenapa kamu tidak ngomong kepadaku, Nina," batin Rendra.
Tiba-tiba air mata Rendra menetes, hatinya begitu sakit mengetahui kenyataan seperti ini. Apalagi di saat kondisinya yang seperti ini, Nina sama sekali tidak menunjukan rasa sakit. Nina benar-benar pandai menyembunyikan masalahnya.
Rendra menghapus air matanya lalu beranjak menuju ruang rawat Nina. "Kamu dari mana?" lirih Nina.
"Tadi suster menyuruh aku ambil hasil lab kamu," sahut Rendra sembari memberikan berkas itu kepada Nina.
Nina membelalakkan matanya. "Kamu membacanya?" tanya Nina panik.
"Kenapa kamu menyembunyikan semua ini, Nina? apa kamu tidak menganggap kita sebagai teman kamu?" ucap Rendra.
Nina terkejut, bahkan Gisel dan Hilmi mengerutkan keningnya. "Maaf, aku tidak mau membuat kalian sedih dan memikirkan aku," lirih Nina.
"Ada apa, Pak?" tanya Gisel.
"Ternyata selama ini Nina sakit," sahut Rendra.
"Sakit, maksudnya sakit apa?" tanya Hilmi penasaran.
"Sirosis," sahut Rendra.
Gisel dan Hilmi tampak terkejut, sedangkan Nina hanya bisa menundukkan kepalanya. "Ya Allah Nina, kenapa kamu menyembunyikan semua ini?" Gisel memeluk Nina sembari menangis.
"Aku tidak mau dikasihani Sel, sudah jangan menangis aku baik-baik saja kok," sahut Nina dengan berusaha menahan air matanya.
Suasana sore itu di ruangan rawat Nina begitu sangat menyedihkan. Nina menceritakan semuanya masalah penyakit yang dideritanya. Gisel sampai tidak berhenti menangis mendengar cerita Nina.
"Kalau begitu, lebih baik sekarang kamu resign saja dari kantor dan fokus dengan kesehatan kamu," ucap Rendra.
Nina menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa Ren, kalau aku berhenti bekerja lalu siapa yang akan membiayai pengobatan Papa? aku tidak tega jika harus membiarkan Kak Nino berjuang sendirian," sahut Nina.
"Tapi kesehatan kamu lebih penting," ucap Rendra.
"Tenang saja, aku selalu minum obat kok jadi aku akan baik-baik saja," sahut Nina dengan senyumannya.
Rendra, Gisel, dan Hilmi justru merasa sedih melihat senyum Nina. Bisa-bisanya Nina masih tersenyum padahal sebenarnya kondisi dia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Sementara itu, di kamar Bisma, dia melamun dengan tatapan menerawang.
"Nina sakit apa? kenapa dia tidak masuk kerja tadi?" batin Bisma.
Bisma kembali mengingat kejadian tadi malam dan itu lagi-lagi membuat Bisma merasa sangat bersalah. "Bodoh, kenapa bisa-bisanya aku melakukan itu kepada Nina."
***
2 hari kemudian...
Kondisi Nina sudah membaik dan hari ini dia memutuskan untuk masuk kerja. Selama dalam perjalanan, Nina tidak henti-hentinya menghela napas dia merasa jika dia belum siap untuk bertemu dengan Bisma. Nina masih merasa kesal kepada Bisma akibat kejadian malam itu.
"Hai bocil, kamu baik-baik saja 'kan?" seru Nino dengan nada suara yang sedikit tinggi.
"Ah, iya. Apa Kak? kakak ngomong apa?" tanya Nina tersadar.
"Astaga, dari tadi kakak ngoceh ternyata kamu gak mendengarkannya sama sekali?" kesal Nino.
"Maaf, Kak," sahut Nina.
"Kamu kenapa? kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Nino sembari menoleh sedikit ke belakang.
"Iya, aku baik-baik saja kok Kak," sahut Nina.
Tidak lama kemudian, Nino pun menghentikan motornya di depan kantor Nina. "Jangan lupa minum obatnya, terus kamu juga jangan terlalu capek jika kamu kelelahan dan merasa tidak kuat, sebaiknya kamu istirahat saja," nasihat Nino.
"Siap, kakakku sayang," sahut Nina dengan senyumannya.
"Jangan lupa juga nanti sore kamu ada terapi bersama Dr.Ami," sambung Nino.
"Oke."
Nino mengambil helm dari tangan Nina, lalu pergi setelah sebelumnya mencium kepala adik kesayangannya itu dulu. Nina dengan cepat masuk ke dalam lift karena hari ini dia sedikit kesiangan tapi pada saat pintu lift akan tertutup, sebuah tangan menahannya dan Nina sedikit terkejut. Bisma masuk ke dalam lift, sedangkan Nina sedikit memundurkan tubuhnya ke belakang dan berusaha tidak menatap Bisma.
"Kamu ke mana saja, sampai 3 hari tidak masuk kerja?" tanya Bisma dingin.
"Sakit, Pak," sahut Nina.
"Sakit apa?" tanya Bisma kembali.
"Hanya demam," dusta Nina.
Setelah itu keduanya tidak berbicara, hingga pintu lift pun terbuka dan Nina dengan cepat keluar mendahului Bisma. "Tunggu!"
Seketika Nina menghentikan langkahnya, namun dia tidak membalikan tubuhnya dan tetap membelakangi Bisma. "Masalah malam itu, aku----"
"Cukup Pak! jangan ingatkan dengan masalah malam itu lagi, anggap saja tidak terjadi sesuatu jadi sekarang aku harap bersikaplah seperti biasa karena aku juga sudah melupakannya," sahut Nina.
"Tapi-----"
Nina langsung pergi, dia tidak mau mendengar apa-apa lagi. Sedangkan Bisma masih berdiri mematung melihat sikap Nina yang seperti itu membuat dirinya semakin merasa bersalah. Akhirnya hari itu Nina dan Bisma tidak saling bicara satu sama lain, karena Nina hanya masuk ke dalam ruangan Bisma untuk memberikan jadwal Bisma dan setelah itu Nina fokus bekerja.
Pintu ruangan Bisma terbuka. "Aku ada urusan ke luar kota selama dua hari, kalau ada apa-apa kamu bisa langsung hubungi aku," ucap Bisma.
"Iya, Pak," sahut Nina tanpa menoleh ke arah Bisma.
Bisma pun dengan cepat pergi, sedangkan Nina menghela napasnya lega. Setidaknya selama dua hari ini dia tidak bertemu dulu dengan Bisma. Tidak lama setelah Bisma pergi, Nadira dan Rani datang membuat Nina merasa terkejut.
"Dasar wanita gatel, berani sekali kamu mengganggu tunangan orang lain, apa kamu sudah tidak laku lagi!" bentak Nadira.
"Maksud Mbak apa?" tanya Nina tidak mengerti.
Plakkkk....
Nina membelalakkan matanya, dia tidak menyangka jika Rani akan menamparnya. "Kamu benar-benar keterlaluan, Nina! dulu kamu meninggalkan Bisma, terus kenapa sekarang kamu mengejar-ngejar Bisma? padahal kamu tahu jika Bisma itu baru saja tunangan dengan Nadira!" bentak Mommy Rani.
"Nina tidak mengerti dengan ucapan Tante, Nina tidak pernah mengejar-ngejar Bisma," sahut Nina dengan deraian air matanya.
Nadira semakin emosi, dia pun mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan video pada saat Nina menemui Bisma di hotel. Nina hanya bisa membelalakkan matanya melihat video itu, dia bingung harus menjelaskan seperti apa karena Nina yakin tidak akan ada yang percaya dengan penjelasannya.