Tiga sekolah besar dibangun pemerintah untuk menampung anak-anak yang memiliki talenta. Salah satu dari tiga sekolah itu, membuat sebuah kelas khusus untuk mereka yang mempunyai potensi terpendam dan dapat membantu negara, dan dengan berbagai cara mereka mencari dan memasukan anak-anak yang memiliki bakat khusus untuk masuk kesekolah mereka.
Seorang programer yang merahasiakan identitasnya, tiba-tiba didatangi tiga orang kepala sekolah ternama, agar bergabung dengan mereka. Setelah bergabung, dia juga dimasukan ke kelas zero dengan kode name 'RAVEN', sebagai seorang programer dengan rekannya Mius, agar bisa dilatih menjadi agen rahasia pemerintahan.
Satu per satu identitasnya mulai bermunculan, bersamaan dengan kebenaran akan dirinya yang ada di sekolah itu.
.
.
.
.
semua itu terjadi di-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Night 12: Perasaan Apa Ini Sebenarnya?
"Apa yang mencari ku itu Junian, dari SMA Sky Heaven pak?" ujarku sedikit berbisik
Ya tentunya masih bisa didengar bapak Itu
Bapak Itu tidak menjawab pertanyaanku, dia mematung dengan mata yang membulat, untung saja tidak keluar dan jatuh matanya, namun tidak menganga lebar mulut bapaknya.
Melihat reaksinya, aku langsung memasang senyuman puas dengan wajahku yang berseri, ku palingkan wajahku kearah Lina, Sari dan Tari, lalu mengangguk dengan seutas senyum, mereka menanggapi ku dengan senyuman juga.
"Saya permisi Bu." tutur ku
"Permisi, maaf mengganggu." ujar bapak Itu dengan suara dan juga wajah menyeramkannya
Aku langsung mempercepat langkah kakiku menuju ruang kepala, aku sudah tidak peduli lagi dengan bapak yang memanggilku tadi, mungkin ekspresinya tidak akan berubah melihat tingkahku yang sudah tidak sabaran lagi.
Kenapa tidak, aku ingin segera bertemu dengan sahabatku itu, walaupun waktu memang belum lama, belum berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun, aku tidak perduli, aku ingin segera bertemu dengannya segera.
Tidak butuh waktu lama untuk keruangan kepala sekolah, dengan langkahku yang cepat dan juga jaraknya yang terbilang dekat.
Aku memperlambat langkahku saat hampir tiba didepan ruangan kepala sekolah.
'Seorang pria berseragam, apa dia tentara? Kenapa dia berdiri disana?' batinku
Aku menunduk sedikit habis itu langsung menghadap kearah pintu dan siap mengetuk, namun aku tahan saat aku mendengar suara ibu kepala sedang berbicara serius dengan seseorang? Hem, tidak, dua orang tepatnya, suara pria dan suara perempuan.
'Apa itu tadi suara Jun, tapi kenapa suaranya sedikit berbeda.' batinku lagi
"Ada yang bisa dibantu." ucap pria tadi saat melihat aku yang bisa dibilang kebingungan
"Eh, ah, tidak perlu. Oh iya, apa kepala sekolah lagi ada tamu penting ya." tutur ku
"Apa anda ingin menemuinya?" tanyanya
'Menemuinya, kepala sekolah, kan, yang dia maksud.' batinku
"Iya, saya tadi disuruh menghadap kepala sekolah kini." jawabku
Pria itu tidak lagi bertanya, dia langsung membukakan pintu dan menyuruhku masuk. Ibu kepala langsung memandangiku dengan sepasang mata yang juga ikut menatapku.
'Aku kenal pria ini, ya, dia kepala sekolah Sky Heaven, siapa namanya... Oh iya, tuan Li.' batinku saat melihat pria itu menatapku tapi tidak dengan perempuan disebelahnya yang hanya rambutnya yang berwarna emas.
"Permisi Bu, Ibu memanggil saya." tutur ku
"Iya, kamu ayo duduk." jawab ibu kepala
Aku segera melangkah mendekat kearah mereka dan berhenti tepat dibelakang perempuan itu.
"Hai Jun, gimana kabarmu." ucapku lirih menyapa Jun
Junian segera membalikan badannya menghadap kearah ku dengan seutas senyuman yang merekah di bibirnya. Penampilannya masih sama saat awal dia dijemput pindah sekolah. Rambut emas dengan beberapa helai di rambutnya dengan beberapa warna, matanya masih merah menyala seperti terakhir kali ku lihat.
Namun yang benar tampak berbeda adalah seragam yang dipakainya, blazer putih dengan beberapa ornament di lengannya serta seragamnya yang juga berwarna putih dengan garis emas tak lupa rok dan sepatunya dengan warna senada. Jun benar-benar terlihat seperti orang terpandang, seorang bangsawan dan seperti seorang tuan putri.
"Kabarku baik Ai, gimana denganmu?" tanya nya kembali
"Seperti yang kamu lihat." jawabku
"Jun, kalau ingin menemui ku, kenapa nggak langsung cari aku, kenapa harus keruangan ibu kepala, anak kelas jadi cemas loh didatangi bapak Itu."
"E... khem." deheman ibu kepala memaksa aku untuk menyudahi obrolan kami berdua
"Aila, lebih baik kamu duduk dulu, ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan." lanjut ibu kepala sambil menepuk kursi disebelahnya untuk aku duduk
Aku pun mengikuti apa yang disuruh ibu kepala, duduk disebelahnya dan berhadapan dengan Jun serta kepala sekolah Sky Heaven, tuan Li.
"Jadi, apa yang ingin kalian sampaikan?" tanyaku setelah bokongku lengket di kursi
"Pertama, saya disini bukan sebagai pribadi sendiri." tutur Jun yang tak seperti gaya bicaranya yang biasa
"Saya sebagai SMA Sky Heaven itu sendiri dengan kepala sekolahnya." lanjutnya sambil merubah posisi duduknya
Aku tak tahu dengan siapa aku berhadapan, dia memang Jun tapi dia juga terasa seperti orang lain namun aku merasa seperti bernostalgia dengan dia.
Posisi duduknya yang saling menyilangkan kedua kakinya, kedua tangannya dipangkunya, postur tubuhnya yang tegap, sungguh terasa sangan nostalgia. Entah kenapa, aku tak mengerti dengan perasaan ini, sakit namun terasa lepas di dadaku, tanpa kuasa lagi, air mataku mulai mengalir saat aku mendengar suara wanita yang ada di depanku ini, padahal dia itu adalah Jun.
Jun yang melihatku mulai menangis memberikan senyumannya yang sangat lembut. Dan kata yang diucapkannya membuat aku tak bisa menghentikan air mataku.
"Tak apa, jika kamu ingin menangis, kamu dapat menangis, pasti tak nyaman, kan, didada mu." tutur Jun dengan sangat lembut
"Huaaaa..." aku menangis sejadi-jadinya
Aku tak peduli lagi dengan ibu kepala yang entah bagaimana dia menatapku atau pun kepala sekolah dari Sky Heaven. Yang aku inginkan saat ini hanya menangis sekuat-kuatnya.
"Kenapa *hiks* kenapa" ujarku masih tetap menangis "kenapa aku tidak bisa *hiks* berhenti *hiks* menangis." ujarku masih menangis dan kedua tanganku terus menyeka mataku
Mataku tak berhenti untuk menangis, tanganku tak berhenti untuk menyekanya. Aku seperti melihat Jun yang sedang berdiri.
"Yosh, ysh, ysh, gadis baik. Kamu kuat kok." ujar Jun sambil mengusap pucuk kepalaku dengan lembut
"Jix-Jix kecil ayo pergi." tutur Jun memeluk ku yang membuatku nyaman
"Aku tak tahu kenapa aku tiba-tiba menangis." tutur ku yang tak lagi menangis tersedu seperti tadi
"Entah kenapa, aku merasa seperti kita sudah lama tidak bertemu, padahal belum sampai sebulan kamu pindahnya, kenapa?" ujar ku sambil membalas memeluk lengannya Jun
Aku perlahan-lahan menghentikan tangisanku karena terasa nyaman dari pelukannya Jun, helaan nafas lembut Jun terasa didekat telingaku, apa mungkin dia sedang tersenyum.
Perlahan Jun melemaskan pelukannya setelah ku mulai merasa tenang dan berhenti menangis. Jun mulai berjalan lagi dan kembali ke tempat duduknya. Aku melirik kearah tuan Li, dia hanya tersenyum memandang ke arahku, lalu ku lirik kearah ibu kepsek, aku tak tahu harus menggambarkan seperti apa ekspresinya, yang jelas ada rasa aneh dan juga cemas apa yang terjadi denganku tadi dan juga mungkin dengan sikap Jun yang barusan.
"Kamu nggak apa-apa kan Aila?" Tanya ibu kepala
"Nggak apa Bu, aku sudah nggak apa-apa, maaf sudah buat kehebohan tadi." jawabku dan meminta maaf
......................