NovelToon NovelToon
Alastar

Alastar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bita_Azzhr17

Alastar adalah sosok yang terperangkap dalam kisah kelam keluarga yang retak, di mana setiap harinya ia berjuang dengan perasaan hampa dan kecemasan yang datang tanpa bisa dihindari. Kehidupan rumah tangga yang penuh gejolak membuatnya merindukan kedamaian yang jarang datang. Namun, pertemuannya dengan Kayana, seorang gadis yang juga terjerat dalam kebisuan keluarganya yang penuh konflik, mengubah segalanya. Bersama-sama, mereka saling menguatkan, belajar untuk mengatasi luka batin dan trauma yang mengikat mereka, serta mencari cara untuk merangkai kembali harapan dalam hidup yang penuh ketidakpastian. Mereka menyadari bahwa meski keluarga mereka runtuh, mereka berdua masih bisa menciptakan kebahagiaan meski dalam sepi yang menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bita_Azzhr17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Di Balik Pintu Rumah Itu

Alastar memutar kunci kontak motornya, dan mesin meraung keras, mengawali perjalanan mereka menuju rumah Kayana. Jalanan Kota Malang yang masih basah oleh hujan yang baru saja reda, menyajikan pemandangan yang sunyi, seolah ikut merasakan ketegangan yang ada di udara antara mereka. Kayana duduk di belakang Alastar, tangan menggenggam erat pinggangnya, namun suaranya tetap terbungkam. Sesekali Alastar melirik sekilas ke arah Kayana yang tampak merenung, wajahnya tertutup oleh helm dan gerimis yang masih menetes.

"Lo yakin, Kay?" tanya Alastar, suaranya rendah. Ia tahu pertanyaan ini sudah terlalu sering ditanyakan, tapi entah kenapa, ia merasa perlu memastikan lagi.

Kayana hanya mengangguk pelan, matanya terfokus pada jalanan yang mulai terlihat kabur akibat hujan yang menyisakan jejak di kaca helm. "Gue harus. Nggak ada pilihan lain," jawabnya, suaranya datar, seperti mengalir begitu saja tanpa emosi.

Alastar tidak membalas, hanya melanjutkan perjalanan. Meskipun di luar hujan sudah mulai mereda, tapi di dalam hatinya, ia merasakan ketegangan yang semakin memuncak. Ia tahu bahwa begitu mereka sampai di rumah Kayana, sesuatu yang tidak diinginkan bisa saja terjadi. Tapi ia tidak bisa meninggalkan Kayana begitu saja. Tidak setelah semuanya yang telah mereka lalui.

****

Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sampai di depan rumah Kayana. Rumah yang tampak megah dari luar, namun ada sesuatu yang terasa gelap dari dalamnya. Alastar berhenti di depan pagar, menurunkan kaki dari motor, dan menoleh pada Kayana yang juga sudah membuka helmnya.

"Lo siap?" tanya Alastar, tapi suaranya terhalang oleh kegelisahan.

Kayana menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Gue harus," jawabnya, meskipun kalimat itu terdengar lebih seperti pembenaran daripada kenyataan. Ia tahu apa yang menanti di dalam rumah itu, dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain menghadapinya.

Alastar mengangguk pelan dan membantu Kayana turun dari motor. Setelah itu, mereka berjalan bersama menuju pintu rumah. Namun, begitu mereka sampai di depan pintu, sesuatu yang tak terduga terjadi. Kayana menoleh pada Alastar, senyumnya tipis namun terasa pahit.

"Makasih udah selalu ada buat gue, Star. Makasih juga udah anterin gue sampai sini," ucapnya lirih, suaranya berat seperti ada sesuatu yang tertahan di dalam dadanya.

Alastar hanya mengangguk, matanya menatap Kayana dengan cemas. Ia tahu senyum itu bukan senyum yang tulus, itu adalah senyum perpisahan, walaupun ia tidak ingin mengakuinya.

Namun, sebelum Alastar bisa mengatakan apa pun, pintu terbuka, dan di depan mereka berdiri sosok pria paruh baya, ayah Kayana, dengan ekspresi yang dingin. Di tangan kanannya tergenggam erat sebuah tali pinggang, dan tatapannya tajam, seperti seorang yang siap untuk memberikan pelajaran

Kayana tampak terkejut sesaat, namun dengan cepat ia menundukkan kepala, berusaha menutupi ketegangan di wajahnya.

"Kayana," suara ayahnya terdengar keras, menuntut, penuh kekuasaan. "Masuk, sekarang."

Kayana menggigit bibir bawahnya, matanya mulai berkaca-kaca. "Papa, aku...," kata-katanya terhenti, dan tubuhnya tampak kaku seketika.

Papa Kayana menggerakkan tubuhnya lebih dekat, wajahnya semakin menegang. "Jangan banyak alasan, Kayana!" kata-katanya lebih keras, penuh tekanan. "Masuk!"

Alastar yang berdiri di samping Kayana merasakan ketegangan itu. Saat ia menatap tangan pria itu, yang menggenggam tali pinggang dengan erat, hatinya langsung bergejolak. Ia tak bisa membiarkan Kayana menghadapi situasi seperti ini. Tidak lagi.

"Kayana," ujar Alastar dengan suara yang lebih tegas, menahan Kayana untuk bergerak lebih jauh. "Lo nggak perlu masuk ke dalam sana."

Kayana menoleh pada Alastar, matanya basah, namun ada sedikit harapan dalam tatapannya. "Star, gue nggak bisa," jawabnya pelan, suara penuh penyesalan.

Alastar merasakan emosi yang membuncah dalam dirinya. Ia menatap Ayah Kayana yang sedang berdiri di pintu, dengan ekspresi yang sangat marah. "Om nggak akan menyentuh dia," Alastar berkata dengan suara yang mantap, matanya menatap tajam pada pria itu.

Papa Kayana menatap Alastar dengan tatapan tajam, suara amarahnya semakin terdengar. "Anda siapa?! Jangan ikut campur urusan keluarga kami!" teriaknya dengan nada tinggi.

"Tapi saya nggak akan membiarkan Kayana diperlakukan seperti itu," kata Alastar, suaranya semakin keras, menunjukkan ketegasan. "Saya tahu apa yang akan terjadi kalau dia masuk ke dalam sana. Saya nggak akan biarkan itu terjadi."

Kayana menoleh pada Alastar, matanya mulai dipenuhi air mata. "Star, please, jangan buat keadaan jadi lebih buruk," ucapnya dengan suara serak, namun penuh harap. "Jangan."

Alastar menatapnya dengan penuh kekhawatiran. Ia ingin membantu Kayana, tetapi ia tahu betul bahwa melawan ayahnya berarti akan semakin memperburuk keadaan. Namun, ia juga tahu bahwa jika ia membiarkan Kayana masuk sendirian ke dalam rumah itu, dia akan kembali menghadapi kekerasan yang tak seharusnya diterima seorang anak.

"Lo nggak perlu khawatir, Kay," kata Alastar, mencoba memberikan rasa aman meskipun hatinya berdebar-debar. "Gue nggak akan pergi, gue nggak akan biarin lo sendirian di sini."

Papa Kayana yang mendengar kata-kata itu langsung melangkah maju, mengeluarkan ancaman yang semakin jelas. "Pulang! Pergi dari sini!" teriaknya.

Namun, Alastar tetap berdiri tegak, menatap pria itu dengan penuh keyakinan. "Saya nggak akan pergi. Saya nggak bisa ninggalin Kayana di sini," tegasnya, suara Alastar penuh dengan keberanian yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Kayana menatapnya dengan mata yang penuh perasaan. Ia tahu betul bahwa Alastar mengorbankan dirinya untuk melawan Sang Papa demi melindunginya. Hatinya teriris, namun di sisi lain, ia merasa sangat bersyukur karena masih ada orang yang peduli padanya.

Papa Kayana mendengus kesal, dan tubuhnya terlihat semakin menegang. Namun, ia tak mengeluarkan tindakan lebih lanjut. Suasana yang canggung dan penuh ketegangan itu menggantung di udara. Sejenak, mereka terdiam.

Namun, tanpa peringatan, Papa Kayana melangkah maju dengan penuh kemarahan, matanya berkilat tajam. Tali pinggang yang ia pegang di tangannya meluncur cepat ke arah Kayana, dengan tujuan yang jelas: menyiksa.

Dalam sekejap, Alastar bergerak cepat. Dengan dorongan kekuatan yang ia miliki, ia berdiri di antara Kayana dan ayahnya, melindunginya dengan tubuhnya. Cambukan yang ditujukan untuk Kayana mengenai punggung Alastar dengan keras.

Alastar meringis kesakitan, rasa sakit menjalar dari punggungnya hingga ke sekujur tubuh, namun ia tetap berdiri tegak, menahan rasa sakit demi melindungi Kayana. Pandangannya tetap tajam, berusaha menunjukkan pada Papa Kayana bahwa ia tidak akan membiarkan kekerasan ini terjadi.

Sakit menjalar dari punggungnya hingga ke sekujur tubuh, namun ia tetap berdiri tegak, menahan rasa sakit demi melindungi Kayana. Pandangannya tetap tajam, berusaha menunjukkan pada Papa Kayana bahwa ia tidak akan membiarkan kekerasan ini terjadi.

"Bokap Lo, monster yang mengatasnamakan Papa, Kay," lirihnya di telinga Kayana.

Papa Kayana semakin marah, dan dengan gerakan yang penuh kekuatan, ia membalikkan tubuh Alastar dengan kasar. Tanpa ampun, sekali pukulan keras menghantam wajah Alastar.

"Papa!" Kayana memekik terkejut, suaranya penuh kecemasan. Tanpa ragu, ia bergerak memeluk Alastar, mencoba melindunginya dari amukan lebih lanjut.

Kayana menarik napas panjang, merasa perasaan campur aduk dalam hatinya. la tahu bahwa apa yang dilakukan Alastar bukanlah hal yang mudah, namun ia juga merasa tak ingin menyaksikan orang yang ia sayangi terluka karena dirinya.

"Tolong, jangan ngorbanin diri lo untuk disakiti, Star..."

Namun, di sisi lain, Kayana merasa terharu dan sangat berterima kasih kepada Alastar. Tidak banyak orang yang mau berkorban sebesar itu untuknya. "Lo nggak harus seberani itu," bisiknya dengan lembut.

Alastar mengangguk pelan, meski masih kesakitan. "Kayana, lo berharga. Gue nggak akan biarin lo disiksa sendirian. luka Lo... luka gue juga, sakit Lo, gue juga harus ngerasain, Kay."

1
lgtfav
👍
lgtfav
Up terus thor
lgtfav
Thor semangat👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!