Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penghuni Ketiga
Suara air mengalir terdengar dari dalam kamar mandi, suara pintu kamar terbuka.
“Ada apa ini Kak.” tutur Dinda melihat ada beberapa piring dan gelas ada diatas meja santai. “Hemm, yang dikamar mandi itu.” sambung Dinda mendengar suara air dari kamar mandi.
Nia hanya tersenyum, Dinda meletakan sebuah kotak kue pesanan dari Nia.
“Ini Kak, pesanan kuenya.” tutur Dinda.
“Wah, jadi pesta makan kita malam ini.” tutur Nia sembari bangkit dari tempat tidur. “Makasih, sudah membelikannya.”
“Maksud Kakak gimana?” tanya Dinda sembari meletakan tasnya.
“Maksudnya ini.” ujar Nia sambil mengeluarkan tiga kotak kue dari dalam lemari.
“Itu, kan ....”
“Iya , dari tempatmu bekerja, dia yang membawanya.” tutur Nia sambil melirik ke arah kamar mandi.
Suara dari kamar mandi sudah sepi, suara pintu terbuka dari kamar mandi terdengar. Mengetahui bahwa orang yang ada di kamar mandi itu telah selesai, Dinda bergegas untuk membersihkan dirinya.
Dinda berhadapan dengan orang yang ada di kamar mandi itu, dan juga merupakan teman sekamar mereka.
“Kamu ....” ujar Dinda ketika melihat orang yang keluar dari kamar mandi itu. “Kamu kan yang ada di kafe tadi.”
“Iya, saya tadi siang memang pergi ke kafe.” jawabnya, “Hemm, kakak itu ... ah iya, pegawai kafe itu kan, anu, namanya siapa ya.”
“Dinda.”
“Ah iya, Kak Dinda, kenalkan saya Nirmala.”
“Ya, salam kenal, oh iya, kamar mandinya sudah dipakaikan.”
“Oh, iya, sudah Kak.”
Dinda segera meninggalkan Nirmala, langsung masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya, dikarenakan gerah sehabis dia bekerja.
Nia mengeluarkan kue yang dibawa Dinda maupun Nirmala, disusunnya di piring yang ada di meja yang sudah disiapkannya tadi. Nirmala menyeduh teh dan membuat sirup untuk mereka minum bersama dengan kue, sementara menunggu Dinda selesai mandinya.
Sirup sudah selesai di buat Nirmala, teh yang diseduh nya ada dalam teko, kemudian diletakkannya dimeja ke dua-duanya. Dinda akhirnya selesai dari mandinya.
Dikeluarkannya hairdryer dari lemari, dikeringkan nya rambutnya yang masih sedikit basah itu dengan hanya berbalut handuk di badannya, setelah rambutnya kering, Dinda segera mengenakan pakaian santainya, sedangkan Nia dan Nirmala sudah bersantai di meja sambil meminum teh yang dibuatnya tadi.
“Nirmala.” sahut Dinda mendekat ke mereka berdua. “Boleh nggak aku bertanya sesuatu!” ujar Dinda sembari duduk di dekatnya, Nia menuangkan sirup untuk Dinda.
“Kakak mau nanya apa?”
“Sesuatu yang pribadi sebenarnya, kamu boleh kok nggak mau jawab kalau memang kamu nggak ingin memberitahukannya.” tutur Dinda sembari mengambil sepotong kue.
“Memangnya kakak mau nanya apa?”
“Hubungan kamu dengan pemilik kafe itu apa? Apa kamu adiknya.”
“Memangnya ada apa Kak?”
“Nggak, aku hanya ingin tahu aja, soalnya masih terlalu banyak rahasia dari dia, dan juga tadi ekspresi dia seperti khawatir saat dia nyiapin pesanan Aini, tapi setelah kamu ngobrol dengan dia, ekspresi dia terlihat lebih ringan lagi.” tutur Dinda.
Tiba-tiba kedua mata Nirmala mulai berkaca-kaca, tanpa ia sadari air mata mengalir dipeluk matanya.
Dinda dan Nia khawatir melihat Nirmala yang tiba-tiba jadi menangis.
“Ada apa Nir, kenapa kamu menangis?” tutur Nia.
“Eh, ah, hehehe, nggak ada apa-apa Kak.” jawabnya sambil mengusap kedua matanya.
“Beneran nggak ada apa-apa, kan?” tanya Nia memastikan.
“Iya kak, beneran kok.” balas Nirmala memberikan senyuman.
“Jadi apa hubungan kamu dengan dia, kalian saudara kan?" Dinda mencoba untuk memastikan.
“Nggak, kami bukan saudara.” jawab Nirmala jujur.
“Lalu hubungan kalian itu apa?”
“Kami hanya senior dan junior di sekolah dulu, dan kami juga belum terlalu lama kenal juga.” tutur Nirmala.
“Seriusan, kalian belum lama kenalnya.”
“Iya, aku kenalnya waktu di SMA, lagian aku juga baru masuk SMA nya.”
“Lalu kenapa dia bersikap begitu ke kamu?”
Nirmala hanya memberikan senyuman ke Dinda. Nia masih asik menikmati kue dan minumannya dan menjadi pendengar yang setia untuk mereka berdua.
Dinda menarik nafas panjang.
“Hemm, oke, kamu nggak tahu alasannya ya. Lalu, maaf ni, bukannya mau tahu urusan orang lain, tapi aku hanya penasaran dengan percakapan kalian di kafe tadi, memangnya ada kejadian apa sih yang terjadi dengan kalian berdua.” tanya Dinda ke Nirmala melepaskan rasa penasarannya dengan mereka berdua.
“Kejadian? Kejadian apa sih yang kamu bicarakan Din? Apa kamu pindah sekolah karena ada sesuatu yang terjadi dengan kamu di sekolah lama kamu.” ujar Nia yang juga ikut penasaran jadinya.
“Iya kak Nia, aku pindah karena nggak betah lagi disana walaupun itu hanya efek samping dari kejadian itu, sebenarnya yang paling-paling dicemaskan adalah kak Rin yang benar-benar menjadi korbannya.” tutur Nirmala tanpa sadar air matanya mengalir dan dia mulai menangis, mengingat kejadian yang mereka alami.
Nia dan Dinda segera menenangkan Nirmala yang tengah menangis tersedu. Melihat hal itu terjadi, Dinda menghentikan niatnya untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang Rin dan Nirmala. Setelah Nirmala tenang Nia menyuruhnya untuk istirahat dan tidur.
Dinda merasa tidak enak hati jadinya, setelah melihat Nirmala yang tiba-tiba menangis saat dia melihatnya tertidur pulas setelahnya.
Mereka berdua menyudahi lalu dirapikan nya semua itu, dan sisa kue yang belum ia keluarkan dibawa keruangan ibu asrama untuk diberikan oleh Nia, sedangkan Dinda mencuci piring dan gelas yang mereka gunakan tadi setelah itu mereka berdua juga ikut tidur.
°
°