NovelToon NovelToon
Aku Pergi Membawa Benih Yang Kau Benci

Aku Pergi Membawa Benih Yang Kau Benci

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Obsesi / Ibu Mertua Kejam / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:35.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Dalam diamnya luka, Alina memilih pergi.

Saat menikah satu tahun lalu, ia dicintai atau ia pikir begitu. Namun cinta Rama berubah dingin saat sebuah dua garis merah muncul di test pack-nya. Alih-alih bahagia, pria yang dulu mengucap janji setia malah memintanya menggugurkan bayi itu.

"Gugurkan! Aku belum siap jadi Ayah." Tatapan Rama dipenuhi kebencian saat melihat dua garis merah di test pack.

Hancur, Alina pun pergi membawa benih yang dibenci suaminya. Tanpa jejak, tanpa pamit. Ia melahirkan seorang anak lelaki di kota asing, membesarkannya dengan air mata dan harapan agar suatu hari anak itu tahu jika ia lahir dari cinta, bukan dari kebencian.

Namun takdir tak pernah benar-benar membiarkan masa lalu terkubur. Lima tahun kemudian, mereka kembali dipertemukan.

Saat mata Rama bertemu dengan mata kecil yang begitu mirip dengan nya, akhirnya Rama meyakini jika anak itu adalah anaknya. Rahasia masa lalu pun mulai terungkap...

Tapi, akankah Alina mampu memaafkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter - 21.

Daffa menggigil dalam pelukan Rama. Tubuh mungil itu gemetar, air mata masih menetes membasahi kemeja sang ayah. Rama berusaha menenangkan, membelai lembut rambut anaknya yang lembut meski dadanya sendiri bergemuruh hebat.

“Papa ada di sini, Nak… Papa nggak akan biarin siapapun nyakitin kamu.“ Bisiknya lirih, namun nadanya penuh tekad.

Dita mendengus kasar, sorot matanya bagai bara yang siap membakar. “Kau pikir bisa melindungi dia dari kami, Rama? Kau lupa siapa yang membesarkan mu? Aku ibumu! Aku berhak atas cucuku!”

“Cukup, Mah!” Rama menggertakkan giginya, suaranya bergetar antara marah dan putus asa. “Daffa bukan milik siapa-siapa, dia bukan barang yang bisa Mama tarik ke sana ke mari demi ambisi Mama!”

Prabu maju satu langkah, tubuh tegapnya seakan menjadi tembok besar yang menghalangi jalan keluar. Tatapannya menusuk tajam ke arah putranya, menebar ancaman yang begitu terasa.

“Berani juga kau membentak ibumu sendiri,” ucap Prabu dengan nada datar namun mengandung intimidasi. “Kau kira kau bisa melawan kami seorang diri? Serahkan anak itu sebelum segalanya terlambat.”

Anak buah yang dibawa Prabu melangkah maju, mengepung Rama dengan tatapan siap menerkam. Namun mereka tidak menyadari, pasukan yang dikirim Tuan Yudistira pun telah berdiri siaga di sekeliling, siap melindungi Daffa dengan nyawa mereka.

Rama mundur selangkah, memeluk Daffa lebih erat. Jantungnya berpacu, tetapi tidak ada sedikit pun keinginan untuk menyerah.

“Aku tak akan menyerahkan anakku pada siapapun!” teriaknya, suara seraknya membuat dada Daffa bergetar.

Daffa semakin menangis kencang. “Papa… aku takut…”

Seketika, tatapan Rama melunak mendengar suara putranya. Ia menunduk, menatap wajah kecil itu dengan penuh kasih sayang yang menyayat hati. “Tenang, Nak. Papa ada di sini, tak akan ada yang memisahkan kita lagi.“

Namun situasi berubah cepat, Dita melangkah maju dengan gerakan kasar. Wanita itu mencoba meraih kembali Daffa dari pelukan Rama. “Serahkan anak itu sekarang, Rama!”

Tapi sebelum tangannya sempat menyentuh tubuh Daffa, sebuah suara melengking memecah udara.

“BERHENTI!!!”

Semua orang serentak menoleh.

Di sana, Alina berdiri dengan wajah pucat pasi namun sorot matanya menyala bagai api. Nafasnya memburu, seolah ia telah berlari sekuat tenaga dari parkiran menuju tempat mereka berdiri. Di belakangnya, Davin, Nyonya Ayunda dan Tuan Yudistira mengikuti dengan langkah cepat, raut wajah mereka tegang.

“Alina…” suara Rama tercekat, matanya memantulkan emosi yang tak mampu ia sembunyikan.

Alina tak menjawab, ia justru menghampiri mereka dengan tatapan tajam. Begitu sampai, ia langsung menarik Daffa dari pelukan Rama, memeluk erat tubuh kecil itu seakan takut anaknya akan menghilang jika ia melepasnya.

“Daffa… sayang… Bunda di sini,” bisiknya serak sambil menciumi puncak kepala anaknya berulang kali, air mata yang ia tahan sejak tadi pun akhirnya luruh tanpa bisa dicegah.

Daffa menangis tersedu, membenamkan wajahnya di leher ibunya. “Bunda… Daffa takut… ada nenek jahat…”

Mendengar itu, tubuh Alina bergetar hebat. Ia mendongak, menatap Dita dengan sorot mata yang tak pernah terlihat sebelumnya. Tajam dan dingin, penuh amarah seorang ibu.

“Jangan pernah… menyentuh anakku lagi! Atau, kali ini aku tidak akan tinggal diam seperti selama ini! Selama satu tahun pernikahanku dengan Mas Rama, kau tak henti-hentinya menghinaku di belakangnya. Kau mencaci makiku, bahkan berusaha mengusirku dari hidupnya. Tapi aku memilih diam… karena aku masih menghormatimu sebagai ibu dari suamiku! Sekalipun hatiku hancur, aku tak pernah mengadukan perlakuanmu pada Mas Rama, karena aku tahu… dia mencintaiku. Tapi sekarang, kau bukan lagi ibu mertuaku! Dengarkan baik-baik, aku tidak akan pernah mengampuni mu... jika kau berani menyentuh atau mencoba merebut anakku dariku!“

Alina bicara dengan suara rendah, namun setiap katanya seperti cambuk yang menghantam keras. “Kau sudah cukup sering menghancurkan hatiku lima tahun lalu, Nyonya Dita! Tapi kali ini, aku tak akan tinggal diam.”

Dita terhenyak.

Sementara Rama terpukul, kebenaran yang selama ini ditutupi Alina ketika masih menjadi istrinya bagai petir menyambar. Nafasnya tercekat, dadanya sesak namun belum seberapa dibanding badai yang akan segera mengguncang.

Nyonya Ayunda melangkah maju dengan penuh wibawa, berdiri tegak di sisi Alina. Tatapannya menusuk seperti pedang yang terasah tajam, tertuju pada Dita dan Prabu... mantan suami yang kini tak lebih dari sosok asing. Ada kebencian yang terpatri dalam sorot matanya, kebencian yang telah mengakar begitu dalam.

“Sepertinya putramu masih buta akan kebusukanmu... dan suami bajinganmu ini!” Suara Nyonya Ayunda menggelegar, penuh amarah yang ditahan selama bertahun-tahun. “Hari ini, karena kalian berani menyakiti cucuku... aku akan bongkar semua kejahatan kalian sampai ke akar-akarnya!”

“Coba saja kalau kau berani!” Prabu menggeram, wajahnya menegang. Mereka berdua berdiri saling berhadapan seperti dua musuh yang siap saling menerkam. Ironis sekali, dua orang yang pernah terikat pernikahan selama hampir sepuluh tahun meski hanya sandiwara, kini seolah tak pernah mengenal satu sama lain.

Tuan Yudistira dengan sigap menarik tubuh istrinya agar sedikit mundur, lalu berdiri di hadapan Prabu. Tatapannya tajam dan protektif, seolah ingin melindungi Ayunda dengan seluruh keberadaannya.

“Jangan pernah... mengancam istriku!" ucap Tuan Yudistira dengan suara berat yang memancarkan wibawa seorang lelaki sejati.

Aura dua pria dewasa itu bertubrukan, menciptakan ketegangan yang hampir bisa diraba. Saling tatap mereka bagaikan pertarungan tak kasat mata yang bisa meledak kapan saja.

“Cukup!” Rama akhirnya melangkah maju, mencoba melerai meski suaranya bergetar. Wajahnya penuh kebingungan. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Papa seolah mengenal keluarga Davin? Jika diingat-ingat lagi... kenapa saat lamaran Alina dan Davin, Mama sudah ada di rumah keluarga Mahesa? Apa yang kalian sembunyikan dariku?!”

Pertanyaan itu menggantung di udara, tetapi tak seorang pun menjawab. Keheningan merayap, membuat dada Rama semakin sesak.

Erika yang sejak tadi mengintai mengambil kesempatan, dia ingin meraih hati dan kepercayaan Rama. Ia melangkah maju dengan nada suara yang dibuat selembut mungkin. “Biarkan aku yang menjelaskan, Rama. Aku akan katakan yang sebenarnya tentang orang tua Davin... dan orang tuamu...”

“DIAM, ERIKA!” bentak Dita, suaranya melengking bagai cambuk yang menghantam udara.

Namun kali ini Erika tidak ingin lagi tunduk. Tatapannya mantap, ia tidak menginginkan kekayaan atau restu siapa pun. Ia hanya ingin... mendapatkan Rama, meski ia tahu laki-laki itu tidak mencintainya.

“Ibumu adalah pelakor yang merebut Ayahmu dari Nyonya Ayunda!” kata Erika tegas, setiap katanya seperti peluru yang ditembakkan tepat ke dada Rama. “Tidak hanya itu... kedua orang tuamu, dulunya memanfaatkan dan menipu Nyonya Ayunda demi menguras seluruh kekayaannya hingga hidup Nyonya Ayunda hancur!”

Erika menarik napas panjang sebelum melanjutkan. “Ayahmu, adalah suami sah dari Nyonya Ayunda. Mereka dikaruniai dua anak... dan itu artinya, Davin adalah kakak kandungmu... satu ayah! Tuan Yudistira yang kau kenal hanyalah ayah tiri Davin. Kau... dan Davin, kalian bersaudara sedarah.”

Hati Rama seketika terhantam godam besar. Tubuhnya goyah, matanya kosong menatap ke depan. Dunia yang ia kenal hancur berkeping-keping di hadapannya dan ia bahkan tak tahu bagaimana cara mengumpulkannya kembali.

1
Maizuki Bintang
jgn mau gendis, dia da selingkuh, sama Rama aja ndis
Erni Kusumawati
jgn di terima Gendhis, mantanmu itu bukan hanya lemah iman tp jg lemah syahwat, next akan terulang kembali perzinahan itu..
Tiara Bella
si Ratna licik begitu mana mungkin dia melewatan itu semua...ada kesempatan langsung dia foto² dia sm Galang....diblng gk ush balik lg
Heni Mulyani
lanjut
Arin
Biar dia bersimpuh minta maaf dan ampun sama Gendis. Tapi Rama punya bukti perselingkuhan Galang dan Ratna.
Jadi gugatan cerai tetap berjalan sesuai keinginan Galang. Tapi sekarang bukan kelegaan yang Galang dapatkan, hanya penyesalan yang dia raih.
Rita
ojo gelem Dis
Rita
jgn mau Dis kmu berhak mendapatkan yg baik
Rita
ya krn kmu jg salah mudah dihasut ma tipis iman dan imin
Rita
yakin nyesel
Rita
untung sdh ditalak
Rita
dahlah jgn dibantu lg
Warung Sembako
laki2 idiot si galang, jgn smpe dia balik ma gendis, gendis jadian aja ma rama
Zenun
takan diterima.. Jreng jreng jreng
Zenun
mamam tuh Galang
Zenun
halaaa dirimu juga berkhianat
Tiara Bella
jangan mw Galang udh ungked²an sm si Ratna.....
nonoyy
jangan lebih baik gendis & rama ajaaaaa
Ma Em
Jangan biarkan Galang kembali pada Gendis biarkan si Galang menyesal sampai mati , lebih baik Gendis sama Rama saja Thor
Aditya hp/ bunda Lia: setuju banget mbak ...
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
nonoyy
nasib gendis seperti alina
setelah ini pasti si galang akan menyesal 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!