Aku Memilih Menyerah, Mas!

"Mommy...." pekik Alexa saat melihat Arumi memasuki ruangan Dion.

Arumi tersenyum lembut kepada sang putri.

"Katanya, tadi nggak mau ikut sama daddy, tapi kenapa sekarang tiba tiba ada di sini? " tanya Arumi dengan lembut.

"Tugas sekolah kami selesai dengan cepat, kami bosan di rumah, ya sudah minta jemput sama daddy aja, kami juga ingin tau tempat daddy bekerja, ternyata perusahaan daddy juga sangat bagus dan besar." sahut Alexa penuh semangat, tangan anak itu pun ikut bergerak gerak saat bercerita.

Arumi terkekeh melihat mimik lucu sang anak.

"Abang senang tidak? " Arumi beralih bertanya kepada sang putra.

"Senang, tapi lebih senang lagi klau daddy juga ikut tinggal sama kita." ujar bocah tujuh tahun itu dengan wajah di buat se menyedihkan mungkin, dia sudah bertekat untuk membantu mommy dan daddynya, bersatu.

Deg.....

Arumi langsung terkejut mendengar ucapan sang putra.

"Iya, mom. Aku juga ingin merasakan keluarga bahagia, seperti teman teman ku, yang selalu bercerita tentang orang tua mereka yang tinggal bersama, kami juga ingin tidur di peluk daddy." Alexa pun ikut membantu sang abang.

Wajah Arumi lansung terlihat sendu, sebegitu rindunya kah ke dua anak anaknya kepada sang ayah, dia pikir selama ini anak anaknya akan baik baik saja tanpa ada ayah mereka, ternyata pikiran Arumi salah.

Berdosa kah dia memisahkan anak anaknya dari ayah mereka, egois kah dia klau mementingkan dirinya sendiri, perasaan jadi tak menentu setelah mendengar curahan hati ke dua buah hatinya.

Dion melihat wajah kalut sang istri sungguh tidak tega, namun hanya itu cara satu satunya agar mereka bisa bersatu, biar lah Dion di katakan egois, dia sudah tidak sanggup lagi untuk berpisah dengan anak istrinya, cukup waktu delapan tahun dia hidup dalam kehampaan, tidak untuk sekarang dan seterusnya, dia akan berusaha untuk mendapatkan kembali cinta sang istri.

"Sudah, nak. Mommynya jangan di paksa, kasian mommynya, walau pun Daddy tidak lagi bersama mommy, tapi Daddy akan berusaha selalu ada untuk kalian, nggak apa apa Daddy harus bolak balik dari kantor, apartemen dan pulang kerumah kita, daddy kuat kok." Dion pun memainkan perannya.

"Tapi Dad, kami ingin kita tinggal bersama." ucap Alexa berkaca kaca, memegang tangan Daddynya, sungguh pintar sekali gadis itu berakting, lihat lah, sang mommy semakin merasa bersalah melihat dirinya.

Arumi menatap ke tiga orang itu dengan tatapan tak menentu, antara mempertahankan egonya, atau harus mengalah demi anak anaknya.

Sementara Dion puas melihat wajah kalut sang istri, walau tidak tega juga.

"Maaf, sayang. Hanya ini satu satunya jalan untuk membuat kamu kembali kepada mas." gumam Dion dalam hati.

"Maafin Alexa mom, bukan maksud Alexa ingin membuat mommy bersedih, tapi Lexa memang ingin kita hidup bersama, layaknya keluarga. " sesal gadis kecil itu dalam hati.

"Maaf mom, abang bikin mommy sedih, tapi abang tau kok, sebenarnya mommy juga masih mencintai daddy, karena abang sering lihat mommy menangis tengah malam, jadi abang mohon, tolong turunkan ego mommy, dan bersatu lah dengan daddy." gumam Axel.

"Baiklah, daddy boleh sesekali menginap di apartemen." putus Arumi.

"Serius mom! " pekik ke dua anak kembar itu dengan girang.

"Mm..." angguk Arumi.

"Yesss..." pekik Dion dalam hati, sejujurnya dia ingin sekali melakukan selebrasi, namun dia takut drama mereka akan ketahuan oleh Arumi, bisa gagal rencananya.

Si kembar pun tidak kalah senangnya, dengan menjual kesedihannya sang mommy luluh juga.

"Terimakasih mommy, mommy yang terbaik, makin sayang sama mommy." si kembar lansung memeluk Arumi.

Di sela sela pelukannya, Alexa sempat sempatnya mengedipkan mata ke daddynya, karena rencana mereka berhasil.

"Dasar bocil." kekeh Dion dalam hati.

"Kalian hanya peluk mommy, daddy nggak di peluk? " tanya Dion dengan wajah di buat sedih.

"Ayo... Sini Daddy, kita pelukan berempat." ajak Alexa menarik tangan Dion.

"Ck, daddy. Bisa aja nyari kesempatan." gumam Axel.

Dion tidak menyia nyiakan kesempatan itu, Dion lansung memeluk ke tiga orang yang sangat dia cintai itu.

Cup...

"Terimakasih sudah memberikan mas kesempatan." ujar Dion dan mencuri satu cium di pipi sang istri.

Arumi lansung melotot tidak percaya dengan tindakan Dion itu.

"Jangan cari cari kesempatan deh." gerutu Arumi.

Dion hanya nyengir tanpa dosa.

Di tempat yang berbeda, nyonya Lia menerima telpon dari sahabatnya.

"Ya, hallo... Jeng, ada apa menelopon ku? " tanya nyonya Lia mulai tidak enak hati.

.......

"Ahhh... Itu, maaf jeng, sepertinya perjodohan ini tidak jadi kita laksanakan jeng."

"Menantu saya sudah kembali."

"Mereka belum bercerai jeng, jadi meraka masih sah, menajadi suami istri, dan lagian Dion tidak ingin melepaskan istrinya.

" Iya, gimana lagi jeng, di antara mereka juga ada anak, dan saya tidak ingin cucu saya kehilangan kasih sayang orang tuanya, saya hanya ingin anak saya kembali kepada istrinya.

"Menantu saya tidak salah jeng, yang salah itu anak saya, makanya di tinggal istri.

" Maaf ya jeng, perjodohannya kita batalkan saja untuk perjodohan itu ya.

Setelah menutup hpnya, nyonya Lia menghembuskan nafas lega, akhirnya masalahnya sudah selesai.

Sementara nyonya Ningsih meremat hpnya, karena keinginannya untuk mendapatkan menantu kaya raya dan terpandang gagal total.

"Sial, kenapa wanita itu harus kembali, kenapa tidak bertahan saja di tempat persembunyiannya, klau begini kan saya yang rugi." marah nyonya Ningsih.

"Ma... Ada apa? " tanya Wulan yang pada akhirnya turun dari kamarnya, karena ada sesuatu tertinggal di mobilnya.

"Ini loh, nyonya Lia membatalkan perjodohan kamu sama anaknya." kesal nyonya Ningsih.

Deg.....

"Haa.... Kok bisa?!" kaget Wulan tidak percaya.

"Menantunya itu kembali lagi." ketus nyonya Ningsih.

Wulan lansung merasakan kakinya seperti jelly, dia lansung terduduk di sofa, tidak tau lagi harus berbuat apa, belum juga berperang tapi dia sudah kalah duluan.

"Lalu tante Lia mau menerima menantunya itu, walau sudah meninggalkan suaminya bertahun-tahun? " tanya Wulan.

"Hmm... Katanya yang salah anaknya, jadi dia tidak menyalakan menantunya itu." dengus nyonya Ningsih.

Sungguh ada rasa iri di hati Wulan, enak sekali jadi Arumi, kesalahannya bisa di maafkan oleh nyonya Lia begitu saja.

"Beruntung sekali wanita itu." lirih Arumi.

Bersambung....

Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘