Selama tiga tahun ini, Hilda Mahira selalu merasa tertekan oleh ibu mertuanya dengan desakan harus segera memiliki anak. Jika tidak segera hamil, maka ia harus menerima begitu saja suaminya untuk menikah lagi dan memiliki keturunan.
Dimas sebagai suami Hilda tentunya juga keberatan dengan saran sang ibu karena ia begitu mencintai istrinya.
Namun seiring berjalannya waktu, Ia dipertemukan lagi dengan seorang wanita yang pernah menjadi kekasihnya dulu. Dan kini wanita itu menjadi sekretaris pribadinya.
Cinta Lama Bersemi Kembali. Begitu lebih tepatnya. Karena diam diam, Dimas mulai menjalin hubungan lagi dengan Novia mantan kekasihnya. Bahkan hubungan mereka sudah melampaui batas.
Disaat semua permasalahan terjadi, rahim Hilda justru mulai tumbuh sebuah kehidupan. Bersamaan dengan itu juga, Novia juga tengah mengandung anak Dimas.
Senang bercampur sedih. Apa yang akan terjadi di kehidupan Hilda selanjutnya?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam
Setelah sampai di kota J, Reva membawa Hilda ke rumahnya. Reva tidak mungkin membiarkan sahabatnya tinggal di kontrakan sendirian.
"Kamu tinggal disini aja. Gak usah kemana mana. Gak usah kerja. Gak usah juga keluar rumah."
"Kok gitu? Kalau aku gak kerja, terus mau makan apa? mau beli vitamin dan susu hamil pake apa? mau lahiran juga pake apa? Daun?"
"Kamu pikir aku dan Reyhan gak bisa biayai hidup kamu sampai lahiran?"
"Enggak ah, masa iya aku mau bebanin hidup aku sama kalian? Kalian tuh juga punya masa depan sendiri. Aku kan jadi gak enak. Aku malah merasa jadi beban di hidup kalian deh.." lirih Hilda.
"Ngomong apa sih? Bicara gitu lagi aku lakban mulut kamu"
"Denger ya, ini keputusan terakhirku. Kamu, tinggal disini bersama Reyhan. Titik." lanjut Reva.
"Hah? gak mau ah, masak aku tinggal berdua sama Reyhan.?"
"Siapa bilang kamu tinggal berdua? Aku tu udah ambil jasa pembantu, dan mungkin besok sudah datang."
"Ya sudah, kalau begitu aku mau tinggal di sini. Tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Biarkan aku bantu pekerjaan rumah"
"Hilda kamu tuh bukan pembantu di sini, ngapain juga harus pakai ngerjain pekerjaan rumah segala? kan udah ada pembantu?"
"Ya biar hidup aku sedikit bermanfaat aja buat kalian."
"Hilda, kamu tuh sahabat aku. Dan aku sayang banget sama kamu. Dengar baik-baik ya, aku mengiyakan permintaan kamu bukan karena aku menganggap kamu sebagai beban. Semua aku lakukan karena aku menghargai kamu. Mengerti?."
"Makasih ya Va, kamu memang sahabat terbaikku."
"Kamu nggak mau terimakasih juga sama Reyhan? Tau nggak? Sebenarnya dia itu nggak suka kalau di rumah ada pembantu yang nginep loh!."
"Oh ya?"
"Ya, karena aku yang memintanya, dan semua demi kamu. Baik kan adikku itu.?"
"Ya, dia memang sangat baik. Aku akan berterimaksih juga padanya nanti."
"Baguslah."
Keesokan malam. Reva mengajak Reyhan dan Hilda makan malam diluar. Sekalian merayakan kebersamaan mereka yang sebentar lagi akan tertunda karena Reva harus kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan proyeknya.
"Kalian ke sana duluan aja deh, aku mau ada yang diurus dulu." Ucap Reva.
"Mau kemana kak?."
"Mau balikin jas ini."
"Yaudah sekalian aja dianterin."
"Nggak usah. Aku masih mau ada yang bicarain sama cowok kulkas 7 pintu itu. Sekalian mau lunasin pembayaran sewa detektif kemarin."
"Yakin nih kita disuruh berangkat duluan?"
"Iya. Udah, gak usah hawatirin kakak. Kakak bisa jaga diri kok."
"Ya udah kita tunggu di sana ya."
"Iya."
Hilda dan Reyhan sampai di sebuah Resto bintang lima. Resto yang terlalu mewah membuat Hilda merasa risih. Ia nampak canggung. Bahkan ia tak berani melangkah maju untuk masuk ke dalam.
"Kenapa berhenti?." tanya Reyhan.
"Tempat ini terlalu mewah Rey, aku takut membuat kalian malu dengan penampilanku."
Reyhan menatap Hilda dari atas sampai bawah. "Memangnya kenapa dengan penampilanmu?"
"Aku.."
Reyhan menangkup pipi Hilda. Menatap dalam manik mata indah milik wanita yang diam diam ia suka.
"Kamu cantik. Kamu baik. Kamu menarik. Hanya orang yang bodoh yang menatapmu sebagai wanita tak pantas. Okey?"
"Tapi.."
"Sssttt... Ayo masuk"
Hilda mengangguk. Mereka seketika nampak canggung saat menyadari bahwa jari telunjuk Reyhan sudah menempel di bibir Hilda.
"Ma.. Maaf"
Hilda tersenyum. Kemudian menggandeng tangan Reyhan dan masuk ke ruang VIP yang sudah Reva pesan.
Setelah memesan banyak sekali makanan. Keduanya tak langsung memakan hidangan itu. Mereka masih menunggu kedatangan Reva.
"Kok Reva lama banget ya?" Hilda mulai percakapan setelah keduanya sama sama diam hampir setengah jam.
"Aku telfon dulu deh"
📞 kak. Udah sampai mana? kok lama banget?
📞 Kakak kayaknya gak bisa kesitu deh
📞 Kenapa? Apa terjadi sesuatu sama kakak?
📞 Oh tidak tidak. Kakak baik-baik saja kok. Hanya saja urusan kakak memang belum selesai. kalian makan berdua aja
📞 Beneran kakak baik-baik saja?
📞 Beneran. Kalau nggak percaya tanya aja nih sama cowok kulkas tujuh pintu. Eh maksud aku Alex. Ya kan Tuan Alex?
📞 Halo? Alex? Apa benar kakakku masih bersamamu?
📞 Ya
📞 Ya sudah kalau begitu. Titip kakakku ya. Jagain dia baik-baik.
Alex menutup panggilan itu.
"Gimana Rey?"
"Kak Reva gak bisa datang. Katanya masih ada urusan disana."
"Loh? gak terjadi sesuatu kan sama dia?."
"Gak, aman kok. Aku tau siapa Alex. Di agak mungkin macam macam sama kak Reva.
"Emangnya Kamu kenal sama Alex?"
"Dia kakak kelas aku waktu SMA. Orangnya itu terkenal dingin. Apalagi sama yang namanya cewek. Meskipun dia dari keluarga sederhana, tapi karena parasnya yang tampan dan otaknya yang pintar, ia jadi idola para wanita kala itu."
"Oh.. Kayaknya kalo berjodoh sama Reva seru juga ya."
"Dih, mana mau Alex sama wanita cempreng macam kak Reva?."
"Hihihi.. siapa tau mereka berjodoh."
Reyhan hanya mengedikkan bahunya. "Jangan ngomongin dia, mending kita makan aja"
"Hmm.."
Akhirnya Reyhan dan Hilda menikmati makan malam itu berdua saja.
Kenapa rasanya seperti dinner romantis ya.
Entah disengaja atau tidak, Reva justru memilih suasana romantis pada ruang VIP yang ia pesan tersebut.
Sementara itu, Reva yang melihat Alex menutup panggilannya merasa tak senang. Ia bahkan memanyunkan bibirnya dan menatap sinis pada Alex.
"Main tutup telfon begitu aja? Seenaknya banget deh jadi orang" Gerutu Reva.
"Kenapa?"
"Gak papa." sahut Reva sinis dan masih memegang jarum dan benang di tangannya.
Ya, pas Reva mengembalikan jas itu, ternyata jas itu dalam keadaan kasut tak berbentuk. Alex menghukumnya untuk menyetrika jas tersebut. Namun sayangnya jas itu justru malah bolong karena suhu Setrika yang terlalu panas. Alhasil Reva pun harus menjahit jas tersebut secara manual saat itu juga.
"Kenapa harus di jahit sih? Pegel tau."
"Kerjakan saja."
"Kenapa gak beli lagi aja? Mending aku beliin jas yang baru deh. Yang lebih bagus dari ini. Lagi pula kenapa jas yang udah bolong ini harus di jahit sih? gak bakalan kamu pakai juga kan?"
"Itu adalah jas pemberian kekasihku."
Deg
.
.
.
semangat lanjuuttt 💪😘😍😍