Aurelia Aureta Jonson pemimpin sebuah organisasi mafia milik keluarga nya, Aurel gadis yang selalu tenang dalam kondisi apapun, seolah dirinya diciptakan tak memiliki emosi.
Dulu Aurel adalah gadis yang ceria, ramah dan baik hati, namun hingga akhirnya kejadian tragis menimpa keluarganya, kedua orang tuanya di bunuh tepat di depan matanya sendiri.
Setelah kejadian itu, Aurel berubah, tidak ada lagi wajah ceria dan senyum manis yang selalu ia tebar pada setiap orang, hidup nya seolah kosong dan hampa.
Aurel mati bunuh diri dengan meledakan bom di markasnya sendiri demi melindungi seluruh anggota nya, namun bukan nya pergi ke akhirat untuk bertemu kedua orang tuanya, Aurel malah terbangun di tubuh perempuan bernama Qiana Evelyn seorang gadis yang menyandang sebagai istri dari Duke tiran.
"Kalau dunia ini kejam, maka kita harus lebih kejam dari dunia"~ Qiana Evelyn (Aurel)
"Kau sangat menarik Dhuces, dan selama nya kau akan selalu menjadi milik ku" ~ Duke Arsenio De Atanius
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMUAN PERTAMA
"Ini semua karena kau!" ucap Vincent kesal.
Vincent berlalu pergi dari sana meninggalkan Jco sendiri yang berdiri dengan perasaan bingung.
"Aku? Memang nya apa salah ku?" tanya Jco tidak sadar diri.
"Hah.... Tidak Duke Arsenio, tidak Vincent, selalu saja aku yang di salahkan, entah setan apa yang sedang bertapa di dalam tubuh mereka berdua itu," ucap Jco menghela nafas nya panjang.
Jco berjalan pergi menuju kamar nya untuk membersihkan tubuh nya yang penuh dengan bau anyir darah, seluruh tubuh nya terasa sangat lengket dan juga amis.
Di halaman samping saat ini Qiana sedang memastikan bahwa tidak ada kekurangan dalam perjamuan makan siang nanti.
"Rere apa kau sudah menghitung ulang berapa jumlah piring-piring itu?" tanya Qiana melihat tumpukan piring yang di susun rapi.
"Sudah yang Mulia, sesuai perintah Anda, saya di bantu oleh para pelayan menyiapkan piring-piring itu sekitar sepuluh piring lebih," jawab Rere sopan.
"Bagus, saya tidak mau nanti saat perjamuan di mulai ternyata kita kekurangan piring," ucap Qiana mengangguk puas.
"Yang Mulia ini es batu yang Anda minta tadi," ucap beberapa prajurit membawa as batu dengan jumlah besar.
"Ayo ayo segera taruh es batu itu di dalam gentong itu," ucap Qiana berjalan ke arah gentong besar yang digunakan sebagai tempat es teh.
Untuk menemani nasi goreng dan sate ayam untuk makan siang nanti, Qiana juga menyiapkan es teh sebagai minuman nya, dan untuk mendapat kan es batu itu ternyata sangat sulit, harus pergi ke wilayah utara, dan tentu saja Qiana memerintah beberapa prajurit untuk segera pergi ke wilayah utara untuk mengambil es batu itu.
"Terimakasih untuk hari ini, maaf sudah merepotkan kalian," ucap Qiana pada para prajurit yang tadi pergi ke wilayah utara.
"Sudah tugas kami Yang Mulia," jawab mereka sopan.
"Ini minum dulu, pasti kalian haus," ucap Qiana memberikan beberapa gelas es teh pada mereka.
"Terimakasih Yang Mulia," jawab mereka segera meneguk minuman dingin itu.
Glek
Glek
Glek
Mata mereka membulat sempurna saat merasakan sensasi dingin di tenggorokan mereka, terasa sangat segar.
"Bagaimana?" tanya Qiana tersenyum kecil.
"I-ini, minuman ini sangat luar biasa Yang Mulia, ternyata teh jauh lebih enak di nikmati dengan es batu, rasanya menjadi sangat segar," jawab salah satu dari mereka di setujui yang lain.
"Benar Yang Mulia, saya baru tahu bahwa es batu bukan hanya digunakan untuk mengawetkan daging dan ikan," ucap prajurit A.
Qiana tersenyum puas melihat respon dari mereka, dirinya tidak sia-sia menghabiskan waktu selama berjam-jam untuk menyiapkan ini semua.
"Saya permisi dulu," ucap Qiana pergi dari sana.
"Silahkan Yang Mulia," jawab mereka sopan.
"Yang Mulia Duches benar-benar genius, siapa sangka teh yang biasa di seduh dengan air hangat dengan rasa pahit yang mendominasi, ternyata bisa menjadi minuman seenak ini, dingin, segera dan manis," ucap salah satu dari mereka berdecak kagum.
"Kau benar, ingin rasanya aku meminum nya lagi," ucap teman nya.
"Dasar rakus," ucap prajurit yang ada di samping nya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Vincent tiba-tiba datang.
"T-tuan Vincent," ucap mereka menundukkan kepalanya.
"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Vincent lagi.
"Maaf Tuan, kami baru saja mengantarkan es batu yang di minta oleh Yang Mulia Duches," jawab salah satu dari mereka sopan.
Vincent mengangguk kan kepala nya mengerti, karena Vincent sudah tahu bahwa Qiana tadi memerintah kan beberapa prajurit untuk pergi ke wilayah utara, guna mengambil es batu yang katanya ingin membuat minuman dingin.
"Baiklah, kalian semua segera berkumpul ketempat perjamuan karena sebentar lagi Yang Mulia Duke Arsenio akan datang!" ucap Vincent tegas.
"Baik Tuan, kami permisi," ucap mereka undur diri.
Mereka semua pergi dari sana, dan Vincent juga meneruskan langkahnya, untuk mencari keberadaan Qiana, karena ada sesuatu yang ingin Vincent bicarakan dengan Duches nya itu.
Dari kejauhan Vincent melihat Qiana yang sedang berdiri di depan meja panjang yang berisi semua masakan yang tadi mereka masak.
"Salam Yang Mulia Duches," ucap Vincent mengalihkan perhatian Qiana.
"Hem"
"Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Qiana melihat ke arah Vincent.
"Tidak Yang Mulia," jawab Vincent menggeleng kan kepala nya.
"Untuk meja makan yang Anda minta, itu akan di taruh di mana?" tanya Vincent sopan.
"Taruh saja di sana," jawab Qiana tersenyum miring.
"Apakah Anda akan ikut duduk dan makan siang dengan Yang Mulia Duke?" tanya Vincent hati-hati.
"Tentu saja tidak, meja makan itu kan hanya khusus disediakan untuk Tuan mu yang tidak ingin duduk lesehan di bawah itu," jawab Qiana sinis.
"Tapi Yang Mulia-"
"Tidak ada tapi-tapian, cepat letakkan meja dan kursi makan itu di sana, agar para pelayan segera menyiapkan makanan untuk Duke Arsenio," ucap Qiana memotong ucapan Vincent.
"Baik Yang Mulia," jawab Vincent pasrah.
Vincent tidak tahu akan seperti apa respon Duke Arsenio nanti, saat dirinya duduk di meja makan itu sendirian, sementara ribuan orang yang turut ikut dalam perjamuan itu semua nya duduk di bawah, termasuk Duches Qiana.
Meja makan yang di khususkan untuk Duke Arsenio itu sudah di letakkan di tengah-tengah, dengan satu kursi, sesuai perintah Qiana, karena Qiana tidak ingin duduk di sana.
"Selesai! Meja makan khusus untuk Yang Mulia agung Duke Arsenio sudah siap, beliau hanya perlu duduk dengan nyaman dan menikmati semua hidangan ini dengan tenang," ucap Qiana tersenyum miring.
Glek
Vincent sudah tidak tahu harus berbuat apa sekarang, Vincent rasa akan ada bencana setelah ini.
"Hah.... Seperti nya setelah ini aku akan mati," ucap Vincent menghela nafas nya kasar.
Vincent mengedarkan pandangannya keseluruhan prajurit yang sudah duduk nyaman di bawah dengan meja panjang yang mengelilingi tempat itu, di atas meja panjang itu sudah tersusun makanan dan minuman, tinggal menunggu Duke Arsenio datang, maka acara perjamuan makan siang ini akan di mulai.
"YANG MULIA DUKE ARSENIO TELAH TIBA!"
Ucap salah satu prajurit mengumumkan kedatangan Duke Arsenio.
Semua orang yang ada di halaman itu berdiri dan memberikan salam hormat pada Duke Arsenio.
"SALAM YANG MULIA DUKE ARSENIO!!"
Duke Arsenio berdiri dengan wajah datar, tanpa ekspresi, di belakang nya ada Jco yang sedari tadi celingukan mencari seperti mencari sesuatu.
"Salam Yang Mulia Duke Arsenio De Atanius," ucap Qiana membuat suasana seketika hening.
"Maaf tadi saya tidak menyambut kedatangan Anda dan pasukan Anda," ucap Qiana menunduk kan kepala sedikit.
Ingat hanya sedikit!.
Duke Arsenio hanya diam melihat gadis cantik di depan nya dengan raut wajah yang tidak berubah, datar.
Qiana tanpa takut menatap balik mata tajam Duke Arsenio dengan raut wajah yang sama.
Maka di saat yang krusial sang raja menikahkan Duke dan duches....
karena di bawah perlindungan sang duke,
duches Qiana pasti aman...
Udah berani menyatakan kepemilikan sekarang ini......
good paksu.....pelan pelan dekati istrimu....
Ayoooolah,..... nyatakan perasaan mu pada
sang Duches....,.🥰