Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 ~ CTDKI
Haikal membuka matanya dan tidak mendapati istrinya ada disampingnya. Disibaknya selimut yang menutupi tubuhnya, lalu dia beranjak bangun untuk mengecek ke kamar mandi. Beberapa kali dia mengetuk namun tidak ada sahutan dari dalam, hingga akhirnya Haikal membuka pintu kamar mandi dan ternyata Liora juga tidak ada disana.
Langkahnya membawanya ke arah balkon, mungkin istrinya sedang turun kebawah untuk mengambil air minum atau mencari angin segar dihalaman belakang rumah seperti biasanya. Liora pasti masih marah padanya tentang kejadian semalam dimana dia datang terlambat ke kafe.
Masih segar dalam ingatannya saat kakaknya tiba-tiba marah setelah mengetahui dia telah membuat Liora menunggu sendirian di kafe. Kakaknya yang terkesan dingin dan cuek bisa begitu peduli, sungguh sesuatu hal yang sulit dipercaya. Namun itu justru bagus, berarti Marvin menerima Liora sebagai istrinya sekaligus anggota keluarga Leonardo yang baru.
Hampir dua puluh menit Haikal menunggu di balkon, tapi istrinya tak kunjung kembali. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul keluar, langkahnya tertahan saat dia membuka pintu kamar dan melihat Liora sudah berdiri di depan pintu dengan satu tangan terulur hendak memegang knop pintu.
"Kamu darimana saja? Aku sudah menunggumu sejak tadi." tanya Haikal dengan suara lembutnya, sama sekali dia tidak menaruh curiga sama sekali mengapa istrinya lama meninggalkan kamar.
"Kamu sudah bangun, Mas?" tanya Liora balik.
"Ini baru jam empat, kamu tidur lagi saja." Liora membuka pintu itu lebar-lebar, berjalan melewati suaminya tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan suaminya.
Haikal menghela napas berat, kemudian menutup pintunya kembali dengan rapat, berjalan mendekati sang istri yang sedang berdiri di sisi ranjang.
"Kamu masih marah padaku karena semalam aku datang terlambat ke kafe?" Haikal meraih tangan Liora dan membalikkan tubuh istrinya. "Aku minta maaf, lain kali aku akan lebih memprioritaskan kamu."
"Aku tidak marah." Liora tersenyum, menurunkan tangannya dari genggaman suaminya. "Lagipula kamu sudah memberitahu alasan kamu datang terlambat, jadi untuk apa aku marah."
"Aku mau mandi dulu, kamu tidur saja lagi kalau masih ngantuk. Nanti akan aku bangunkan untuk sarapan," melupakan apa yang membuatnya sakit hati semalam, Liora lebih suka mengingat apa yang baru saja terjadi antara dirinya dengan kakak iparnya.
"Ini hari libur, kenapa kamu harus mandi pagi-pagi begini? Biar para pelayan saja yang menyiapkan makanan, kamu tidak perlu ikut membantu." ujar Haikal, berharap istrinya mau berbaring kembali bersamanya diatas ranjang.
"Tapi aku merasa cuacanya sedikit panas, jadi aku akan pergi mandi dulu." Liora melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi tanpa berniat ingin melanjutkan obrolan dengan suaminya.
Haikal menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat kembali. Sikap yang ditunjukkan oleh Liora membuatnya merasa sedikit frustasi, biasanya Liora akan menuruti apa yang dia katakan. Tapi kali ini wanita itu terlihat dingin dan terus-terusan menolaknya secara halus.
✳️
✳️
"Kak Marvin, ayo bangun!"
Audrey terus menarik-narik tangan Marvin dimana kakaknya itu masih tidur tengkurap dengan selimut yang menutupi sampai ke pinggang. Hari ini dia dan kakaknya sudah janji akan pergi jalan-jalan keluar berdua.
"Kak, ini sudah setengah delapan, yang lain sudah pada selesai sarapan." ujar Audrey kembali menarik tangan kakaknya.
"Audrey, Kakak masih ngantuk. Nggak tahu apa semalam Kakak habis begadang," jawab Marvin dengan suara seraknya dan mata masih terpejam.
Audrey berkacak pinggang, menghela napas berat. "Siapa suruh berenang malam-malam. Ayo Kak buruan bangun, aku sudah rapi begini masa harus nunggu Kakak juga."
Marvin membuka sedikit matanya, masih dengan rasa kantuk yang tersisa dia menatap adiknya yang memang sudah rapi dengan setelah kasual. "Kenapa tidak pergi dengan teman-temanmu saja sana, nanti pulangnya Kakak jemput."
Audrey mendengus sebal, "Ya sudah! Aku mau ajak kak Liora saja kalau begitu."
Mendengar nama Liora disebutkan, Marvin langsung membuka matanya lebar-lebar.
"Audrey, tunggu!" panggilnya, beranjak bangun dari tidurnya dan duduk. "Kamu bujuk kakak ipar kamu itu untuk ikut, Kakak akan mandi dan bersiap."
Audrey berbalik, menyipitkan matanya dengan kedua tangan yang dia lipatkan diatas perut. "Kenapa? Kok tiba-tiba berubah pikiran dan semangat banget mau ngajakin kak Liora?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.
Marvin menurunkan selimut dari tubuhnya, turun dari ranjangnya dan berjalan mendekati adiknya. "Kamu lihat sendiri Kak Liora marah sama Kak Haikal semalam gara-gara Kak Haikal datang terlambat ke kafe. Sebagai ipar yang baik, tidak ada salahnya kalau kita menghiburnya dengan mengajaknya jalan-jalan kan?"
Pandai sekali Marvin memberikan alasan yang masuk akal, dan Audrey langsung percaya dengan begitu saja tanpa mencurigai ada maksud tersembunyi dibalik alasan Marvin yang ingin mengajak Liora ikut serta bersama mereka.
"Ya sudah, aku akan bicara dengan kak Liora dulu." ucap Audrey bersemangat, kemudian berjalan keluar dari kamar kakaknya.
Marvin tersenyum, dia hanya ingin Liora merasa senang sehingga dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajaknya pergi keluar meskipun harus bersama dengan Audrey juga.
✳️
✳️
Setelah selesai dengan penampilannya, Marvin ikut bergabung duduk bersama dengan Ayahnya, Audrey dan Nyonya Maria di ruang tengah, mereka sedang berbincang-bincang. Audrey juga sudah mengatakan keinginannya yang ingin mengajak Liora pergi keluar untuk jalan-jalan.
"Liora tidak bisa ikut, Ayah sudah menyiapkan bulan madu untuk mereka berdua dan hari ini juga mereka akan berangkat." ucap Tuan Arthur yang membuat Marvin terkejut.
Seorang pelayan datang dengan menarik dua koper berukuran sedang, dibelakangnya Haikal mengikuti dengan menggenggam tangan Liora. Marvin menatap sekilas pada kedatangan mereka, kemudian kembali menundukkan wajahnya dengan emosi yang mulai menumpuk di dalam dirinya.
"Kami sudah siap dan akan berangkat sekarang, Yah." ucap Haikal dengan senyuman diwajahnya.
Hadiah bulan madu yang diberikan oleh ayahnya untuk ulang tahun Liora membuat Haikal merasa bahagia, dengan begitu dia bisa menghabiskan waktu berdua bersama dengan istrinya tanpa harus ada bayang-bayang Casandra. Haikal sudah tidak sabar ingin menikmati momen-momen romantis berdua yang belum pernah dia rasakan selama menikah dengan Liora.
Liora menatap Marvin yang kini sedang duduk tertunduk di sofa. Dia bisa melihat siratan amarah diwajah kakak iparnya itu. Dia juga tidak ingin pergi, namun rasanya tidak mungkin juga menolak keinginan ayah mertuanya yang menginginkan dia dan suaminya pergi berbulan madu.
"Semuanya, kalau begitu kami pamit pergi dulu." ucap Haikal berpamitan. Sekali lagi Liora menatap Marvin sebelum dia pergi keluar rumah.
Tuan Arthur, Nyonya Maria dan Audrey mengantarkan sampai kedepan rumah. Sementara Marvin memilih kembali ke kamarnya, rasanya dia ingin menggagalkan acara bulan madu adiknya dengan menculik Liora dan membawanya pergi bersamanya.
"Shittt...!" Marvin memukulkan tinjunya ke tembok, dia merasa frustasi memikirkan Liora hanya pergi berduaan saja dengan Haikal.
✳️
✳️
✳️
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu