Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana jahat.
"Siapa sebenarnya orang itu? Berani sekali dia menggoda Xiao Ning tepat di depanku!"
Tang Zihan meremas tangan dan matanya terbakar oleh kemarahan membayangkan senyuman manis Xiao Ning yang ceria nampak berbagi momen bersama Luo Yan.
Kepulangan Pangeran Mahkota membawa luka dalam yang sulit disembuhkan, setiap ingatan akan Xiao Ning, dengan tawa cerianya dan cahaya di matanya, semakin menancapkan duri di hatinya.
Tak bisa ia lupakan sosok Luo Yan yang tampak begitu dekat dengannya, seolah menghalangi jalan cintanya.
"Penjaga, siapa nama orang yang bersama Xiao Ning tadi?" Suaranya bergetar mencerminkan ketidakpuasan yang menggelora dalam dada.
"Pangeran Mahkota, dia adalah Luo Yan, anak dari Luo Yi, selir ketujuh Sang Kaisar Naga," jawab penjaga dengan ragu, seperti menyadari betapa tajamnya tatapan Pangeran Mahkota.
"Aku mengerti. Punya keberanian juga dia, padahal hanya seorang anak dari selir raja," Tang Zihan mendengus.
Emosi yang membara membuat Tang Zihan tak mampu menahan diri. Ia mulai menghentakkan kaki berulang kali di tanah, suara kerasnya bergema di sekelilingnya, menambah suasana tegang di istana yang seharusnya tenang.
"Pangeran Mahkota, saya dengar Luo Yan akan menghadapi ujian pendewasaan dalam satu minggu," penjaga itu melanjutkan, mencoba mencairkan suasana.
"Ujian, katamu?" Tang Zihan mendadak berhenti dan tertawa sinis. Dalam benaknya, rencana jahat mulai bermunculan, dan tanpa menunggu lama, ia memutuskan untuk mengunjungi seseorang yang bisa membantunya.
Di Kekaisaran Yin, Pangeran Mahkota tahu bahwa hubungannya dengan pangeran dari Dinasti Tang bisa menjadi tiket emas menuju masa depan. Kerja sama antara dua kerajaan besar ini bukanlah sekadar ambisi, itu adalah langkah strategis untuk memastikan kekuasaan mereka di masa mendatang.
"Saudaraku! Kenapa kau kembali lagi? Apa kamu sudah bertemu Xiao Ning?"
"Haha. Pangeran Mahkota, suka sekali menggoda, ya? Xiao Ning masih seajaib biasanya, seperti bintang di malam gelap," jawab Tang Zihan, berusaha menyembunyikan rasa cemburunya di balik candaan.
"Saudaraku, aku tahu kau ingin memiliki Xiao Ning untuk dirimu. Tak perlu malu mengakuinya." Tawa ringan menyenangkan mengalir dari pangeran mahkota Kekaisaran Yin.
Kedatangan Tang Zihan ke Kaisaran Yin jelas untuk melihat pujaan hatinya, Xiao Ning. Pangeran Mahkota, yang telah bersahabat lama dengan Tang Zihan, memahami bagaimana sahabatnya ini berjuang dalam mendapatkan hati Xiao Ning.
"Saudaraku, aku punya permintaan. Maukah kau mendengarnya?" Tanya Tang Zihan dengan menyembunyikan senyum licik.
"Aku tidak berjanji, tapi akan kudengarkan dulu permintaanmu."
***
Sementara itu, Luo Yan memejamkan mata, menarik napas dalam, dan menghembuskan udara berulang kali, seolah berusaha melepaskan semua beban dari pikirannya.
Luo Yan bersila, tenggelam dalam meditasi yang dalam, hingga waktu seolah menghilang. Latihan pernapasannya sudah dimulai dari subuh dan kini malam tiba tanpa dia sadari.
Keringat menetes, membasahi jubahnya yang sederhana namun masih elegan, tapi Luo Yan tetap fokus pada pencariannya. Ia merasakan keanehan di dalam tubuhnya yang tidak seperti biasanya.
"Kenapa aku masih belum bisa menembusnya?"
Batinnya bergejolak, energi dalamnya sudah memenuhi ruang dao seolah seperti lautan tanpa batas. Dalam kegelapan, ia merasa terjebak dalam lingkaran kekurangan yang membebani otaknya.
"Apakah memang sesulit ini menjadi pendekar tingkat menengah?"
Pikirannya kembali melayang. Umumnya, pendekar tingkat bawah dengan mudah dapat menerobos batasan, tetapi ia merasa seolah ada penghalang besar yang menghalangi jalannya.
"Apa yang salah?" Luo Yan mengerutkan kening, dan saat ia membuka mata, pandangannya menyapu langit malam yang misterius. Cakrawala berpadu dengan bintang-bintang yang berkilau, mengingatkannya akan perjalanan yang sangat panjang.
Lalu dia merenung. Kini, dengan konstruksi tubuh dari Dewa Naga, ia tidak bisa terus menerobos bahkan dengan lautan pengetahuan di dalam kepalanya. Dia bertanya-tanya kenapa ia masih terjebak.
"Apa yang digunakan Kaisar Yin untuk menerobos? Teknik pernapasan apa yang dia miliki?" Bertubi-tubi pertanyaan itu menghantui benaknya, menuntut jawaban yang tidak kunjung datang.